KISAH SUFI, SANG KYAI [52]
Ilustrasi Image: #DragonLord via internet |
KISAH SUFI, SANG KYAI [52]
"Jualan sate pada syaitan"
FORTUNA MEDIA -- Pagi baru jam delapan, mata masih mengantuk,
sebenarnya sudah ku batasi tidak menerima tamu,
kecuali setelah habis waktu Isya’ tapi jika sudah
datang, Aku juga tidak tega menolak, kadang mata
masih perih tapi tetap saja tetamu ku temui.
Pagi
itu ada beberapa tetamu menunggu, Aku cuci muka,
agar kelihatan lebih fress.
Ada enam orang yang datangnya tidak bersama’an,
ku temui dulu yang dua orang, seorang
perempuan tua dengan cucu perempuannya.
“Ada keperluan apa Bu"..?” tanyaku.
“Anu Kyai saya ingin minta air obat untuk orang tua lelaki saya, yang sakit tapi terus-terusan menjerit-jerit, sepertinya sakitnya sudah parah, tapi kok menjerit-jerit terus, sehingga membuat para tetangga kami merasa terganggu.” jawab Ibu tua itu.
“Itu dulu kayaknya mengamalkan amalan
kejawen.” kataku.
“Iya Kyai, memang bapak saya itu dulu juga bisa
berbagai pengobatan, tapi kok sekarang malah
sakitnya terlalu kesakitan.”
“Itu sebenarnya sudah saatnya meninggal, tapi
masih ditahan oleh Jin yang jadi khodamnya.”
kataku.
“Mungkin punya perjanjian dengan Jinnya, nanti ku kasih air, diminumkan saja.”
Lalu aku ambil aqua, dan ku tiup ku serahkan.
Kedua Nenek dan cucunya itu pun pulang.
Lalu maju lagi seorang perempuan setengah
baya, yang mengeluhkan penyakit di kantung
kemihnya (biji peliaq), sudah diperiksakan doktor dan sudah
dioperasi tapi malah yang dioperasi
kandungannya, sehingga tumor yang ada di
kantung kemihnya tidak terangkat. Sementara kos operasi telah menghabiskan berjuta-juta,
perempuan itu bernama Amrina.
“Apanya yang sakit Bu"?”
“Saya itu kata doktor kan ada tumor di kantung
kemih, tapi pernah disuruh operasi, kok yang dioperasi kandungan, jadi operasi sudah dijahit
kembali, dilihat lagi tumornya masih ada, dan
saya mahu dioperasi ulang, saya jadi takut, perut
kok diedel-edel. Makanya sudahlah tak usah
operasi saja. Maka saya ke tempat Kyai minta
dido’akan saja, agar saya diberi kesembuhan
oleh Allah.” kata perempuan yang bernama
Amrina.
“Iya, InsyaAllah kalau Allah mengizinkan, InsyaAllah sembuh, nanti akan ku kasih air,
diminum kalau mahu tidur, dan tak akan makan
apa-apa lagi, juga bangun tidur, sebelum makan
apa-apa.”
“Baik saya faham.”
Lalu ku ambil air mineral, dan ku tiup dan ku
berikan pada Amrina, dan perempuan itupun
pulang diantar anaknya.
Namun besoknya sudah datang dengan
ketakutan.
“Kenapa?” tanyaku.
“Saya takut Kyai, tadi pagi saya kencing kok yang
keluar seperti banyak daging, dan hancur- hancuran daging, bercampur darah dan nanah,
sampai badan saya lemash” jelasnya.
“Tidak apa-apa, itu tumor yang hancur, dan keluar
lewat saluran kencing, sekarang bagaimana
rasanya?”
“Ya sekarang terasa ringan Kyai.” kata Amrina.
“Ya moga saja akan sembuh total, dan segera
sehat.” kataku.
Aku menemui tetamu dua lagi yang terakhir, dua
orang lelaki.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanyaku pada kedua
orang itu.
“Saya ini ingin ketenangan hidup Kyai, kenapa
kok saya selalu resah, rezeqi susah dan serba
kekurangan dalam rumah tangga.” kata seorang
yang bernama Furqan.
“Kalau Al Qur’an sendiri mengatakan, 'Ala
bidzikrillahi tatma’inul qulub', ingatlah hanya
dengan dzikir Allah-lah, hati itu bisa tenang, jadi
kok resah tak tenang, maka jalan terbaik ya azikir Allah, ingat selalu pada Allah, zikir
dengan benar, tidak asal zikir, yang bersanad,
yang berguru.” kataku.
“Ma’af Kyai, sebenarnya saya ini juga
ber-thareqat,”
“Ooo bagus itu, apa thareqatnya?”
“Thareqat Kejawen.”
“Lho, memang ada thareqat seperti itu?”
“Ya ada, seperti yang saya ikuti itu.”
“Kalau boleh saya tahu itu modelnya kayak apa?”
“Ya itu kami berkumpul, lalu melakukan zikir,”
“Apa zikirnya?”
