KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [103]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [103]">
Illustrasi image by pinterest.com

KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [103]

  • KISAH RASULULLAH ﷺ صل الله عليه و سلم
  • Bagian-103

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ  وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد

"Allahumma Shalli 'Ala Muhammad"

Khubaib bin Adiy

FORTUNA MEDIA -- Khubaib bin Adiy sedang berada di dalam penjara. Orang-orang Makkah menyeretnya keluar untuk disalib di hadapan umum.

Sebelum naik kayu salib, Khubaib bertanya,

"Dapatkah kamu membiarkan aku sekedar melakukan shalat dua raka'at?"

Permintaan itu dikabulkan. Khubaib melakukan sholat dua raka'at dengan baik dan sempurna. Setelah sholat ia membalikkan badannya, menghadapi semua orang. Lalu berkata,

"Kalau bukan kerana kamu akan menyangka aku sengaja memperlambat kerana takut dibunuh, niscaya aku masih akan shalat lebih banyak lagi."

Setelah itu, orang-orang Quraisy menaikkan ke atas tunggak kayu.

Dengan mata sayu, Khubaib memandangi orang-orang yang menontonnya sambil berseru,

"Ya Allah hitungkan jumlah mereka itu, binasakan mereka dalam keadaan tercerai berai, jangan biarkan hidup seorang pun!"

Mendengar suara yang keras itu, para penonton gemetar. Sebagian dari mereka bahkan merebahkan diri seolah-olah takut terkena kutukan. Sesudah itu, Khubaib dibunuh.

Seperti halnya Zaid, Khubaib pun gugur sebagai syahid yang memegang teguh amanat Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Dua roh suci ini melayang memasuki syurga yang dijanjikan.

Seandainya mahu, terus saja mereka dapat menyelamatkan diri mereka. Keduanya tinggal berkata, bahwa mereka akan kembali ke agama nenek moyang, dan orang-orang Quraisy bersenang hati menerima para prajurit segagah mereka.

Namun keyakinan keduanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan hari kemudian sudah sedemikian tinggi. Keimanan mereka sudah sekokoh karang dan tidak bisa lagi dikikis oleh siksaan atau tawaran harta duniawi.

Mereka melihat maut bukan sebagai akhir segalanya, namun justru sebagai cita-cita hidup di dunia ini. Lagi pula mereka yakin bahwa darah mereka yang tumpah akan memanggil-manggil saudara-saudara Muslimin mereka supaya memasuki Kota Makkah sebagai pemenang.

Saudara-saudara Muslimin mereka akan menghancurkan pertahanan dan perbuatan syirik. Kesucian sebagai rumah Allah akan dipulihkan. Tidak ada lagi nama berhala yang disebut kecuali nama-nama Allah yang Mahasuci.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam Berduka

Rasa duka menyelimuti Madinah, awan tampak bergumpal-gumpal. Mendung di hati Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan kaum Muslimin membuahkan air mata duka yang membasahi pipi. Penyair Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam, Hasan bin Tsabit membacakan syair-syair duka untuk mengenang kepergian enam orang syuhada itu.

Beban di fikiran Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam terus bertambah berat. Beliau khawatir kejadian seperti itu akan terulang lagi. Orang-orang Arab yang masih membenci kaum Muslimin akan terdorong melakukan hal serupa di kemudian hari.

Tiba-tiba datanglah Abu Bara Amir bin Malik seorang pemuka masyarakat di Daerah Najd. Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallampun menawarkan kepadanya, agar ia mahu memeluk agama yang mulia ini. Namun Abu Bara Amir bin Malik menolak.

Meskipun demikian Abu Bara Amir bin Malik tidak menunjukkan sikap yang memusuhi Islam. Ia bahkan berkata,

"Muhammad saya mempersilahkan engkau mengutus sahabat-Sahabatmu ka Najd dan mengajak mereka itu mahu menerima ajaranmu. Saya berharap banyak orang yang akan memeluk Islam."

Ini adalah sebuah peluang besar, namun Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam masih khawatir. Beliau takut akan terjadi pengkhianatan lagi terhadap para Sahabatnya. Beliau tidak bisa segera menjawab permintaan Abu Bara. Melihat keraguan di wajah Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Abu Bara pun mengerti.

"Saya menjamin mereka!" tegas Abu Bara Amir bin Malik.

