KISAH SUFI, SANG KYAI [46]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [46]">

KISAH SUFI, SANG KYAI [46]

  • Editorial- Sudah cukup lama juga siri kisah Sang Kyai ini terhenti saya publish, kerana kesibukan prihal dunia lainnya.😅 Insya Allah pada kesempatan berikutnya akan saya coba lanjutkan untuk posting.
  • Sedikit saya beri penjelasan tentang kisah Sang Kyai ini, kisah ini memang original dari tulisan Sang Kyai itu sendiri, yang saya download dan simpan untuk di posting bila-bila masa saja. Saya hanya buat edit, terjemahan dalam bahasa Melayu, jika ada kalimat dari Kyai yang menggunakan bahasa Jawa ataupun bahasa Indonesia yang mungkin kurang difahami oleh pembaca di mana saja di Nusantara ini.
  • Tentang sosok pribadi Sang Kyai, saya sempat sedikit belajar dengan beliau dan berhubungan sekitar awal 2018 hingga 2019. Hubungan ini terputus begitu saja secara mendadak, kerana awal 2019 itu di Indonesia akan diadakan Pilihanraya (pemilu) Presiden. Menurut status murid terdekat Sang Kyai, beliau tidak mahu dan menolak menyatakan sokongan secara jelas terhadap regime pemerintahan masa itu. Hingga akhirnya dicari-carilah kesalahan beliau dan akhirnya melibatkan pihak keselamatan di Jawa Timur (tempat pondok beliau di Daerah Tuban) hingga beliau akur dan diarahkan menutup aktiviti pengajian di pondok beliau seta merta.

  • Akhirnya Kyai menutup semua media-media perhubungan beliau dengan masyarakat dunia di luar pondok beliau. Hingga, saya pun secara langsung terputus hubungan dengan Sang Kyai. Saya berharap, jika ada murid-murid terdekat Kyai atau yang mengenali Kyai, bisa memberi info keberadaan dan situasi Kyai saat kini, untuk saya hubungi, kerana saya teringin sangat2 untuk mengunjungi di pondok beliau. Inilah phone no; saya untuk dihubungi +6013-3524524. Kita lanjutkan. Terimakasih.

Pada siri ke-45  dikisahkan, Setelah hari itu Aku tak bertemu lagi dengan Pak Darwis. Cuma dia pernah telefon setelah beberapa bulan, mengatakan kalau ordernya mengorek rel sedang dijalani, dan Aku bertanya soal Wagiman, apa amalanku sudah dijalankan.

“Wagiman waktu itu besoknya langsung puasa. Tetapi langsung pingsan, dan lumpuh sampai 
sekarang, ku suruh meminta obat pada Mas Iyan. Tetapi dia malu, jadi sampai sekarang masih lumpuh.”  cerita pak Darwis,

Aku hanya menarik nafas gegetun. Amalan yang ikhlas kerana Allah Ta'ala, dengan amalan yang kerana Jin, tentu beda. Dan yang ikhlas biarpun kelihatannya sepele, sebenarnya lebih berat, kerana berkaitan dengan kebersihan hati.

FORTUNA MEDIA -- Setelah sholat Subuh, aku, Istri dan anakku telah meninggalkan Desaku, dan titipan orang semua ku titipkan pada ibuku. Ibuku maklum dengan posisiku, jika aku lebih lama tinggal, itu akan menjadikanku malah tak bisa istirahat, padahal masalah manusia pun di mana saja ada. Aku langsung naik mobil ke Tuban kota,Jawa Timur dan menaiki bus jurusan Kota Semarang, Jawa Tengah.

***

Majlis sudah berdiri, tapi jam’iyah zikir tareqat Qadiriyah wa Naqsabandiyah belum ku mulai...

Malah selama ini, orang Daerahku belum ada yang tahu aku ini orang tareqat, dan tahunya aku orang yang belajar ilmu pengobatan, dengan media do’a. Padahal apa yang ku miliki dan ku bisa hanyalah anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata, bukan kerana aku sakti atau punya kelebihan tertentu. 

