KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [122]
Illustrasi Image by pinterest.com/
KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [122]
- KISAH RASULULLAH ﷺ صل الله عليه و سلم
- Bagian-122
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
Nasihat Ummu Salamah Radhiallahu 'Anha
FORTUNA MEDIA -- Rasulullah صلى الله عليه وسلم kemudian bersabda
"Bangkitlah dan sembelihlah haiwan qurban!"
Para Sahabat saling pandang. Apa? Jadi Rasulullah صلى الله عليه وسلم menganggap bahwa mereka telah selesai berhaji?. Bukankah mereka sama sekali belum berthawaf?. Bahkan sama sekali belum melihat Ka'bah?
Namun Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengulangi perintahnya sampai tiga kali.
Tidak ada satu pun Sahabat yang beranjak. Semua diam termangu atau menunduk. Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerhatikan wajah mereka. Bahkan Sayidina Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah dan Sayidina 'Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu juga menolak.
Dengan perasaan gundah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم masuk ke dalam tenda(khemah) Ummu Salamah Radhiallahu 'Anha, diceritakannya semua kelakuan para Sahabat kepada Istrinya itu. Ummu Salamah Radhiallahu 'Anha mengerti betul betapa kecewanya Rasulullah صلى الله عليه وسلم .
Kemudian Ummu Salamah Radhiallahu 'Anha mengajukan sebuah saran yang menunjukkan kecerdasan dan kebijaksanaannya, persis seperti yang dulu dilakukan oleh Sayidatina Khadijah Radhiallahu 'Anha untuk membangkitkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam masa-masa sulit penuh kegelapan
"Wahai Rasulullah Apakah engkau ingin mereka melaksanakan perintah itu?" tanya Ummu Salamah Radhiallahu 'Anha.
"Keluarlah tetapi jangan berbicara sepatah kata pun kepada salah seorang dari mereka. Sembelihlah ternak qurban anda sendiri, Lalu panggilan tukang cukur dan bercukurlah."
Rasulullah صلى الله عليه وسلم kemudian keluar tanpa bicara sepatah kata pun dia melaksanakan cadangan dari Ummu Salamah Radhiallahu 'Anha.
Setelah Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyembelih qurban dan bercukur segera saja para Sahabat melakukan hal yang sama.
Suasana yang tadinya murung penuh kebingungan, kini berubah menjadi ceria. Suara gembira para Sahabat terdengar saat menyembelih qurban dan saling bergantian mencukur rambut. Sebagian ada yang mencukur rambut dan sebagian lain hanya memangkas (memotong) rambut.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم tersenyum dan bersyukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala kerana telah memberinya seorang Istri yang begitu cerdas dan bijak.
"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang mencukur rambut," doa Rasulullah صلى الله عليه وسلم .
Sebagian orang yang mendengarnya jadi gelisah. Mereka pun bertanya "Dan mereka yang berpangkas rambut Ya Rasulullah?"
Para Wanita Mukminah
"Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang bercukur rambut," doa Rasulullah صلى الله عليه وسلم lagi. Para Sahabat masih gelisah, mereka bertanya lagi, "dan mereka yang berpangkas rambut, Ya Rasulullah?
"Dan mereka yang berpangkas rambut," jawab Rasulullah صلى الله عليه وسلم akhirnya.
"Rasulullah, mengapa doa buat yang bercukur saja yang dinyatakan, bukan buat yang berpangkas rambut?"
"Kerana mereka sudah tidak ragu-ragu," demikian jawab Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Sayidina 'Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu sangat menyesal kerana sempat menyangsikan keputusan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam perjanjian Hudaibiyah. Apalagi setelah itu Rasulullah صلى الله عليه وسلم membacakan Surah al-Fath yang menegaskan bahwa dalam perjanjian itu Allah telah memberi kemenangan yang nyata. Legalah hati Sayidina 'Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu mendengar firman Allah ini.
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata," Al-Qur'an, Surah Al-Fath (48:1)
Sayidina 'Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu berkata, "Setelah itu, aku terus-menerus melakukan berbagai amal, sedekah Shaum, sholat dan berusaha membebaskan diri dari apa yang telah kulakukan saat itu. Aku selalu dibayangi kelakuan itu. Aku selalu berharap semoga semua itu merupakan kebaikan."