“Ya zikirnya diam, duduk bersila kaki dilipat
saling mengait, dan tubuh tegak diam, lalu
menunggu kehadiran Allah, Allah itu ada di
mana-mana, semua alam ini tidak akan kuat
ditempati oleh Allah, yang kuat ditempati itu
hati,”
“Wah, itu sesat.”
“Dalam Al-Qur’an sendiri kan Allah itu bertempat
meliputi "Arsy, dan "Arsy itu meliputi Sidhratul Muntaha langit ke tujuh, dan langit ke tujuh
meliputi langit di dunia ini, jadi kekuasaan Allah
itu meliputi langit dan bumi, Wasi’a
kursiyuhussamawati wal ardh, ingat cerita Nabi Muhammad SAW ketika di mi’rajkan oleh Allah, sampai ke Sidhratul Muntaha, dan Malaikat Jibril yang menemani tak
sanggup ikut masuk ke Mustawa, kerana akan
hancur lebur jika bertemu Allah Azza Wa Jalla".
"Jadi
menunjukkan Allah itu Zatnya ada, 'Wujuduhu Kamislihi Syai’un, wujudnya tidak ada yang
menyerupai, kerana kekalnya, besarnya,
akbarnya, kesempurnaannya, jika kok dikatakan
Allah itu hanya di hati tempatnya itu amat
menyesatkan. Allahu itu cahaya langit dan bumi,
jika tak ada Cahaya-Nya, maka langit dan bumi
dan seisinya itu tak ada, langit bumi, aku dan sampean. Ini kelihatan ada, kerana pancaran
cahaya Allah. Jika cahaya Allah itu tidak
memancar. Maka matahari padam, cahaya semua
padam, juga cahaya akal dan hati, la akal saja
bisa menterjemahkan apa yang dilihat mata,
kerana ada cahaya penjelasan dan pemahaman
akan apa yang dilihat, yang masuk dan membuka.Tabir hati itu cahaya Ilahiyah, Allahu Nurussamawati Wal’ard".
"Dan adanya cahaya yang
mengenai apa yang dilihat, dan adanya cahaya
yang ada di mata, orang mati itu kalau kamu buka
matanya, maka akan hilang cahaya matanya. Jadi
cahaya mata itu ada. Coba lihat kucing kalau di
tempat gelap di matanya akan ada cahaya biru
atau hijau atau yang lain, makanya dia bisa
melihat dalam gelap, tanda sesuatu itu hidup dan
mati adalah adanya cahaya, letrik dikatakan
mati, kerana tidak bercahaya, kulit manusia saja
jika mati atau terlepas dari tubuh maka akan
hilang cahayanya. Juga pohon mati maka
kehilangan cahaya hidupnya, yaitu warna pohon,
hijau, jadi hati juga begitu".
"Jika hati itu mati,
maka akan kehilangan cahaya, seperti orang di
tempat gelap, mahu kemana-mana takut menabrak
tembok, atau kena paku, atau kecebur jurang,
sebab tak melihat cahaya di depannya. Juga hati
yang mati tak tau akan kemana, sifatnya resah,
kering, risau, sedih, loba, tamak, berkeluh kesah
buruk sangka, membangkai, baunya tidak sedap,
jadi selalu akan mengeluarkan keburukan,
sekalipun diberi roti, atau kebaikan".panjang lebar pencerahanku.
“Di tempat saya ikut tareqat itu, juga kata
pemimpinnya, kalau semua manusia ini yang dicari
ketenangan, dan ketenangan itu bisa saja kerana
dari punya wang, punya kedudukan, atau punya
apa yang disenangi.” jelas Furqan.
“Wah, itu malah lebih salah lagi, itu namanya
harus menjadikan keinginan nafsunya sebagai
Tuhan, atau ilahahu hawahu,”
“Lhoh, apa ketenangan itu juga keinginan nafsu?”
tanya Furqan.
“Lha, yang namanya keinginan kan keinginan nafsu,
itu namanya belum jalan sudah kesasar, kerana
punya anggapan salah, ingin ke Jakarta dari
Jawa Tengah, dikira Jakarta ke timur arahnya,
padahal jelas-jelas di barat, lalu apa yang
disangka salah itu dijalankannya. Maka dia terus
berjalan ke timur, sampai mengitari bumi, baru
deh sampai ke Jakarta, waktu perjalanan yang
seharusnya cuma ditempuh semalam, bisa
seumur hidup, atau sampai mati di jalan pun tak
bisa sampai, la jalannya salah, ada sambungan
ilmu sampai ke Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam thareqat itu? Jelas
tidak",
"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam itu tidak pernah menjalankan yang
susah-susah lalu diri membuat acara sendiri, membuat agama sendiri, dan membuat cara
ibadah yang itak-itukan akal, yang akal-akalan,
segala apapun yang selain Allah itu bukan tujuan,
sebab jelas kalau manusia diciptakan itu untuk
penghambaan diri pada Allah, bukan pada
ketenangan, atau segala macam keinginan
kepuasan hati, jelas manusia tak akan tenang,
jika melakukan itu, membuat tujuan selain Allah,
la kamu selama mengikuti aliran itu, tenang apa
tidak?” tanyaku.