Orang hanya tahunya kulitnya saja. Apalagi sifatku yang tertutup dan tak pernah melakukan atau berlagak seperti orang punya ilmu, sehingga semua orang akan merasa aku seperti teman dan orang yang bebas lepas bisa diterima di setiap kalangan.

Tapi Kyai Askan makin menggebu-gebu memusuhiku, aku dibilang dukun prewangan lah, dikatakan tukang tiup botol dan airnya dijual, Tetapi semua orang yang pernah ku tolong malah yang mendebat akan semua tuduhan Kyai Askan, kerana memang aku tak pernah meminta apa-apa pada orang yang ku tolong, bahkan jika orangnya miskin dan payah hidupnya tak jarang pulang malah ku beri oleh-oleh.

Sebab bagiku 
keikhlasan itu perlu bukti nyata, lepas luar dalam, tak mencari nama walau sebesar titik debu, aku sampai memperingatkan orang-orang yang mendebat Kyai Askan, ku katakan,

“Jangan 
seperti itu, jangan didebat, itu tak baik.”

“Kami tak rela, Kyai diburuk-burukkan.” jawab mereka.

“Lha aku dijelek-jelekkan kan tak berkurang apa-apa, Kyai Askan juga menjelekkanku, kalau dia haus dan lapar juga makan dari wangnya sendiri, itu malah akan mengambil dosaku, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, saja ketika dijelek-jelekkan orang kafir, lalu Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu membelanya, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam marah kepada Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu. Lalu Abu Bakar Radhiallahu 'Anhu bertanya: ‘kenapa aku tak boleh mendebat sumpah serapah mereka,’ ‘kerana sebelum kamu menjawab sumpah serapah mereka, Malaikat yang membalas sumpahan mereka, tapi ketika kamu yang membalas sumpah mereka, maka para Malaikat pada pergi.’ ; Jadi biarkan aku dijelek-jelekkan, jangan dibantah, diam saja, kesabaran itu perlu diuji, kebersihan hati itu hanya akan dikeruhkan oleh rasa benci, jadi diam, rasakan, masihkah hati itu suka panas, atau sakit hati? ataukah tenang, jernih, bening, sabar, tawakal, syukur, di situ nilai ilmu seseorang itu manfaat tidak bagi diri atau tidak bermanfaat bagi diri, terjawab, dengan praktek nyata, bukan dengan kata-kata, aku ini ikhlas, aku ini tawakal, aku ini sabar, lha, kalau cuma kata-kata, anak kecil juga bisa.”

Alhamdulillah orang yang sebelumnya membelaku dan mendebat Kyai Askan kemudian perlahan sudah mahu menuruti apa yang aku harapkan, berarti aku berhasil menanamkan kadar ilmu ke hati kefahaman mereka.

Perlahan tapi pasti, setiap hari di Majlisku ada orang yang mulai datang, dan berkumpul, bukan untuk mengaji kitab kuning, bahkan aku tak pernah meminta mereka datang, mereka datang dengan kemahuan sendiri, lalu mendengar ulasanku tentang agama, seperti orang yang ngobrol, tapi semua antusias, tak pernah sekalipun aku memerintah sholat, tapi aku jelaskan dengan saripatinya amal, Sehingga semua sering malah merasa rindu kalau tak hadir di rumahku. Malah ada yang sampai mengatakan sehari tak melihat wajahku, hatinya merasa risau, jadi kadang ada yang datang ke rumah, hanya ingin menatap wajahku, Ya aku ndak apa-apa, kadang sampai ada yang datang sehari tiga kali, seperti orang makan saja, dan cuma bersalaman denganku dan duduk dua-lima menit lalu pamit. Dan banyak yang mencintai diriku melebihi kecintaannya kepada dirinya sendiri, kadang ada Suami-Istri yang setiap hari datang, hanya ingin mencium tanganku, padahal mereka berumur 60'an tahun, Ya, aku dengan senang hati memberikan tangan yang ingin dicium, kadang ada Nenek-Nenek yang sudah uzur lalu menangis-nangis minta didoakan bisa meninggal husnul khatimah, dan meminta diizinkan mencium tanganku, semua hanya kehendak Allah Azza Wa Jalla yang memiliki rahasia.

