KISAH SUFI, SANG KYAI [42]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [42]">

KISAH SUFI, SANG KYAI [42]

  • Pada siri ke -41  Dikisahkan kehidupan Sang Kyai selama di Arab Saudi dengan pelbagai ragam kisah rakan-rakan sesama buruh, bukan saja dari Indonesia, malah juga buruh-buruh dari India, Afrika dan Arab. Hingga bisa masuk kedalam ruang perdukunan, kerana ramainya yang minta bantuan perobatan kepada Sang Kyai.
FORTUNA MEDIA - Di tempat kerja, seorang pekerja bertubuh tinggi masuk ke ruanganku. Aku sering memanggilnya Towil, kerana tingginya, Aku sendiri cuma seketiaknya.

“Ya Syeikh… bagaimana khabarnya?” 
kata Towil menyapaku.

“Baik, kamu sendiri bagaimana khabarmu Towil?”   tanyaku balik

“Baik Syeikh,”

 “Syeikh apaan?”


“Ya, Syeikh ya, guru besar, seorang guru besar saja belum tentu bisa seperti kamu bisa. Setahuku kamu apapun bisa, dari ilmu kitab, ilmu bekerja, ilmu komputer, bahkan ilmu mengobati.”  kata Towil.

 “Aku sebenarnya tidak semua bisa. Tetapi, Aku hanya mungkin lebih percaya diri dari orang lain, orang yang percaya diri itu selalu kelihatan bisa kerana percaya diri itu akan menimbulkan aura keyakinan di wajah. Sehingga menjadikan orang lain yang memandang menjadi yakin kerana terpengaruh oleh kepercayaan diri yang kita bawa. Orang percaya diri yang bukan dari kelebihan yang dimiliki tapi percaya diri kerana Allah, percaya Allah akan melindunginya, akan menjaganya, La khaufun alaihim walahum yahzanun, tak ada rasa takut, khawatir, sedih, susah, tentu beda dengan orang yang percaya diri kerana harta, kedudukan, kepintaran, ketampanan, skill, ketinggian.”


 “Wah, menyindir aku nih."

“Tidak juga, itu kenyataan,”

 “Mungkin kalau kau pendek, mungkin tak sepercaya diri, kerana kau tinggi, lalu membuatmu bersikap beda kerana merasa tinggi, benar tidak? Jujur saja, kita itu tak akan menjadi berkembang maju. Jika tak jujur pada diri, untuk memperbaiki perubahan ke depan. Pertama, sadari kekurangan, lalu maju ke depan. Jika sudah tidak mahu mengakui kekurangan, bagaimana mahu menutup kekurangan. Hanya membanggakan apa yang dimiliki saja. Sehingga sibuk membanggakan diri. Dan tidak sempat mahu menambah pengetahuan. Dan menolak kemahuan dari luar, Ya, jadinya seumur-umur begitu-begitu saja.”

 “Ya Syeikh…! Aku diangkat jadi murid ya…”
kata Towil.

 “Datang saja ke kamarku kalau mahu belajar.”

 “Pasti Syeikh, saya akan sering datang,”  kata Towil yang asli dari Yaman itu.

Hampir waktu istirahat siang, bulan Ramadhan. Sebenarnya ini cuti ketigaku, tapi Aku tidak mengajukan cuti, kerana, Aku akan langsung. 

Mengajukan pengunduran diri. Jadi ingat cutiku di tahun kemaren tepatnya setahun silam. Beberapa hari Aku mahu cuti lagi beres-beres ruang kerja, Munif masuk ke ruanganku.

 “Lagi beres-beres mahu cuti?” 
tanya Munif.

“Iya…”

“Aku mahu menitip boleh?”
tanya Munif lagi.

 “Menitip dari sini apa dari sana ke sini, asal jangan menyuruh bawa Istrimu kesini.” 
candaku.

 “Aku mahu nitip dari sini.”
jawab dia.

“Ya dibungkus saja yang rapi, kalau tidak terlalu berat pasti ku bawa.”

“Ringan kok. Kamu enak ya…?”

 “Enak apanya?”


“Ya enak, kerjanya di ruangan, ber AC, tidak kepanasan seperti aku.”


“Di syukuri saja, aku ber AC, dalam ruangan tapi kan gajiku kecil. Tidak ada lemburan, kalau kamu banyak lemburan-overtime, pendapatan lemburannya saja di atas gajiku. Jadi kalau merasa kurang, 
selamanya manusia itu terasa kurang saja, wong kui sawang sinawang, melihat orang lain enak, kalau menurutku disyukuri saja. Semua ada bagiannya, manusia itu tak akan mati sebelum menghabiskan rezeqinya. Sebelum menghabiskan jatah nafasnya, kalau sudah jatahnya habis, setengah nafas juga tidak akan bisa dibeli. Walau dengan wang seberapapun, makanya disyukuri.”

 “Rezeqi, ajal, itu ketentuan Allah, tidak bisa dimajukan dan tidak bisa diundur, semua sudah pasti.”

 “Yang tidak bisa memajukan dan memundurkan menambah dan mengurangi itu manusia, tapi kalau Allah ya bisa.”  jelasku.

“Lho, kalau bisa dimajukan dan dimundurkan itu berarti Allah membantah firman-Nya?”


