KISAH SUFI, SANG KYAI [53]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [53]">
Ilustrasi Image: #DragonLord via internet


KISAH SUFI, SANG KYAI [53]

  • “Yang soal jualan sate sama syaitan itu bagaimana?” tanyaku yang penasaran, kerana kok ada cerita seaneh itu.
  • “Ceritanya kami tukang ojek (grab motor) pada bicarakan si Hasim salah seorang tukang ojek yang biasa ngojek sama kami, dia beberapa hari tidak berangkat ngojek, dan datang-datang dia, sudah punya motor baru, sudah beli baru dari dealer, dan semua teman pada bertanya, namun dia tak mahu cerita dapat rezeki nomplok dari mana"
  • "Nah, sama diriku dia malah mahu jujur, kalau dia mendapat wang dari jualan sate pada syaitan. Menurut Hasim cara jualan sate itu ya, sama macam jualan sate uga. Tetapi yang dibakar sate kalong (kelelawar) dan burung gagak, jualannya di hutan karang Jaten. Di sana bakar sate, seorang bakar sate, seorang lagi yang siap menerima wang, seorang lagi yang siap melarikan wangnya,”
  • “Kok, pakai dilarikan segala?” tanyaku.
  • “Iya, agar wangnya tidak diminta lagi, sama syaitannya…”😁

       FORTUNA MEDIA -- “Ya kalau tidak dilarikan kan nanti wangnya 

diminta lagi, begitu cerita Hasim, ya Hasim sama kedua temannya dapat wang sekarung.” jelas Furqon.

    “Siapa sih. yang lagi ditimpa susah kayak aku ini kalau tak teringin dapat wang yang banyak untuk menutupi hutang, bayangkan aku ini bayar hutang, dengan berhutang lagi, kadang aku sendiri sampai benci sama penyanyi Rhoma Irama.”

    “Memangnya kenapa dengan dia?”

    “Ya, dia nyanyikan bayar hutang pakai hutang, jadinya aku yang mengalami.”

   “Terus kelanjutan ceritanya bagaimana?”

    “Ya, aku bersama Sanip dan Klewer bareng-bareng (sama-sama) menjual sate untuk syaitan, Klewer yang kebagian membakar sate, Sanip yang kebagian menawarkan sate. Dan menerima wang pembayaran. Jadi Klewer membakar sate, lalu Sanip yang menawarkan sate dengan mengatakan, “Ayo…, Ayo… para hantu, para kuntilanak, para syaitan, genderuwo, jin dedemit, Ayo semua datang, membeli sate….” kata-kata itu diulang-ulang, sampai para hantu semua pada datang.

    Sementara aku sendiri kebagian menunggu dengan motor siap jalan, dalam rencana nanti si Sanip akan menawarkan, dan berkata,
“ini harga setusuk seharga wang seperti, 
ini sekarung, sambil menyodorkan wang ratusan ribu. Nah, hantu nanti akan mengambil wang sekarung untuk membayar sate yang kami beli.” cerita Furqon.

    “Lalu dedemit pada datang?” tanyaku penasaran dengan pekerjaan orang yang pada aneh itu.

    “Iya…. mereka pada datang, ada yang kuntilanak, pocong, orang yang hancur wajahnya, pokoknya menyeramkan sekali, aku yang dari jauh saja ketakutan setengah mati, apalagi yang dekat, si Sanip sudah gemeteran menawarkan sate, tapi hairannya mereka hanya melihat dari jauh, tak ada yang mendekat.”

    “Ya mungkin saja mereka tak punya wang.” kataku.

    “Lha, kok sebelumnya Hasim dapat wang?”

    “Ya bisa jadi wangnya sudah habis di ambil Hasim semua, jadi sudah tak punya sisa sama sekali.”

    “Lalu apa benar kemudian tak dapat wang, hanya dilihati sama hantunya saja?” tanyaku pada Furqon.

    “Iya kami akhirnya tak dapat apa-apa, malah setelah kejadian itu kok kayaknya aku ini mengantuk
 sangat, kalau sudah mengantuk, Wah, tidak bisa ditahan, kayak di punggung ada yang minta digendong.”

    “Sekarang mengantuk?”

    “Sekarang sih tidak, cuma biasanya kadang lagi membawa penumpang ojek, aku tak sadar tertidur, bahkan kadang kerana tak tahannya tak jarang aku jalan, lalu berhenti dulu untuk tidur, bisa di pos kampling, emperan toko (kaki lima kedai), bahkan juga di atas motor, jadi motor aku pinggirkan lalu aku tidur saja, di atasnya.”

   “Itu pengaruh kekuatan para syaitan yang dipanggil itu.”

   “Lalu bagaimana solusinya?”

   “Ya, nanti ku kasih air, dipakai mandi dan diminum, semoga saja pengaruh aura hitamnya segera musnah.”

    “Aku ini sebenarnya sudah berpindah-pindah mengikuti aliran-amalan kepercayaan, dulu di Bogor juga pernah mengikuti aliran 'Betara Karang.”

    “Wadooh, apa lagi itu?” 