Pagi-pagi sudah ada tetamu seorang Ibu-Ibu seumuran 50'an tahun.

“Ada apa Bu?” tanyaku.

“Saya ini dari Jakarta.” jelasnya.

“Wah, jauh-jauh ada keperluan apa Bu? Saya jadi tak enak membuat ibu jauh-jauh datang.”

“Saya ada perlu untuk keperluan anak saya.”

“Kenapa anaknya Bu?” tanyaku.

“Anakku lumpuh, sudah sembilan tahun, seluruh badannya tak bisa digerakkan sama sekali. Bahkan tangan dan kaki, juga mulutnya sudah tak bisa bergerak.” ceritanya.

“Lalu maksud Ibu datang ke rumah saya?”

“Ya, saya mahu minta anak saya dido’akan, supaya 
disembuhkan dari kelumpuhan.”

“Lha, awalnya bisa lumpuh bagaimana Bu?”

“Kerana kecelakaan dik, ya pertama kecelakaan tak apa-apa, kelumpuhan terjadi setelah setahun mengalami kecelakaan.”

“Lalu kata dokter bagaimana?” tanyaku.

“Kata dokter urat saraf yang di punggung ada yang putus dan kejepit tulang.” jawabnya.

“Juga pernah dibawa ke pengobatan alternatif?”

“Ya kan sudah 9 tahun lumpuhnya, di mana ada tung..!, ada pengobatan yang kami dengar, maka kami berusaha mendatangi, mari toh dik dilihat anak saya.”

“Walah Bu…, saya itu sebenarnya tak bisa mengobati apa-apa, jadi kalau saya datang ke rumah Ibu di Jakarta, sudah jauh-jauh ya percuma, tak akan membuat perubahan.”  jelasku.

“Lalu saya bagaimana?”

“Ya ibu ku kasih air saja, nanti diminumkan dan dilapkan airnya ke seluruh tubuhnya.” kataku.

“Baik dik,” katanya.

Lalu ku beri air mineral, yang sebelumnya ku dulu, dengan meminta pada Allah Ta'ala kesembuhan untuk anaknya.

—————

Besoknya Ibu yang kemaren datang lagi.

“Gimana, ada apa lagi Bu, kok ibu kemaren datang, sekarang datang lagi, apa gak jauh Jakarta?”

“Oo saya juga kan asli Pekalongan dik, jadi ini masih di rumahku Pekalongan.”

“Ooo, saya kira dari Jakarta langsung, rupanya tinggal di sini.., lalu ini ada apa Bu?”

“Alhamdulillah, anak perempuanku yang lumpuh, tadi pagi mulutnya sudah bisa bicara, tangannya juga sudah bisa bergerak, juga kakinya bisa digerak-gerakkan.”

“Ya syukur, bagus itu.” kataku.

“Jadi saya kesini, mahu mengajak adik ini ke rumahku, tolong dipegang anak aku.” kata ibu itu.

“Bukannya aku tak mahu Bu, tapi banyak orang lain yang juga memerlukanku, jadi ini baru ibu yang meminta, Nah, kalau sehari dua puluh orang yang meminta seperti ibu, apakah saya tidak wira-wiri kemana-mana, apa tidak menjadikan saya super sibuk, ibu saya beri air saja dan dipakai seperti kemaren.”  kataku, semua orang itu selalu kalau berpenyakit pasti ingin cepat sembuh, seperti sulapan/magik.

“Iya tak apa-apa, tapi boleh tidak kalau ada orang yang mahu mengobati, dengan diurut.”

