KISAH SUFI, SANG KYAI [49]

 <img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [49]">

KISAH SUFI, SANG KYAI [49]

  • Pada siri ke-48 di kisahkan Sang Kyai kedatangan tetamu wanita yang agak berpelajaran tinggi bernama Laila:  “Saya sudah sangat mencintainya, dan saya tak tahu jika harus tak menikah dengannya, hubungan kami juga sudah berjalan enam tahunan, kami sama-sama kuliah di jurusan yang sama, yaitu kedoktoran.”
  • “Jadi sampean ini doktor toh?”.. “Iya Kyai.”..
    “Aneh…”..“Apa yang aneh Kyai?”

  •  “Lha, doktor kok minta air untuk ditiup apa tiddak aneh?” kataku.
  • “Tapi, nyatanya saya langsung merasa tenang.” jelas Laila.

  • “Biasanya doktor kan tak percaya hal yang seperti ini.”
  • “Ah, tidak juga kok Kyai, kami juga percaya.” jelas perempuan itu.
FORTUNA MEDIA -- Masuk dua perempuan setengah baya lagi,

“Mari silahkan duduk.” kataku mempersilahkan duduk di karpet. Laila Latoifa dan Ibunya terdiam.

“Ketaatan seorang Istri itu pada Suaminya, dan ketaatan seorang anak lelaki itu pada Ibunya, kenapa seperti itu? Agar keterikatan seseorang itu menyambung seperti rantai yang saling melengkapi, kedurhakaan selain pada Allah Ta'ala itu ada tiga: Durhakanya anak lelaki pada ibunya, Durhakanya seorang pejuang lari dari barisan perangnya, dan Kedurhakaan Istri pada Suaminya, ketika Siti Fatimah Radhiallaha 'Anha putrinya Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, menangis kerana kesusahan hidupnya. Maka Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam datang, dan melihat keadaan Siti Fatimah Radhiallaha 'Anha, lalu menasehati, kata Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam ‘Jika Aku perintahkan penggilingan gandum berputar niscaya gilingan gandum akan berputar terus untuk meringankan bebanmu menggiling gandum. Tetapi aku tak melakukan untukmu, agar kau menggiling gandum dengan tanganmu dan memasakkan untuk Suamimu, sebab dalam kelelahan ada nilai pengabdian, dalam nilai pengabdian menunjukkan nilai keta’atan, dalam keta’atan ada pahala kesabaran, dan kenaikan pangkat kedudukan di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala,'”

“Makanan yang dibuat oleh seorang Ibu, dengan ketulusan cinta, dan ada do’a Malaikat di dalamnya, akan mempengaruhi jiwa, dan kepribadian seorang anak. Jika makanan dibeli dengan jadi, jajan sana sini, bisa dipastikan telah mendidik anak untuk menjadi materialis, menilai apapun dengan nilai wang, dan menghargai apapun dengan wang. Jika tidak ada unsur wangnya maka tidak dianggap berharga atau pantas dinilai. Jadi anak itu bagaimana Ibu-Bapa menulisi, itu contoh kecil yang mungkin lepas dari perhatian kita.” kataku.

“Ada apa Ibu berdua?”
tanyaku kepada dua orang yang baru datang, yang satu masih muda yang satunya lagi sudah setengah tua.

“Masalah apa?”
tanyaku.

“Masalah keluarga Kyai.”
kata perempuan muda yang mengenalkan diri bernama Maslihah.

 “Diceritakan saja, mungkin saya bisa membantu.” kataku.

 “Itu Kyai, Suamiku menyeleweng.”
jawab Muslihah.

 “Biasanya lelaki itu menyeleweng kerana kurangnya saling mengerti dan tak ada komunikasi di rumah, seringnya antara Istri dan Suami tidak saling terbuka, dan Istri tak ada kemahuan untuk membahagiakan Suami, Istri tak menjaga penampilan untuk Suami. Tetapi kebanyakan malah bersolek waktu keluar rumah, 
sering kali tak ada komunikasi. Maka yang terjadi Istri ingin Suami mengelus kepalanya, tapi kerana tak ada komunikasi, Suami malah yang dielus dengkulnya(lutut) Istri terus, sehingga Istri kecewa, kerana harapannya ingin kepala dielus tak pernah kesampaian, kerana tak ada komunikasi, harusnya Suami-Istri saling terbuka, jangan saling rikuh (janggal/tertutup)hubungan keseharian, sebab dua orang yang menyatu. Tentu tak tau apa-apa yang diinginkan Suami dan apa-apa yang diinginkan Istri, juga biasanya Istri kurang mahu menjaga merawat diri, misal memakai gurah, agar Suami terpuaskan.”