"Kirimkanlah utusan ke sana untuk mengajak mereka menerima ajaranMu"

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melihat kejujuran di mata Abu Bara, beliau juga tahu bahwa Abu Bara adalah orang yang dapat dipercaya. Dia adalah orang yang ditaati masyarakatnya. Setiap kata-katanya akan dituruti orang-orang Najd. Siapa pun yang sudah pernah diberikan perlindungan oleh Abu Bara Amir bin Malik, tidak pernah diganggu oleh orang lain.

Berdasarkan pertimbangan ini dan peluang besar berkembangnya Islam di Jazirah Arab. Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam memanggil Al Mundir bin Amr dari Bani Sa'idah. Beliau menugaskan Al Mundir memimpin 70 orang Muslim pilihan untuk menyebarkan ajaran Islam di Najd.

Rombongan Da'i itu pun berangkat dengan penuh harap akan datangnya kebaikan. Apakah benar mereka akan diterima dengan baik atau sebaliknya, malah dikhianati.

Tragedi Bi'ir Maunah

Ketika tiba di Najd, tepatnya di Bi'ir Ma'unah, ke 70 Muslimin itu berhenti. Daerah itu terletak di antara wilayah Bani Amir dan Bani Sulaim. Al Mundir mengutus Haram bin Milhan menemui Amir bin Ath Thufail, pemimpin Bani Sulaim. Haram bin Milhan ditugaskan menyampaikan surat Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada pemimpin-pemimpin Najd, Namun Amir bin Ath Thufail sama sekali tidak membaca surat Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam itu. Ia bahkan memerintahkan agar Haram bin Milhan dibunuh.

Setelah itu Amir bin Ath Thufail meminta bantuan Bani Amir untuk membunuh kaum Muslimin yang lain. Bani Amir menolak kerana mereka adalah suku Abu Bara. Mereka tidak ingin melanggar perlindungan yang diberikan pemimpin mereka sendiri.

Amir bin Ath Thufail cepat berpaling ke suku-suku Najd yang lain. Beberapa Suku menyatakan dukungan atas pengkhianatan Amir bin Ath Thufail. Dengan cepat mereka berkumpul dan berangkat mengepung Sahabat - Sahabat Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam di Bi'ir Mau'nah.

Sahabat-Sahabat mulai curiga kerana Haram bin Milham tidak kunjung kembali, kaum Muslimin di Bi'ir Mau'nah mulai meningkatkan kewaspadaan. Namun segala tindakan untuk menarik diri dari tempat itu sudah terlambat, kerana dari segala penjuru para prajurit Najd muncul mengepung.

Segera saja kaum Muslimin mencabut pedang dan siap bertarung. Pertempuran tidak seimbang segera pecah. Para Sahabat Da'i itu bertempur mati-matian tanpa sedikit pun niat untuk menyerah. Al Mundir yang saat itu tengah menengok ternak yang menjadi perbekalan mereka, berlari dan terjun ke pertempuran. Hampir seluruh sahabat Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam di Bi'ir Mau'nah gugur, kecuali dua orang.

Kaab bin Said disangka telah mati, namun begitu pasukan Najd pulang, Ka'ab bangun dan pulang ke Madinah dengan tubuh di penuhi luka.

Satu orang lagi bernama Amir bin Umayyah.

Di tengah perjalanan pulang ke Madinah Amir bin Umayyah bertemu dua orang yang mencurigakan. Dikiranya kedua orang itu termasuk pasukan yang menyergap dan membunuh para Sahabatnya. Pada tengah malam Amir bin Umayyah menyerang dan berhasil membunuh kedua orang itu.

Sampai di Madinah, Amir bin Umayyah mengakui semuanya, termasuk dua orang yang ia bunuh. Namun kedua orang itu ternyata bukanlah musuh. Mereka justru termasuk Suku bani Amir yang telah terikat perjanjian jiwa atau bertetangga baik dengan kaum Muslimin. [HSZ]

Shallu 'alan Nabi...

💐Bersambung ... Semoga Kita Mendapat Barokah Allah 'Azza Wa Jalla.

آمينَ يا رَبَّ الْعلَمِيْنَ ..بَارَكَ اللهُ فِيْك

Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya,

Anda boleh baca disini ; The Story of The Prophet Muhammad SAW

Editor ; Helmy Network
Ilustrasi Image, Doc, Helmy Network

#kisahrasulullah, #nabimuhammadSAW, #risalahkenabian, #sirahrasulullah,

   VIDEO ; 


No comments