“Ya monggo, silahkan saja Bu, itu hak penuh ibu, mahu meminta orang lain mengobati, aku ini kan bukan mengobati Bu, tapi berdo’a, jadi soal kesembuhannya bukan urusanku, tapi itu urusan Allah.” kataku.

Dua hari kemudian ibu yang anaknya lumpuh itu datang lagi.

“Kenapa lagi Bu'…?” tanyaku melihat wajahnya sedang sedih.

“Itu nak, kok punggung anakku jadi pada melepuh,” katanya.

“Melepuh bagaimana bu?”

“Ya melepuh, melembung dan di dalamnya ada airnya gitu.” jawabnya.

“Oo itu mungkin anak ibu alergi terhadap minyak tertentu, atau kerana lumpuh jadi tidak bergerak, sehingga punggungnya yang ada minyak gorengnya jadinya panas.”

“Apa kerana ku pijitkan/urutkan ya?”

“Wah aku sendiri tak tahu… dibelikan saja obat krim salap, atau dipanggilkan doktor pakar kulit.” kataku. Dia pun mohon diri.

Kadang orang tak sabar, mahunya segala sesuatu itu sembuh seperti sulap/magik.

Malamnya seseorang datang dengan membawa saudaranya yang sakit katanya dikuasai Jin, selalu saja mendapat bisikan, sehingga sering tingkah lakunya tak karuan. Mungkin lagi musim orang dikuasai Jin, jadi beberapa hari ke depan yang datang adalah orang yang dikuasai Jin.

“Awalnya bagaimana kok dikuasai Jin itu?” tanyaku pada yang biasa dirasuki, dia masuk rumahku yang terpagar, maka jinnya tak berani  masuk, banyaknya jin yang mencoba menjadikan pemuda bernama Khadiq itu jadi budaknya, sehingga di depanku sadar total.

“Awalnya saya kerja di Semarang, pas musim Ninja itu saya diisi oleh seorang guru silat di Daerah Mangkang, ya awalnya saya tak mahu, tapi mahu juga kerana ya, siapa tau ada baiknya, maka setelah diisi, disuruh menelan kapas dan gotri yang katanya sudah dijampi, aku jadi berani, aku juga diberi ilmu yang kalau naik bus tak bayar, maka aku kemana-mana naik bus tak pernah bayar.”

“Wah itu tak benar, ya kasihan sopir busnya dan kondekturnya dong, lha, kalau semua penumpang kayak sampean naik busnya tak bayar, apa gak sopirnya dan kondekturnya nangis, kan mereka juga punya anak bini, lagian misal sampean jadi sopir busnya, apa sampean mahu semua penumpang yang naik bus gratis semua.” kataku.

“Ya tidak.” jawab Khadiq.

“Kalau diri tak mahu dirugikan orang lain, maka orang lain pun punya perasaan sama tak mahu kita rugikan.” jelasku.

“Apa ilmu yang ku amalkan salah? Sehingga aku dikuasai jin?” tanyanya.

“Sebenarnya dikuasaimu itu bagaimana?”  tanyaku balik.

“Aku ini sering mendengar bisikan, kalau aku harus ke suatu tempat, misal kemaren aku disuruh di Simpang Lima Semarang katanya akan ada yang memberi hadiah padaku, lalu aku dari pagi sampai sore di simpang lima Semarang, tapi sampai sore aku tak menemukan apa-apa, Maka aku melangkah pulang, tapi baru saja aku melangkah, ada bisikan katanya aku gagal, kerana tak sabar, padahal hadiahnya baru datang lima menit lagi.” jelas Khadiq.

“Hehehe…😃 itu tipu daya Jin, mana ada orang mahu memberi hadiah kamu, lha yang menabung di bank, dapat undian saja belum tentu dapat hadiah, itu hanya mahu menaklukkanmu, agar kamu mahu diperintah sekehendaknya Jin, agar kamu jadi pijakan dia di Neraka, soal lima menit dia bilang gagal, juga hanya akal-akalan dia, misal baru menunggu satu jam kamu kemudian balik juga akan dikatakan bisa lima menit, tiga menit, agar ada penyesalan di hatimu, dan besoknya kalau disuruh kayak gitu mahu.”

