Bagaimanakah Perang Saudara Myanmar memberi dampak kepada Bangladesh?

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Bagaimanakah Perang Saudara Myanmar memberi dampak kepada Bangladesh?">
Anggota Pengawal Sempadan Myanmar (BGP) di Negeri Rakhine melarikan diri melintasi sempadan Bangladesh selepas tewas dalam pertempuran // Photo: Zabed Hasnain Chowdhury/NurPhoto/gambar allianc

Bagaimanakah Perang Saudara Myanmar memberi dampak kepada Bangladesh?

"Apabila tentera Myanmar semakin ditekan oleh Tentera Arakan di negeri Rakhine, Bangladesh diminta mula menjalin komunikasi dengan pemberontak, bagi memastikan penyelarasan (menjamin koordinasi) dalam isu pelarian Rohingya".
<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Bagaimanakah Perang Saudara Myanmar memberi dampak kepada Bangladesh?">
Beberapa kumpulan pemberontak telah ditubuhkan sejurus selepas kudeta militer tahun 2021 //
Photo: SOPA Images/Sipa USA/picture alliance

  • Kumpulan etnik minoriti dan pejuang pro-demokrasi saling bekerjasama Sejak merampas kuasa pada 2021, junta militer Myanmar telah menghadapi cabaran besar dalam beberapa dekad kebelakangan ini, di sebuah negara yang terkenal dengan ketidakstabilan dan pemberontakan dalaman yang sekian lama.

  • Perikatan tiga kumpulan pemberontak etnik minoriti dan pejuang pro-demokrasi, yang dipanggil "Pasukan Pertahanan Rakyat", telah wujud sejak sekian lama sejak junta Myanmar mengambil alih negara itu. Pada Oktober tahun lalu (2023), perikatan itu melancarkan serangan terkoordinasi terhadap Tatmadaw, Tatmadaw adalah istilah untuk junta tentera, yang menyebabkan kerugian besar dalam kakitangan dan kuasa wilayah.

  • Percubaan baru-baru ini untuk menjadi perantara gencatan senjata tidak berjaya.Terdapat tindak balas yang bermula di negeri Shan, yang hampir tidak dikawal oleh kerajaan pusat Myanmar selama beberapa dekad, yang merupakan pintu masuk timur Myanmar ke negara jiran China.

  • Pemerintahan regime Myanmar dalam buangan berkata dasar pertahanan masa depan negara itu harus disatukan supaya ia akan meletakkan lebih baik pejuang etnik minoriti yang pernah menuntut kemerdekaan atau autonomi untuk wilayah mereka.

  • Tatmadaw sedang bergelut untuk merekrut askar dan dilaporkan telah memaksa beberapa anggota bukan tempur ke barisan hadapan.

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Bagaimanakah Perang Saudara Myanmar memberi dampak kepada Bangladesh?">
Tentara pemberontak di Myanmar

     FORTUNA MEDIA - KUALA LUMPUR-  Ketika pertempuran antara junta tentera Myanmar dan kumpulan pemberontak Tentera Arakan (AA) Etnik Budhis di Negeri Rakhine semakin sengit, mangsa mula jatuh di Bangladesh. Bulan ini, sekurang-kurangnya dua orang maut akibat tembakan mortar yang salah arah. Mangsa yang cedera turut muncul akibat tembakan liar dari seberang sempadan.

    Intensity pertempuran memuncak di sempadan akibat tindakan Tentera Arakan yang cuba menghalau tentera Myanmar keluar dari wilayah barat. Keunggulan pemberontak adalah tamparan hebat kepada junta tentera yang merampas kuasa kerajaan awam Myanmar pada Februari 2021 dan akibatnya mencetuskan perang saudara berskala besar.

     Tentera Arakan (AA) ialah sayap tentera kumpulan pemberontak di Negeri Rakhine yang menuntut autonomi daripada kerajaan pusat. Perang telah meningkat sejak November 2023, ditandai dengan serangan serentak oleh gerila Tentara Arakan (AA) ke atas pos tentera.

    Kepulangan pengungsi Rohingya

     Perbatasan sepanjang 271 kilometer memisahkan Bangladesh yang majoritinya Muslim dengan Negeri Buddha, Myanmar. "Operasi pembersihan" yang dilancarkan junta Myanmar di Rakhine sejak 2017 ikut berimbas di negeri jiran Bangladesh dengan masuknya pengungsi Rohingya ke Bangladesh.

    Kepada media DW, sejumlah pengungsi di kota Cox's Bazar, Bangladesh mengomentari keberhasilan Tentara Arakan menguasai sebagian wilayah Rakhine dengan sikap skeptis. Mereka tidak percaya bahwa pemberontak Buddhis itu akan bersedia membantu kepulangan Rohingya.

    "Kaum Buddhis memang sedang memerangi junta militer Myanmar di Rakhine. Tapi kami memerlukan kewarganegaraan jika pulang," kata Rashid, seorang pentolan (frontman) pengungsi Rohingnya. "Kami tidak mendengar bahwa kumpulan pemberontak Tentera Arakan (AA) akan memulangkan kami dengan menyediakan kewarganegaraan Myanmar."

      Intervensi di perbatasan

    Pandangan analis keamanan Bangladesh, M Sakhawat Hossain, terdengar lebih optimis. Pensiunan jenderal itu merujuk pada janji yang dibuat oleh Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) Myanmar untuk memastikan repatriasi (penghantaran pulang) Etnik Rohingya yang aman, sukarela dan bermartabat dari Bangladesh.