 “Saya sudah tua masak memakai seperti itu Kyai.” tanya Muslihah.

 “Malah kalau sudah tua itu malah lebih rajin merawat diri, biasanya cenderung Istri menyeleweng itu kerana Suami tak perkasa lagi di ranjang, belum apa-apa sudah KO, Ya kan Istri yang tidak terpuaskan akan mencari kepuasan, ingat syaitan itu menggoda manusia, hal yang haram itu selalu indah dibayangan. Seorang Suami yang punya Istri cantik bisa nyeleweng 
dengan pembantunya yang jelek kerana bisikan syaitan, dan syaitan memberikan bayangan-bayangan khayalan yang indah.”

 “Bagaimana solusi permasalahan saya Kyai?”
tanya Muslihah.

 “Mbak Muslihah ini rawatlah diri, kalau perlu memakai gurah, dan rawat kecantikan, layani Suami dengan penuh cinta, cintai Suaminya bukan kerana siapa suaminya siapa. Tetapi sayangi Suaminya kerana menyayangi Allah, rindu akan syurganya, lakukan semua pelayanan dengan membayangkan kalau pelayanan itu akan mendapat ganti yang setimpal yaitu syurga yang kekal, jadi jangan dipandang lahirnya Suami.”  jelasku.

 “Lalu bagaimana, sekarang saja dia menyeleweng.”


“Mbak Muslihah masih ingin kan kumpul sama Suami?”  tanyaku.

 “Ya masih Kyai, kerana anak-anak kami sudah agak besar.”

“Ya kalau begitu kembali ke suami".


“Tapi saya sakit hati Kyai.”

 “Lha sakit hati itu kan tidak ada yang membayar, hanya menjadikan tekanan mental, menyiksa diri, tapi sama sekali tak ada manfaatnya, tenangkan diri, jangan ada tekanan batin.”

 “Bagaimana mungkin Kyai, kenyataannya aku disakiti, bagaimana hatiku tak sakit.”

“Sakit hati itu sama sekali tak menyelesaikan masalah, hanya menimbulkan dendam, dan kebencian. Jika dalam rumah tangga kemudian ada bara yang dipendam, yang suatu saat bisa meledak, maka ku jamin rumah tangga itu tak akan bahagia…, ingat mbak Muslihah Suamimu itu cuma batu loncatanmu ke syurga, jangan kemudian malah menjerumuskanmu ke neraka, neraka dunia kerana memendam sakit hati, dan neraka akhirat kerana tidak taat pada Suami, Ya, saya sendiri jika Istri saya menyeleweng juga belum tentu saya kuat menanggungnya. Tetapi bagi saya pribadi, rumah tangga itu jangan dikotak-kotakkan, itu yang sering terjadinya percekcokan (pergaduhan), ini milikku, ini milikmu, jangan memakai milikku, padahal dalam rumah tangga, kan satu kesatuan, kedua Suami-Istri itu seperti 
mengelola bahtera, lha, kalau yang satu merasa miliknya, yang lain kemudian membatasi hak lainnya, ya sudah pasti akan timbul curiga, seperti anjing dan kucing dalam satu perahu, aku sendiri sebagai Suami, malah kadang masak, menyuci piring, itu tak akan menjadikanku rendah, sekalipun aku dipanggil Kyai, aku juga menyapu dan mengepel, kita itu kok bisa kita lakukan, kenapa menyuruh orang lain? sebab orang lain juga punya tangan dua, kita juga, jika bisa melakukan sendiri, maka akan ku lakukan sendiri. Jika suatu rumah tangga kok di antara Istri atau Suami merasa derajatnya lebih tinggi, maka akan timbul perbudakan(perhambaan), bisa saja seorang Istri memperbudak Suami, menyuruh ini itu, atau sebaliknya, dan pasti ujung-ujungnya akan timbul percekcokan, Suami marah kerana merasa tidak ditaati Istri, lha, lalu tujuannya rumah tangga itu mahunya apa?”

