Analisis Syria Pasca Kejatuhan Regime Presiden Bashar al-Assad

  <img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Analisis Syria Pasca Kejatuhan Regime Presiden Bashar al-Assad">

Analisis Syria Pasca Kejatuhan Regime Presiden Bashar al-Assad

🔴 Pemimpin gerakan Hāπ√mās di luar negeri, Khaled Meshaal, mengatakan kepada TV Al-Arabi: Kami mengucapkan selamat kepada rakyat Syria atas keberhasilan mereka dalam revolusi melawan tirani dan ketidakadilan

Rakyat Syria menunjukkan tekad yang khas untuk mencapai cita-cita mereka

Kami mendukung persatuan Syria, Bangsa dan rakyatnya, kedaulatannya dan integriti tanah airnya

Kami mengutuk agresi/pencerobohan 'Isrāhell' Laknatullahi 'Alaihim terhadap Syria dan kemampuannya

Kami menyerukan Bangsa kami dan dunia untuk mendukung Syria melawan penindasan 'Isrāhell' Laknatullahi 'Alaihim.

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Analisis Syria Pasca Kejatuhan Regime Presiden Bashar al-Assad">
Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS) Abu Muhammed al-Jaulani
/ Getty Images

   FORTUNA MEDIA -- Dalam pernyataan penuh harapan dan nasihat, Dr. Abdullah Al-Muhaysini, seorang tokoh Ulama yang dikenal luas di kawasan Timur Tengah, menyerukan persatuan para pemimpin faksi di Syria dan dukungan internasional untuk membangun masa depan Syria pasca perang. Dalam pesannya, Al-Muhaysini menyoroti kepemimpinan Ahmad Al-Syaraa (HTS-Hayat Tahrir Al-Sham) Abu Muhammed al-Jaulani dan peluang besar yang ada untuk merekonstruksi negara tersebut.

   Saya akan mengirim beberapa pesan kepada pemimpin Ahmad al-Syaraa (Al-Jaulani), para pemimpin faksi, soal menyelesaikan perselisihan, para ulama umat, dan negara-negara Teluk dan kawasan,” ungkapnya seperti dilansir redaksi arrahmah.id pada Selasa (10/12/2024)

   Kepala Pemerintahan Keselamatan, Muhammad al-Bashir: Komando Umum menugaskan kami untuk menjalankan tugas pemerintahan transisi Syria hingga tarikh 1 Mac 2025  mendatang-
    Muhammad Al-Bashir dilantik sebagai Plt. Presiden Syria.

Sinopsis; Tentara 'Isrāhell' Laknatullahi 'Alaihim, pada hari Selasa, 10 Disember 2024 mengumumkan penghancuran 70% kemampuan militer Syria: kononnya  kerana takut bahwa "peralatan pertahanan" (Defense equipment)  akan “jatuh ke tangan elemen musuh,” dalam serangan terhadap 320 “target strategik” sejak jatuhnya regime Bashar al-Assad.

Sementara itu Menteri Pertahanan 
'Isrāhell' Yisrael Katz menegaskan, "Armada militer dihancurkan dalam" Invasi ke Syria" pada Isnin hingga Selasa malam, selain itu, dia juga mengeluarkan perintah kepada tentara untuk membangun "zone penyangga/penampanmiliter" di  Syria selatan, tanpa kehadiran tetap tentara 'Isrāhell'.[ Via; #الشرق_سوريا]

   'Isrāhellterlihat memainkan perang psikologik-- Di satu sisi, secara militer menyerang Syria tanpa membedakan adakah itu HTS atau Regime Bashar Al-Assad.  Daerah yang tidak dikuasai militer Bashar Assad sejak lama, seperti Dar'a atau Hama juga diserang. Sementara, sisa-sisa s3njata Bashar Al-Assad dan Rusia dihancurkan oleh  'Isrāhell' untuk melucuti pemerintahan baru HTS (Hayat Tahrir Al-Sham) 

   Tetapi, di media, Netanyahu terus memberikan umpan seakan pro-HTS untuk membingungkan baik itu pro-regime maupun pro-oposisi. 

   Rumitnya faksi di Syria membuat risiko perbedaan cara pandang mudah terjadi.

Sementara itu, HTS memilih fokus rekonsiliasi (pendamaian)  internal. Sejak awal, penggunaan kembali bendera revolusi hijau-putih-hitam, bukan bendera Al-Liwa dan Ar-Rayah, bertujuan untuk menyatukan lagi rakyat Syria yang Salafi, Asy'ari, sekuler, Syiah, mahupun Kristian.(Tapi, kita wait and see.)