Dia manggut-manggut.

“Tapi aku malah pernah disuruh menunggu di pasar Kedungwuni, dan katanya akan ada bos yang memberi wang diriku, tapi ya seperti itu aku katanya gagal karena tak sabar, aku malah pernah disuruh berdiri di tepi laut Pekalongan sampai malam, katanya aku akan diberi wang yang banyak….”

“Sebenarnya masalahmu itu cuma bisikan, seandainya aku menolongmu juga, percuma, jika kau selalu mengikuti bisikan-bisikan itu, bisikan itu ada tiga, satu "khatir rahmani", artinya bisikan dari Allah, dua "khatir malaki" atau bisikan dari Malaikat, tiga 'khatir syaitani' yaitu bisikan dari Syaitan, juga Jin itu, sekalipun kau dibisiki untuk membaca Al-Qur’an, atau disuruh sholat sekalipun, maka itu tak ada pahalanya, menjalankan amal ibadah itu harus Lillahi Ta’ala, kerana Allah Ta’ala, setiap niat puasa Ramadhan, bukankah ujung-ujungnya Lillahi Ta’ala, artinya kerana Allah Ta’ala, ikhlas, bukan kerana bisikan Jin, Ya kalau sholat kerana menuruti bisikan Jin, Artinya kalau Jin tak menyuruh sholat, maka tak sholat, kalau jinnya menyuruh sholat, lantas sholat, Ya nanti kamu di akherat tidak punya amal sama sekali, kamu akan diperintah oleh Allah meminta pahala pada Jin, apa Jin bisa memberi Syurga? Ya tidak sama sekali.”

Khadiq diam saja, entah diam kerana menyelami kata-kataku, atau kerana fikirannya kosong.

Sebenarnya seseorang itu cenderung apa yang membisikinya itu dianggap kebenaran, atau anak kecil yang bisa melihat hal ghaib lantas dianggap kelebihan, Padahal itu malah akan mengganggu aqidah, kerana kemudian ada kebiasaan ketergantungan pada selain Allah, padahal "wama khalaqtul jinna wal insa illla liya’budun", manusia dan jin itu diciptakan untuk menghamba, jadi menghamba pada Allah, apapun itu kok menjadikan kita tak menghamba lagi pada Allah, Maka tandanya kita itu menyalahi dasar penciptaan atau rencana kita diciptakan

Seorang perempuan tua membawa anaknya yang dikatakannya dikuasai Jin ke rumahku, nama anaknya Jalal, menurut Ibunya, awalnya Jalal tidak apa-apa, lalu dipondokkan di Tegal Rejo Magelang, dan setelah menjalankan amalan Hizib Ghozali, maka prilaku Jalal mulai berubah, suka marah-marah, kalau sudah meminta barang harus segera dipenuhi, misal ingin motor baru pas jam dua belas malam, maka seketika itu harus dipenuhi, Ya sekalipun orang tuanya punya wang, kan juga dealer motornya sudah tutup, Jalal tak mahu tahu, dan terus marah-marah, apa-apa dibanting dan kemudian ketahuan kalau Jalal telah kerasukan atau hilang akal kerana telah dikuasai jin.

Ketika masuk rumahku, sama Jinnya pun melepaskan diri, dan tak berani masuk, kerana rumahku terpagar ghaib.

“Bagaimana kau bisa dikuasai Jin..?” tanyaku.

“Tak tau Ustaz.” jawab Jalal.

“Kok tak tahu?” tanyaku lagi

“Ya aku sendiri rasanya badanku lemah sekali, apa hizib yang ku pelajari tak benar?” tanya Jalal.