“Jika rumah tangga itu dibangun suatu kasih sayang yang disandarkan kepada kasih sayangnya sang Maha Pemilik Kasih Sayang. Maka rumah itu akan menjadi syurga, Suami menjadi pelindung dan pemimpin rumah tangga yang bijak dan adil, Istri menjadi pewangi rumah dan selalu membuat 
udara cerah, anak-anak seperti kerlip bintang, menjadi tauladan di luar, dan menjadi pelita hati keluarga. Maka baru bisa dikatakan keluarga itu sakinah penuh ketenangan, dan hal itu harus dibangun dari hal-hal kecil, seperti diadakannya sholat berjama’ah, lalu setelah selesai Suami-Istri saling berkecupan, anak-anak mencium tangan Ibu, sholatnya semua rukunnya disempurnakan, sehingga rumah tangga penuh cahaya keimanan.”

 “Rasanya ingin saya cepat menikah pak Kyai, agar saya bisa menjemput pahala.” kata Laila.

 “Menikah itu menyempurnakan agama, sunnah 
Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, kata sabda Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa SallamNabi, menikah itu sunahku, siapa yang tidak suka menikah maka tidak suka pada sunahku, dan siapa yang tidak suka pada sunnahku, maka bukan golonganku lalu kalau tidak ikut golongan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, lalu mau ikut golongan siapa? Siapa yang sekalipun punya amal setinggi gunung amal baik, dan berhak masuk syurga, tapi tak mahu mengikuti Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, maka jikalau dia masuk syurga, maka tak pernah tahu kemana jalannya syurga".

Tiba-tiba Muslihah menangis. Mengguguk… aku berhenti bicara.

 “Ampunkan aku ya Allah… do’akan saya bisa taat pada Suamiku Kyai, dan do’akan saya, Suami saya kembali padaku, aku maafkan semua kesalahannya, asal Allah redho padaku.”

 “Aamiin… InsyaAllah, Suaminya besok kembali, dan jangan lupa layani sebaik-baiknya, jangan melihat tingkah lakunya, jangan melihat bentuk fisiknya, atau kekurangan-kekurangan dalam pribadinya, kalau diteliti, maka semua orang itu pasti ada kekurangannya, tapi jadikan dia, Suamimu, adalah batu loncatanmu meraih redho dan syurga Allah.”

 “Baik Kyai, hati saya legaaa sekali.” kata Muslihah.

Ke empat perempuan itupun minta diri, Aku hanya berharap apa yang ku sampaikan bisa bermanfaat bagi mereka.

Kalau tetamu lagi musim masalah rumah tangga dan ada hubungan dengan perkawinan, anehnya yang datang selalu soal hubungan rumah tangga dan yang berurusan dengan itu


Sehabis waktu Isyak ini juga ada tetamu seorang gadis disertai Ibunya.

 “Ada apa bu? Apa yang bisa saya bantu?”  
tanyaku.

“Ini soal anak saya Kyai.”

 “Ada apa dengan anaknya?”
tanyaku.

 “Anak gadis saya ini apa mungkin diikat orang kyai?”  tanya ibu si gadis.

 “Diikat? Kok ku lihat tangan dan kakinya tak ada ikatannya?”

“Maksudku diikat agar tak bisa menikah sama orang.”
jelas wanita setengah baya.

“Wah aku tak tahu Bu, lha, saya ini sebenarnya tak bisa apa-apa dan tak mengerti apa-apa, jika orang kesini juga cuma minta dido’ain, jadi bukan berarti saya tahu apa-apa. Malah saya tak tahu sama sekali apa do’a saya diijabah apa tidak, bagi saya berdo’a dengan cara yang benar, soal ijabah itu hak Allah Ta'ala, lha, orang kesini minta dido’ain, ya tentu saya do’ain, sebenarnya Ibu juga bisa, atau Mbaknya ini juga bisa, siapa namanya Mbak?