    NUG adalah pemerintahan bayangan yang dibentuk bekas pejabat terpilih Myanmar yang digulingkan oleh kudeta militer. Badan tersebut mendapat banyak dukungan internasional dan berencana mengambil alih kekuasaan di Naypyidaw setelah junta militer digulingkan.

    "Liga Persatuan Arakan, ULA, sayap politik Tentara Arakan, akan memerintah Negeri bagian Rakhine jika junta kalah dalam pertempuran melawan pemberontak dan NUG menguasai Myanmar. NUG mendukung ULA, yang berarti bahwa komuniti Rohingya memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan kewarganegaraan berdasarkan kerja sama antara NUG dan ULA,” kata Hossain kepada DW.

     Dia berpendapat, Bangladesh perlu menjalin komunikasi informal dengan kelompok pemberontak di Rakhine.

    "Saya telah katakan selama bertahun-tahun bahwa Bangladesh perlu mendukung Tentera Arakan (AA) demi kepentingannya sendiri. Dukungan ini bisa bersifat informal, seperti yang dilakukan banyak negara lain. Bagi Bangladesh, yang penting bukanlah apa yang terjadi di seluruh Myanmar, namun apa yang terjadi di Myanmar Barat. Negeri bagian Rakhine dan Chin sangat penting bagi kami dalam hal keamanan dan masalah pengungsi,” katanya.

     Komunikasi dua arah di Myanmar

    Meski begitu, Bangladesh diminta berhati-hati dalam menjangkau pemberontak di Myanmar, menurut Michael Kugelman, Direktur lembaga pemikir Wilson Center di Asia Selatan yang berbasis di Washington.

    "Bangladesh memerlukan hubungan yang baik dengan junta militer demi kerja sama keamanan perbatasan dan negosiasi mengenai Rohingya. Jika Dhaka membuka saluran komunikasi dengan pemberontak dan junta militer mengetahui hal ini, hal itu dapat berdampak buruk bagi kepentingan Dhaka,” katanya kepada DW.

     Kugelman mengakui, pemberontak di Myanmar sejauh ini telah membukukan kemajuan pesat dalam perang melawan junta militer Myanmar. Situasi tersebut dapat mendorong junta untuk menggunakan taktik yang lebih brutal. Menurutnya, hal ini dapat meluapkan konflik dan meningkatkan potensi limpahan pertempuran ke seberang perbatasan.

    "Kekuasaan Tentera Arakan (AA) di Rakhine mungkin membuat kondisi lebih baik bagi Rohingya, tapi juga bisa membuat keadaan menjadi lebih sulit,” kata Kugelman. Junta militer dapat menafsirkan inisiatif apa pun untuk memulangkan pengungsi Rohingya sebagai signal kerja sama antara kelompok Muslim dan pemberontak Buddha, yang "dapat menimbulkan ancaman baru terhadap komuniti Rohingya,” katanya kepada DW.

     Bangladesh tolak tambahan pengungsi

     Di Negeri Rakhine, sebagian warga Rohingya di kawasan Maungdaw saat ini masih terjebak di tengah pertempuran antara pasukan junta militer dan pemberontak AA, kata Nay San Lwin, salah satu pendiri Koalisi Rohingya Merdeka, kepada DW.

     "Junta militer Myanmar kalah di medan perang dan warga Rohingya berlari menyelamatkan diri sementara Tentara Arakan berusaha mengambil kendali penuh atas wilayah tersebut,” katanya.

    "Di kota Buthidaung dan Maungdaw, sekitar 270.000 warga Rohingya masih tersisa. Di seluruh Negeri bagian Rakhine, ada sekitar 600.000 orang Rohingya, termasuk sekitar 130.000 orang yang ditahan di kamp-kamp militer,” tambahnya.

    Nay San Lwin mengelola salah satu pusat informasi Rohingya terbesar di Frankfurt, Jerman. Dia meyakini bahwa warga Rohingya yang tersisa di Myanmar akan berusaha melarikan diri ke luar negeri dan akan menghindari Bangladesh.

    "Rohingya di kawasan ini sangat berhati-hati saat melarikan diri ke Bangladesh. Banyak yang akhirnya terjebak di kamp-kamp pengungsi selama bertahun-tahun, tanpa prospek repatriasi,” katanya kepada DW.

    "Cuma mereka, yang memerlukan perhatian medic, yang berusaha melarikan diri untuk berobat ke Bangladesh kerana staf medic di Hospital  Maungdaw tidak mencukupi. Menurut warga, dokter bedahnya sudah kabur,” tambah Nay San Lwin.

     Dan Bangladesh, yang sudah kewalahan menghadapi gelombang pengungsi yang terus menerus, tidak berminat menerima seorang pun pengungsi dari Myanmar saat ini.

    "Penjaga Perbatasan Bangladesh BGB, (Anggota Pengawal Sempadan Myanmar), dan penjaga pantai kami telah meningkatkan patroli di perbatasan sehingga tidak ada orang Myanmar yang bisa menyusup ke Bangladesh,” kata Muhammad Shaheen Imran, wakil komisaris Cox's Bazar, kepada DW.[HSZ]

Sources: DW.com/id/

Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

 #TAGS : Topstories, News & Politics, 
 ,


No comments