KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [102]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [102]">

KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [102]

  • KISAH RASULULLAH ﷺ صل الله عليه و سلم
  • Bagian-102

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ  وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد

"Allahumma Shalli 'Ala Muhammad"

Peristiwa Ar Raji

FORTUNA MEDIA -- Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam selalu siap mengirim para Sahabatnya untuk mengajarkan Islam kepada setiap Suku yang memerlukan. Kerana itu dengan prasangka baik Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam memenuhi permintaan Bani Hudzail.

Saat itu utusan Hudzail berkata,

"Muhammad di kalangan kami ada beberapa orang Islam, kirimkanlah beberapa orang sahabat Tuan bersama kami yang kelak akan dapat mengajarkan hukum Islam dan Al-Qur'an kepada kami".

   BACA juga,
Misteri Nusantara
Novel Collection
KISAH SUFI, SANG KYAI

Enam orang Sahabat besar diutus dan pergi bersama rombongan penjemput dari Hudzail. Pengkhianatan terjadi ketika mereka sampai di pangkalan air Ar Raji milik Bani Hudzail, Enam orang Sahabat itu dikepung. Begitu sadar bahwa mereka masuk dalam perangkap, keenam Da'i-Sahabat itu mencabut pedang. Hanya senjata itu yang mereka bawa namun di wajah mereka tidak terlihat terasa gentar sedikit pun.

Orang-orang Hudzail berkata,

"Demi Tuhan, kami tidak ingin membunuh kalian. Kalian akan kami jual kepada penduduk Makkah sebagai tawanan. Kami berjanji Atas nama Tuhan kami bahwa kami tidak bermaksud membunuh kalian, kerana itu menyerahlah."

Keenam Sahabat itu saling berpandangan mereka menyadari bahwa apabila mereka dibawa ke Makkah sebagai tawanan, mereka pasti akan disiksa habis-habisan dan dibunuh. Itu berarti pengkhianatan besar yang lebih berat daripada pembunuhan biasa.

Setelah saling sepakat dalam hati, salah seorang Sahabat menjawab,

"Kami tidak akan menyerah, lakukan apa yang kalian mahu kami sudah siap bertarung membela kehormatan Agama dan Nabi kami."

Maka orang-orang Hudzail yang jauh lebih banyak jumlahnya itu pun menyerang. Keenam sahabat itu bertarung dengan gigih, pedang mereka ayunkan dengan tangkas untuk menebas hujan panah atau menangkis tusukan tombak. Pertarungan tidak seimbang itu pun berakhir, tiga orang syahid dan tiga orang lagi berhasil ditangkap hidup-hidup.

Mereka yang ditangkap itu adalah Abdullah bin Thariq, Zaid bin Adatsinah, dan Khubaib bin Adiy. Kemudian mereka segera dibelenggu dengan kuat dan dibawa ke Makkah.

Namun di tengah jalan Abdullah bin Thariq berhasil melepaskan diri dari pengikat.

"Harus ada yang memberitahu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam  tentang pengkhianatan ini!" demikian fikir Abdullah.

"Aku harus berusaha meloloskan diri sekarang, namun jika gagal aku sudah siap menyusul ketiga temanku yang lain ke akhirat."

Zaid bin Adatsinah

Abdullah bin Thariq menyerang seorang pengawal dan berhasil merebut pedangnya. Dengan pedang itu ia berusaha merebut seekor kuda, namun orang-orang Hudhail (Bani Hudzail) segera pulih dari rasa terkejutnya. Mereka mengambil batu dan melempari Abdullah dari belakang. Batu-batu sebesar kepalan tangan menghantam tubuh dan kepala Sahabat mulia itu. Abdullah jatuh bersimbah darah dan gugur dalam keadaan yang sangat diimpikan setiap Muslim. Syahid membela agama.

Kedua tawanan yang lain terus dibawa ke Makkah dan dijual. Zaid bin Adatsinah dijual kepada Shafwan bin Umayyah.

"Aku akan membunuhnya sebagai balasan terbunuhnya ayahku di tangan mereka," geram Safwan dengan mata menyala-nyala.

Ayah Shafwan, Umayyah bin Khalaf dibunuh Bilal bin Rabah dalam Perang Badar.

"Nastas," panggil Shafwan keras-keras.

Sorang Budak (hamba sahaya) berbadan tegap datang.

"Siksa dan bunuh orang ini," perintah Shafwan kepada Nastas.

"Bawa dia ke tempat di mana semua orang bisa melihatnya!" ujar Shafwan.

Zaid pun diseret-seret melalui jalan-jalan di Kota Makkah. Sebagian orang menyoraki dan mencemoohnya. Sebagian lain menaruh kagum, dalam hati melihat ketabahan Zaid bin Adatsinah. Tak terlihat sedikit pun rasa takut di wajah Zaid bin Adatsinah.

Di tengah siksaan itu, Zaid bin Adatsinah tetap tampak berwibawa dan teguh seperti Bukit Cadas. Di tempat Zaid akan dibunuh, Abu Sufyan datang mendekat.

"Zaid, orang segagah engkau tidak pantas mati begini," ujar Abu Sufyan.

"Bersediakah engkau memberikan tempatmu itu pada Muhammad? dia-lah yang harus dipenggal lehernya, sedang kau dapat kembali kepada keluargamu!"

Zaid menatap Abu Sufyan seakan hairan dengan pertanyaan itu.

"Tidak," jawab Zaid bin Adatsinah.

"Seandainya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di tempatnya sekarang ini akan menderita kerana tertusuk duri sekali pun, sedang aku ada di tempat keluargaku, aku tidak akan rela!"

Abu Sufyan terpana sambil menggeleng kagum. Ia berkata,

"Belum pernah aku melihat seorang begitu mencintai Sahabatnya sedemikian rupa seperti Sahabat-Sahabat Muhammad mencintai Muhammad."

Zaid pun dipenggal. Ia gugur sebagai syahid yang memegang teguh amanat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

Diriwayatkan oleh Tabrani dari Ibnu Abbas Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Sekuat-kuat ikatan Iman adalah Persaudaraan kerana Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ, Cinta kerana Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ dan Membenci kerana Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ." [HSZ]

Shallu 'alan Nabi...

💐Bersambung ... Semoga Kita Mendapat Barokah Allah 'Azza Wa Jalla.

آمينَ يا رَبَّ الْعلَمِيْنَ ..بَارَكَ اللهُ فِيْك

Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya,

Anda boleh baca disini ; The Story of The Prophet Muhammad SAW

Editor ; Helmy Network
Ilustrasi Image, Doc, Helmy Network

#kisahrasulullah, #nabimuhammadSAW, #risalahkenabian, #sirahrasulullah,

   VIDEO


No comments