“Saya, Ainun Farihah.” kata gadis manis yang sudah matang.

“Soalnya anak saya ini sudah berkali-kali mahu nikah tapi tak pernah jadi, pernah kad undangan sudah tersebar, tapi malah nikahnya dibatalkan oleh calon mempelai lelaki. Juga pernah malah sudah mahu akad nikah, penganten lelakinya malah tak pernah datang. Dan kejadian seperti itu terjadi berulang kali sampai 20 kali, bukankah itu sudah di luar kewajaran toh Kyai?” jelasnya.

“Iya memang di luar kewajaran. Tetapi aku sendiri tak dikasih isyarat apapun oleh Allah. Maka aku tak bisa main tebak-tebakan, yang Allah isyaratkan adalah, Mbak Ainun ini bermasalah dengan adik lelakinya.” kataku.

 “Iya itu betul Kyai, kerana Ainun ini tak nikah-nikah jadi adik lelakinya yang ingin menikah jadi harus menunggu kakaknya.” jelasnya.

“Kalau saya belum punya istri, akan ku nikahi sendiri, sayangnya aku sudah beristri, hehehe.”😄  candaku. 

“Wah, kalau Kyai berkenan dengan Ainun, saya sama bapaknya sangat bahagia sekali, dan sangat menyetujuinya, biar Ainun jadi Istri kedua atau ketiga, kurasa tak masalah, biar keluarga kami ada bibit unggul, orang-orang berilmu.”

 “Ah, aku hanya bercanda kok Bu'.” elakku.

“Ya, kenapa tidak sungguhan, Ainun pasti juga mahu, benar kan Ain..?” kata ibunya Ainun sambil mencolek anaknya. Anehnya Ainun malah mengangguk sambil wajahnya ditutupi jilbabnya.

“Sudahlah Bu' jangan diperpanjang, ini nanti ku do’akan. Semoga mendapat jodoh yang sholeh dan dipilihkan Allah.” kataku.

 “Maaf Kyai ini tehnya Kyai tiup agar berkah.”
kata Ibunya Ainun, sambil memajukan teh yang disediakan untuknya, maju ke arahku. Tanpa banyak basa-basi teh ku tiup, dan langsung diminum oleh ibu itu, dan Ainun juga menyodorkan teh nya ke depanku.

 “Saya juga Kyai.” kata Ainun


Aku juga segera meniupnya, dan Ainun meminum habis teh yang ku tiup. Ainun pun pamit pergi, aku mahu beranjak ke dalam ada yang mengucap salam lagi, seorang perempuan muda dengan ditemani juga oleh Ibu dan kedua anaknya.

Aku pun kembali lagi ke tempat menemui tamu lagi. “Ada yang bisa saya bantu?” tanyaku, setelah aku mempersilahkan duduk pada tetamuku.

 “Ini Mas, saya mengantar anak saya.”
jawab ibunya

“Kenapa anaknya?”
tanyaku.

 “Ini soal anak lelaki kecil saya.” jawab perempuan mudanya yang bernama Dewi Aminah.

 “Kenapa dengan anak kecilnya Mbak?” tanyaku.

 “Anak lelaki saya ini mengalami kebocoran jantung menurut diagnosa hospital, jadi saya minta do’anya agar anak saya ini diberi kesembuhan dari derita penyakitnya.” jelas Dewi

“InsyaAllah akan saya do’akan, semoga Allah memberi kesembuhan.”

 “Aamiin, terimakasih Mas Kyai sebelumnya, dan kedua ini tentang Suami saya, sudah sejak lama suami saya ini saya dengar selingkuh.” kata Dewi.

 “Lhoh, kok saya dengar?” tanyaku.

 “Iya Mas Kyai, kerana Suaminya kerjanya di Jakarta, sedang dia sendiri tinggal di sini, dan di Jakarta Dewi sendiri tak tahu tempat kerja Suaminya. Jadi tak tahu bagaimana Suaminya di Jakarta, ya pernah ada perempuan yang mengaku selingkuhan Suaminya.”

 “Wah-wah kok bisa rumit gitu ya?”