“Ya benar saja, siapa yang mengatakan tak benar? Cara mempelajari yang diharuskan di pondok yang tak benar, dan mengamalkan ilmu itu kan tak asal mengamalkan, tapi mengamalkan ilmu itu harus urut,”  kataku.

“Urut bagaimana Ustaz?” tanya Jalal.

“Ya urut dari pertama, dari dasar, kayak orang bangun rumah itu harus urut, digali pondasi disesuaikan rumah yang akan dibangun, lalu dibuat pondasi dari corcoran yang kokoh kuat, pondasinya ditunggu kering, artinya pondasi diistiqomahkan, jadi menetap, kering kukuh kuat setelah diyakini pondasi kering dan telah diyakini telah benar-benar kering, baru ke atas, penguat dinding di-cor, tiang-tiang dibentuk di-cor, agar teguh dan kuat, lalu dibangun dindingnya disesuaikan dengan rancangannya, sampai terus selesai semua dan sampai atap gentengnya, kalau tiba-tiba, dibangun temboknya, lalu genteng, baru pondasi digali tanahnya, ku yakinkan akan banyak orang, terkubur oleh rumah itu, sama dengan amaliah ilmu, akhirnya jika pembangunannya terbalik balik, maka ku pastikan akan banyak orang stres dan dikuasai Jin, Apapun di dunia ini, harus urut, itu aturan Allah, atau dinamakan Sunnatullah, masak nasi saja kalau direbus dulu, menyuci berasnya belakangan tak akan jadi, ada syarat, ada syareat, syarat itu alat yang akan dipakai, kayak mau masak nasi, harus ada ompreng/periuk nasi, ada, air, ada kompor, ada gas, ada selang/getah paip, ada beras, jadi kelengkapan itu harus ada semua, masak nasi tak ada berasnya, maka tidak dikatakan masak nasi, masak nasi ada kompornya, nasi sudah dicuci sudah di dalam ompreng, sudah lengkap airnya, kompor sudah menyala apinya, tapi ompreng tak ditaruh di atas kompor, maka seribu tahun ditunggui juga beras tak akan matang/masak jadi nasi, Jadi ada syarat, syare’atnya harus benar, syare’at itu cara, la sampai jadinya syarat dan syare’at itu menjadi nasi yang matang/masak dan enak dimakan, sampai terciptanya api bisa menyala dari gas, dan bisa membuat nasi menjadi matang dan enak, lalu dimakan masuk ke tubuh, itu namanya hakikatnya nasi rencananya dimasak, jika Allah tidak menempatkan ilham pada manusia, sehingga manusia tidak punya maksud untuk memasak nasi maka syarat dan syare’at tak akan pernah ada, jadi penetapan Allah atas niat memasak, lalu gerak tubuh melakukan gerakan memindah ompreng, mencuci beras, menggerakkan urat dan melakukan gerakan yang seperti terancang dan terencana dengan berurutan, sampai menghasilkan nasi yang matang, itu namanya hakikat, berlakunya qada’ dan qadarnya Allah di setiap kejadian.”  jelasku panjang lebar.

“Mempelajari ilmu kerana tak berurutan lalu dikuasai jin karena hati belum teguh ikhlas, jiwa belum kukuh kuat, ruh masih goncang, dan tubuh belum mengalami latihan, Ya, samalah membangun rumah, dana belum mencukupi, apa-apa masih berhutang, semen belum ada, juga tanah adalah tanah yang labil, jika dipaksakan membangun rumah, Ya, rumahnya jadi tiga hari temboknya retak, sepuluh hari orangnya ditimpa tembok dan mati,Jjangan menyalahkan amalan kerana mempelajari tak sesuai aturan kemudian diri dikuasai Jin, jangan menyalahkan rumah yang menimpa penghuninya, kerana membangunnya tidak tepat dan dari awal dirancang yang benar.”  jelasku.

“Lalu bagaimana Ustad anakku ini?” tanya Ibu itu.

“Biar ku kasih air, dan pagar badan, tapi nanti amalannya jangan diamalkan lagi ya?” kataku ku tujukan pada Jalal.