Tidak lama setelah mereka tiba kembali di Madinah datanglah serombongan wanita Mukminah yang melarikan diri dari Kaum Quraisy.
Kemudian menyusullah para Wali mereka yang menuntut agar wanita-wanita itu dikembalikan sesuai dengan perjanjian Hudaibiyah. Akan tetapi Rasulullah صلى الله عليه وسلم menolaknya, kerana dalam perjanjian disebutkan bahwa kaum wanita tidak termasuk mereka yang harus dikembalikan.
Dalam Al-Quran, Surah Al Mumtahanah membenarkan tindakan Rasulullah صلى الله عليه وسلم ini.
"Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; Maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." Al-Qur'an, Surah Al-Mumtahanah (60:10)
Dalam surah yang sama pula Allah memerintahkan Rasulullah صلى الله عليه وسلم untuk mengatakan janji setia kepada para mukminah itu. Mereka harus berjanji tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, tidak berzina, tidak membvnuh anak-anaknya, tidak berbuat dusta, dan tidak akan mendurhakai Rasulullah صلى الله عليه وسلم . Para mukminah itu pun menerimanya.
Abu Bashir
Ada satu orang lagi yang mempunyai nasib seperti Abu Jandal namanya Abu Basir. Ia datang ke Madinah dan minta agar Rasulullah صلى الله عليه وسلم mau menerimanya, Namun, belum lama ia menikmati hidup sebagai muslim yang merdeka di Madinah, datanglah surat dari Azhar bin Auf dan Akhnas bin Syariq yang ditujukan kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم, yakni meminta agar Abu Bashir dikembalikan. Surat itu dibawa oleh seorang lelaki dari Bani Amir yang disertai seorang budak (hamba sahaya).
"Abu Basir," sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم", Kita telah membuat perjanjian dengan pihak mereka seperti yang sudah kau ketahui. Pengkhianatan menurut agama kita tidak dibenarkan. Semoga Allah membuat engkau dan orang-orang Islam yang ditindas bersamamu memperoleh kelapangan dan jalan keluar. Pulanglah engkau kembali ke dalam lingkungan masyarakatmu."
"Rasulullah," kata Abu Bashir, "Saya akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik yang akan menyiksa saya kerana agama saya ini."
Namun, Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengulangi kata-kata beliau tadi. Akhirnya, Abu Basir pun dibawa oleh kedua orang tadi.
Di Dzulhulaifah, belum jauh dari Madinah, mereka beristirahat dan makan kurma. Abu Bashir berkata kepada orang dari Bani Amir, "Demi Allah aku ingin sekali melihat pedangmu yang bagus itu, hai fulan."
Tanpa curiga utusan Kaum Quraisy itu menghunuskan pedang dan memperlihatkannya kepada Abu Basir sambil berkata, "Boleh, demi Allah memang ini adalah benda yang bagus. Ia sudah cukup kenyang- malang melintang bersamaku."
"Tolong perlihatkan kepadaku, Aku ingin melihat dan memeriksanya," kata Abu Basir.
Begitu pedang itu ada di tangannya, Abu Bashir menusukkannya ke utusan Quraisy itu sampai meninggal dunia. Seketika itu juga budak (hamba sahaya) yang menyertai mereka berlari ke Madinah sambil berteriak-teriak. Budak itu Terus Berlari memasuki Masjid. Melihat kehadirannya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
"Sepertinya orang itu sedang ketakutan."
Budak itu berlari ke hadapan Rasulullah صلى الله عليه وسلم sambil berkata "Teman Tuan membvnuh teman saya, saya pun agaknya akan dibvnuhnya pula." [HSZ]
Shallu 'alan Nabi...
💐Bersambung ... Semoga Kita Mendapat Barokah Allah 'Azza Wa Jalla.
آمينَ يا رَبَّ الْعلَمِيْنَ ..بَارَكَ اللهُ فِيْك
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; The Story of The Prophet Muhammad SAW
Editor ; Helmy Network
Ilustrasi Image, Doc, Helmy Network
No comments
Post a Comment