   “Itu aliran yang isinya para penjual makanan keliling semua, kerana aku ini juga penjual makanan keliling, maka aku diajak temanku untuk mengikuti aliran itu.”

   “Kayak bagaimana alirannya?”

   “Itu aliran ada pemimpinnya, dan pemimpinnya itu kalau mahu ditanya soal masalah anak buah, maka dia kerasukan dulu, lalu bisa menjawab dengan tepat permasalahan semua yang hadir, misal mahu menempati warung, ini cocok apa tidak, ke depannya lancar tidak menambah gerobak dan lain-lain. Dan anehnya kebanyakan cocok, dan pas jawabannya dengan kenyataan, misal soal membuat gerobak baru, nanti dijawab akan ada yang menawari beberapa gerobak, jadi tak usah membuat yang baru, anehnya kok ada yang benar-benar menawarkan gerobak baru, Apa tak aneh itu Mas Kyai? Lalu ada juga yang misal disuruh jualan di satu daerah kerana di daerah sebelumnya tak laku, maka orang yang disuruh pun menuruti, anehnya setelah pindah mengikuti saran itu, maka jualannya jadi laris sekali.” jelas Furqon bersemangat,

    “Gini loh ya mas Furqon, jadi segala sesuatu itu tak lantas kemudian ini bisa laris, atau itu sesuai kenyataan, atau apa yang diramalkan menjadi nyata, atau sesuai dengan kejadian. Jadi kita ini kembalikan ke asal, kita ini diciptakan di dunia kan untuk mengabdikan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, itu pegang kuat-kuat sebagai dasar, sebab itu akan mempengaruhi bagaimana nantinya penilaian kita terhadap segala sesuatu. Ini kan sama saja kita menjadi kaya raya, berhasil usahanya kerana nyupang (amalan mistik), kerana secara lahirnya tak sama, tapi secara kenyataannya kan sama, sama-sama kita meminta kepada Jin- syaitan. Dan jelas itu membunuh aqidah kita sendiri, maka sampean (kamu) sekarang itu susah, Kenapa? kerana sampean percaya dengan arahan Jin, kalau sampean percaya dengan arahan Jin. Maka Allah Ta'ala sudah sama sekali tak perduli dengan sampean, dan sampean sudah diserahkan nasibnya pada Jin, lha, Jin sendiri, pertama kan mahunya memperdaya manusia, lha,  kalau sampean sudah terperdaya, Ya, mengapain juga mengurus sampean, mereka mencari orang lain lagi agar bisa diperdaya, jadi sampean sudah ditinggalkan.” jelasku

    “Kita itu jangan lantas mudah takjub dengan hal-hal yang aneh-aneh, sekarang apa hebatnya hal yang aneh-aneh. Jika itu kita tukar dengan selamanya di Neraka, maka tak hebat sama sekali. Apalagi sekarang kan sudah jelas terlihat, sampean hidupnya susah, lha, yang jelas hidupnya enak, kayak orang-orang kaya yang nyupang, menjalani perjanjian dengan Jin saja tak menguntungkan sama sekali kerana apa? kerana ditukar dengan aqidah keimanan kita, lha, dunia ini kan sementara, lalu kalau kita kemudian mati di Neraka selamanya, bukankah itu amat merugikan?”

    “Iya saya juga tau… tapi kadang kesusahan hidup lebih menyudutkan saya untuk menjalankan hal-hal yang di luar kendali akal.” jawab Furqon. 

    “Ya seseorang itu ada masa sulit, ada masa bahagia, itu kan dunia, wong makan enak aja harus menguras isi perutnya, tak asal diisi saja, dan kesusahan manusia itu alami, wajar, yang penting adalah ketika mengalami kesusahan kita itu kembali tidak kepada Allah Yang Maha Berkuasa, "Rodadnahu asfala safilin, illalladzina amanu wa amanussholihati", Manusia itu akan dikembalikan dalam keadaan, susah, payah, derajat rendah, kecuali orang-orang yang berbuat benar, benar menurut agama dan ajaran Rasulullah, sampean susah, kerana Allah Ta'ala telah menyerahkan nasib sampean kepada syaitan, tidak ditolong oleh Allah Ta'ala. Sementara syaitan sudah lepas tangan dengan sampean, sebab tujuan syaitan itu menyesatkan, kalau yang disesatkan sudah sesat, ya, ngapain lagi diurus, syaitan akan berusaha mencari korban baru. Sementara sampean sendiri sudah tidak diurusi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, minta-do'a sudah tidak diijabah, ya,  ujung-ujungnya sumpek (suntuk). Dan satu kesalahan itu kalau tidak disadari. Maka akan merambat ke kesalahan selanjutnya, dan selalu seperti itu.”

    “Lalu solusinya bagaimana Mas Kyai…?” tanya Furqon.
” [HSZ] 

 To be Continued.....

#indonesia#misteri#KisahKyaiLentik  #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,

Follow me at;
twitter.com/romymantovani
facebook.com/romyschneider

pinterest.com/helmynetwork



No comments