“Tak tenang, malah semua hartaku ludes.”
“Kok bisa seperti itu?” tanyaku.
“Menurut guru thareqat kejawen yang ku ikuti,
katanya kita itu hidup lewat jalan tol, seperti
orang naik gunung kalau lewat jalan raya, kan
harus memutari gunung, Nah kalau lewat jalan tol
maka jalannya lurus, langsung ke atas, jadi jalan
menanjak dan pasti susah, kerana menanjak. Makanya kami harus susah dulu baru nanti
belakangan jadi senang.” jelas Furqon.
“Wah, apa memang ada yang kayak gitu?”
tanyaku
“Lha, nyatanya aku hidup susah, sudah selama ini
jualan tahu aci, malah tidak pernah laku, lalu
mencoba menjadi tukang ojek, eeeh, motor malah
ditipu orang.”
“Bagaimana mungkin motor bisa ditipu orang?”
tanyaku.
“Ya alasannya dipinjam, lha kok malah dijual,
malah ku datangi, ternyata bukan hanya motorku
aja yang dijual. Ya, aku mau bagaimana lagi,
orangnya ditangkap polisi, dan motorku tak ada
yang ganti, lha, aku kredit lagi, lha, kok malah
berulang lagi. Malah aku ini pernah mengasih wang
ke orang lain, dua hari wangku dipulangkan, katanya wang dariku bikin sial, Wah, jan bener-bener
susah aku, lahir batin.”
“Setahuku, Allah itu tidak pernah menzalimi
hambanya, hambanyalah yang selalu menzalimi
diri sendiri, kamu itu juga ngawur, ikut aliran
juga tak diakal dengan akal sehat. Tidak ada susah
di depan dan senang belakangan dengan
merugikan diri sendiri, yang kamu alami itu
namanya celaka, kan sudah jelas kalau ada 'Rabbana atina fid dunia hasanah wafil akhirati hasanah', jadi dunia itu ada bagiannya sendiri,
juga akhirat ada bagiannya sendiri, kalau minta
do’a sembuh dari sakit, sembuhnya ya sekarang,
kalau nanti sembuhnya di akhirat, Ya sudah tidak perlu lagi sembuh".
"Juga minta hujan, Ya
ijabahnya di saat membutuhkan, kalau ijabahnya
semua di akhirat. Ya, nanti apa akhiratnya tidak
kebanjiran? Jadi kalau do’a untuk dunia. Maka ya, di dunia ini ijabahnya, cuma ijabahnya terserah
Allah, minta wang setrilyun, lha, kok diberi sejuta,
itu Hak Allah. Dan penolakan Allah itu lebih baik
dari pemberian manusia, kenapa seperti itu?
kaerana Allah itu paling tahu apa yang kita perlukan.” jelasku.
“Aku malah sudah pernah berusaha jualan sate
pada syaitan?” kata Furqan.
“Wah apa itu, memangnya ada yang seperti itu?
Wah, benar-benar aneh kamu lakon-lakonnya.”
“Ya, memang kerana aku ini ingin mencari
kebahagiaan, tapi sama sekali tak ada yang
membimbing, Ya, apa yang aku temui dan
mengajak aku ya ku ikuti saja, tak tau bagaimana
ujung-ujungnya, yang penting aku ikuti".
“Yang soal jualan sate sama syaitan itu
bagaimana?” tanyaku yang penasaran, kerana kok
ada cerita seaneh itu.
“Ceritanya kami tukang ojek pada bicarakan si
Hasim salah seorang tukang ojek yang biasa
ngojek sama kami, dia beberapa hari tidak
berangkat ngojek, dan datang-datang dia
motornya sudah beli baru dari dealer, dan semua
teman pada bertanya dia tak mahu cerita dapat
rezeki nompliok dari mana"
"Nah, sama diriku dia
malah mau jujur, kalau dia mendapat wang dari
jualan sate pada syaitan. Menurut Hasim cara
jualan sate itu ya sama jualan sate. Tetapi yang
dibakar sate kalong dan gagak, jualannya di
hutan karang jaten. Di sana bakar sate, seorang
bakar sate, seorang lagi yang siap menerima wang, seorang lagi yang siap melarikan wangnya,”
“Kok, pakai dilarikan segala?” tanyaku.
“Iya, agar wangnya tidak diminta lagi…” [HSZ]
To be Continued.....
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; KISAH SUFI, SANG KYAI
Ilustrasi Image; Doc, Fortuna Media
#indonesia, #misterinusantara, #KisahKyaiLentik #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,
Follow me at;⭐
twitter.com/romymantovani
facebook.com/romyschneider
linkedin.com/in/RyanSchneider
pinterest.com/helmynetwork
No comments
Post a Comment