 “Lha anak saya Dewi ini, juga punya teman yang juga menjadi teman Suaminya, maksudnya lelaki yang menjadi teman Suaminya, yang selama ini dijadikan penghubung, dan sudah sangat baik sekali dengan Dewi, yang kasihan dan hiba akan nasib Dewi, Nah, kami ingin menanyakan apa benar, Suami anak saya Dewi ini di Jakarta memang selingkuh, lalu bagaimana solusi terbaik menurut panjenengan".


“Wah, rumit sekali itu.” jawabku.

“Rumit bagaimana Mas Kyai?” tanya Dewi.

“Ya, kalau Suaminya ada di depanku kan lebih gampang, akan ku tanya apa kamu selingkuh?”

 “Ya, dia tak akan mahu mengaku Mas Kyai…, saya sendiri berulang kali bertanya saja dia tak mahu mengaku,” jawab Dewi.

 “Dia tak mahu mengaku itu kan urusan dia sama Allah, kerana saya akan menyumpahnya dengan Al-Qur’an, kalau dia tak mengaku.” jelasku.

 “Mahunya anak saya Dewi ini Kyai, bagaimana kalau misal si Dewi ini cerai sama Suaminya, dan menikah dengan teman Suaminya yang juga teman Dewi.”

“Suatu perbuatan halal yang paling di benci Allah Azza Wa Jalla, adalah perceraian, kalau bisa perceraian itu di jadikan keputusan paling final, menikah dengan lelaki yang dekat dengan Dewi sekarang itu? Seorang lelaki yang memasuki kehidupan wanita sementara wanita itu dalam masalah, juga bersuami yang masih sah. Maka lelaki itu syaitan dari golongan manusia, percayalah kalau dia jadi, 
sampean nikah, setahun kemudian sampean akan dicampakkan, seperti mencampakkan ingus yang menjijikkan, bisa jadi sekarang ini dia mengincar harta atau kesepian hatimu, agar dia bisa mengambil manfaat untuk nafsunya.” jelasku.

 “Tapi dia baik Pak Kyai.” jelas Dewi.

 “Ya, namanya juga mahu mencari perhatian, tentu saja baik, akan sering-sering memberi.”

 “Iya, memang dia sering memberi Pak Kyai.”

 “Tapi dia sering mengucapkan cinta, dengan kata cinta yang indah.” jelas Dewi.

 “Malah makin jelas, orang yang muluk-muluk mengungkapkan kata cinta itu bisa dipastikan kalau cintanya palsu,”

 “Lhoh, kok bisa gitu Mas Kyai?”  tanya Dewi,

 “Ya, orang yang muluk-muluk mengutarakan kata cinta, itu tak mencintai kecuali dirinya sendiri, kata cinta diungkapkan muluk-muluk kerana ingin adanya balasan cinta dari lawan jenisnya. Dan lawan jenisnya akan memenuhi nafsunya. Jika nafsunya dan keinginannya sudah terlaksana. Maka segera saja orang yang sebelumnya dia,
katakan dia cintai, akan segera dibenci, kerana apa yang dia inginkan sudah didapat. Jadi orang yang muluk-muluk mengutarakan cinta itu tak mencintai kecuali keinginan nafsunya ingin mendapat apa yang jadi keinginannya. Jika seseorang itu mencintai orang lain dengan benar. Maka seorang yang mencintai dengan benar itu akan berusaha orang yang dicintai selalu bahagia tak rela yang dicintai bersedih dan tak rela yang dicintai masuk neraka, bukannya orang punya Suami lantas diganggu,” kataku.

“Dia tidak mengganggu saya kok Kyai.”
sangkal Dewi.

 “Ya… saya hanya menunjukkan kebenaran, sebab namanya dikatakan mengganggu kan juga bukan hanya memukul. Tetapi ada orang punya Suami, lantas diajak selingkuh juga kan namanya ganggu,.!”   [HSZ] 

To be Continued.....

#indonesia#misteri#KisahKyaiLentik  #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,

Follow me at;
twitter.com/romymantovani
facebook.com/romyschneider

linkedin.com/in/RyanSchneider

pinterest.com/helmynetwork


   
VIDEO



No comments