“Ya Ustaz.” jawab Jalal.

Dan Jalal dan Ibunya pun pulang, beberapa hari Ibunya datang, mengucapkan terima kasih. kerana Jalal telah sembuh.

Saat di Majlisku ada banyak tetamu, dan semua sedang bicara denganku, masuk dua orang lelaki dan perempuan, tiba-tiba yang lelaki tersungkur mengaduh-aduh berguling-guling, aku cepat bangkit, dan ku pegang kepalanya, lalu dia mulai tenang.

“Kenapa pak?” tanyaku.

“Tak tahu Mas Kyai, tiba-tiba kepalaku rasanya pening sekali.” jawab lelaki setengah tua yang mengenalkan diri bernama Tohir.

“Bapak mempunyai amalan apa?” tanyaku

“Saya orang tareqat Mas.” kayanya.

“Lha, kok sampai punya khadam Jin?”

“Ya tak tahu.” jawabnya.

“Tareqat sampean apa yang diikuti?” tanyaku.

“Tareqat Qodiriyah wa Naqsabandiyah.” jawabnya.

“Lha,  berarti sama dengan tareqat saya.” jawabku.

“Saya malah sudah dibai’at beberapa kali.”

“Wah hebat itu, lha, saya saja baru dibai’at sekali.”

“Panjenengan Kyai ini baru dibai’at sekali, kok ya saya tak punya kelebihan yang kayak penjenengan yang bisa berbagai macam ilmu dan kelebihan.”

“Hehehe…😅 begini loh Pak, walau sama-sama tareqat, tapi dalam tareqat itu ada namanya level/maqam kedudukan, yang ahli bai’at saja, ada ahli bai’at badal, dan ahli talkin itu ada ahli talkin badal, badal artinya ganti, jadi orang yang dibai’at oleh ahli baiat dan ahli talkin badal ya, selamanya tak punya kedudukan apa-apa, berpuluh tahun menjalankan tareqat ya tak punya kelebihan apa-apa, kerana selamanya menjadi prajurit rendahan, tak punya kedudukan, ya kayak dalam ketentaraan orang yang diangkat oleh hansip/security paling jadi penjaga pos kamling, jangan harap menjadi jendralnya tentara, Ya, kalau jadi penjaga pos kamling terus petentang-petenteng membawa pistol, bisa-bisa malah ditangkap polisi, Jadi dalam tareqat juga ada maqam kedudukan, Jika seseorang dibai’at oleh Wali Qutub, Wali Ghous, Wali Abdal Ahli Talkin, Ahli Bai’at, Ahli Silsilah, Ahli Tawasul, Ahli Sanad, Ahli Nasab, Wali Qutub artinya yang di jadikan sandaran semua Wali, Wali Ghous artinya yang punya kekuasaan menolong, Wali Abdal artinya sudah punya cap menggantikan Wali pilihan, Ahli Talkin, artinya mempunyai kekuatan mentalkin, Ahli Bai’at, artinya mempunyai kekuasaan membai’at, Ahli Silsilah, artinya punya kekuasaan mengangkat dan menurunkan Silsilah Tareqat, Ahli Tawasul artinya punya bisa dijadikan penghubung pokok kepada guru di atasnya, Ahli Nasab artinya Nasabnya menyambung sampai kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, lha kok dibai’at orang seperti itu ya, langsung punya kelebihan, Walau belum menjalankan amalan apa-apa, Jadi walau minta bai’at atau talkin itu tidak asal meminta bai’at dan talkin sembarangan".

“Wah ternyata ada seperti itu ya?”

“Ya.." jawabku.  [HSZ] 

To be Continued.....

#indonesia#misteri#KisahKyaiLentik  #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,

Follow me at;
twitter.com/romymantovani
facebook.com/romyschneider

linkedin.com/in/RyanSchneider

pinterest.com/helmynetwork


  VIDEO ; 


No comments