    Saat ini, 'Isrāhell' gunakan serangan udara. Bagi milisi seperti HTS yang tak punya alat menangkal pesawat tempur, ini adalah tantangan yang sangat sulit. 

   Sementara, 'Isrāhellmemilih memasukkan pasukan daratnya ke Gunung Hermon dan Quneitra, yang merupakan basis Bashar Assad dan Rusia.

   HTS tidak memiliki "tangan" yang aktif di wilayah itu. Maka, tampaknya HTS memilih mengalihkan dulu kesetiaan tentara regime Bashar Al-Assad pada pemerintahan baru sebelum mengajak mereka melawan musuh.

    Situasi internal Syria saat ini belum bisa diajak perang melawan 'Isrāhell'Itu juga yang disadari Bashar Al-Assad, mengapa dia cukup "diam" saat Mezzeh di Damsyik  atau Quneitra terus diserang 'Isrāhell' selama dia berkuasa. Situasi kenegaraan Syria masih terpecah belah.

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Analisis Syria Pasca Kejatuhan Regime Presiden Bashar al-Assad">

    Yang mahu dicapai 'Isrāhell' sebagai perang opini, adalah membuat kesan seakan HTS membukakan jalan bagi 'Isrāhell'

   Sementara, HTS kini dijepit, t3roris Etnik Kurdish yang didukung Amerika dan menguasai Syria Timur/Deir Zur, bisa bila saja menyerang Damsyik dan Aleppo.

    Untuk hadapi Bangsa Kurdish, mahu tak mhau, HTS harus koalisi dengan mantan musuhnya yang Syiah, yaitu Harakah An-Nujaba atau faksi lain dari Syiah Irak yang sejak awal Thufaan Al-Aqsha memusatkan serangan ke pangkalan minyak Amerika di Deir Zor dan hadapi Kurdish. 

   Inilah yang membuat, sikap HTS hari ini sangat lunak pada Iran dan Syiah, berbeda dengan saat awal dibentuk.

   Untuk hadapi 'Isrāhell'. HTS tak punya pilihan selain merangkul tentara regime Bashar Assad yang sekuler dan Alawite. Maka, HTS sengaja membuat pengampunan massal. Untuk mempercepat usaha peleburan tentara Assad dan HTS, harapannya, bisa hadapi 'Isrāhell'. Kesan Alawite/Syiah sebagai musuh dihilangkan. Walau bagaimanapun, sikap saya, masih wait and see.

    Sederhananya: Musuh HTS di selatan (Quneitra dan Hermon), ada 'Isrāhell'.
 Di selatan, yang bisa diajak melawan 'Isrāhell' hanya tentara regime Bashar Assad dan Hizbullah.

    Di timur, ada Amerika dan Kurdish (Deir Zor) yang bisa diajak melawan Amerika hanya faksi Syiah Irak dan Iran. Pilihan sulit bagi HTS, yang ideologinya salafi.

   Satu hal, yang saya pelajari dari berbagai pengamat, kekeliruan kita memahami konflik Syria itu menggunakan kacamata Fallashtin3 sebagai pusat konflik/pusat tujuan.

   Padahal, Syria itu kes berbeda. Dia punya akar masalah militer dan politik berbeda, me18pxskipun bersebelahan, dan tetap punya hubungan dengan jihad di Fallastin3

   Sikap Abu Muhammed al-Jaulani yang terlihat diam, sama dengan Bashar Assad, saat 'Isrāhellmenyerang Damsyik. Artinya dua orang ini menghadapi masalah yang sama. Masalah itu, adalah persatuan elemen bangsa di Syria.

   Bedanya, di masa Bashar Assad, 'Isrāhell' belum berani menyerang Syria dengan skala besar kerana saat dipimpin Bashar Assad, Rusia memberi back up.

   Sementara HTS nyaris tanpa back up. Maka, serangan udara skala besar dan infiltrasi pasukan darat, baru dilakukan 'Isrāhell'. 

   Syria dan Lebanon itu front yang sangat cair. 
Kita saja dibuat tak menyangka Hizbullah menerima gencatan senjata. Banyak hal-hal besar di akhir tahun ini yang benar-benar plot twist. [HSZ]

    Sumber rujukan: social media
    Editor:  Helmy Zainuddin



No comments