“Lho kan, Yastaqdimuna sa’atan wala yasta’khiruna, itu kan rujuk jamak. Maksudnya manusia semua itu tidak bisa memajukan dan tidak bisa memundurkan, kalau Allah ya terserah Allah, mahu memajukan atau memundurkan itu kan hak mutlak Allah, kerana sifat Dia ‘Ala kulli syai’ing qodir". Jadi Allah tidak membantah pada. 
firmanNya, sebab firman itu ditujukan pada manusia, jadi harus difahami itu.”

“Berarti apa perlunya firman kalau ajal itu tidak bisa dimajukan dan dimundurkan walau sesaat?” tanya Munif.

“Lha, Al-Qur’an itu kan turun untuk memberi petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Ya jelas maksudnya untuk memberi petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Memberi petunjuk kalau ajal itu hal yang sudah ditulis, ditentukan, digariskan. Jadi manusia itu pasti mati, dan kematiannya sudah dipastikan. Tetapi bukan berarti Allah tidak bisa merubah apa yang telah dia tentukan. Ya, kalau tidak bisa lagi merubah sekehendak-Nya, Ya berhenti jadi Allah, kekuasaan Allah itu tidak terbatas. Tidak bisa diganggu gugat. Dan apapun yang akan Allah lakukan maka tak salah, kerana Dia yang menciptakan, mahu menghancurkan atau membuat itu terserah Dia.”

“Kalau menurutku, Ya tidak begitu, kalau umur yang sudah ditentukan ya, sudah tak bisa dirubah,” 
kata Munif ngotot,

“Ya kalau Allah tidak bisa merubah, kan, 'Waman aroda syai’an aiyaqula lahu kun fayakun' harus di hapus dari ayat Al-Qur’an.”

“Menurutku rezeqi, ajal, jodoh, itu sudah tidak bisa dirubah.” 
otot Munif.

 “Begini saja, jika kataku ini benar, bahwa Allah itu mampu memajukan ajal, dan memundurkannya sekehendak-Nya, berani tidak kamu bulan depan mati. Dan jika menurut pendapatmu bahwa Allah itu tidak sanggup memajukan dan memundurkan ajal, moga-moga aku bulan depan mati.”  kataku agak emosi.

“Ya tidak bisa seperti itu, itu tidak bisa dibuat ukuran kebenaran.”  katanya.

“Ya, kita lihat, bulan depan.” kataku.

Malamnya seperti biasa bila ada yang cuti semua pada main untuk mengucapkan selamat jalan.

Dan saat malam telah larut, jam satu malam, tinggal dua tamu di kamarku, yaitu Muhsin dan Umam, di malam itu Munif mengetuk pintuku.

“Aku minta maaf.”  kata Munif,

“Wah, dramatis banget ada apa?”  kataku melihat wajah Munif yang sedih.

“Iya siapa tahu kita tidak ketemu lagi,”

“Wah aneh- aneh saja kamu Munif.”


 “Iya siapa tahu kamu tidak kembali lagi ke Arab Saudi.”

 “Aku kembali lagi kok, kan Aku belum tunaikan haji, rugi lah jauh-jauh dari Indonesia ke Saudi kalau tak tunaikan haji.”


***
Baru setengah bulan di rumah. Aku mendengar khabar Munif meninggal dalam kecelakaan, ceritanya, para pekerja dikirim ke pabrik satunya. Sebenarnya Munif bukan salah satu pekerja yang dikirim. Jadi dia tak tercatat sebagai salah satu pekerja yang dikirim. Tetapi salah satu pekerja yang dikirim mengalami halangan. Maka Munif yang dijadikan ganti, semua pekerjaan sudah diselesaikan. Dan pekerja akan pulang ke pabrik asal. Tetapi busnya mogok, maka disewalah bus lain, di saat menuruni jalan gunung yang curam, bus remnya blong, sopir membanting setir agar bus tak , 
menghantam jurang. Tetapi bus malah menghantam dinding gunung, lalu terguling ke arah dinding gunung, dan terbanting lagi ke aspal. Dan terseret sampai dua ratusan meter, kerana terbanting-banting. Sehingga penumpang menimpa penumpang lain. Sehingga yang dibawah, terkena aspal dan pecahan kaca. Ada yang tangannya hancur sampai siku. Ada yang semua jarinya lepas. Ada yang sebagian wajahnya terkelupas, Munif tidak terluka sama sekali. Tetapi dia yang meninggal. Setelah Aku kembali cuti. Jasad Munif tidak bisa diurus kembali ke Indonesia, dan dimakamkan di Arab Saudi. Itu juga menunggu tiga bulan, sebab cutiku tiga bulan, Aku menyesal telah berkata yang keras kepada Munif. Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Memang seharusnya Aku bisa menjaga lisan. Walau semua adalah ketentuan Allah. Tetapi Aku amat merasa bersalah sekali. Semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah Subahanahu Wa Ta'ala.

Handphone berdering, ku lihat nombor yang tidak ku kenal, ku angkat, suara seorang wanita.

“Siapa ini?”
tanyaku.

 “Aku Ibu Sarah,”


“Ibu Sarah siapa?” tanyaku lagi.

“Aku seorang TKW,” katanya.

“Ooo, maaf Bu… Aku tidak ada waktu bicara yang tidak perlu.”  kataku dan handphone ku matikan.

Aku tidak mahu terjebak oleh telefon-telefonan dengan TKW. Hanya melakukan perbuatan yang sia-sia saja. Tapi phone berdering lagi, dan ku lihat masih nombor yang sama.

“Iya Bu… ada apa?”  tanyaku dengan nada tidak suka.

“Anu Nak, Ibu mahu minta tolong,”

 “Minta tolong apa Bu?” tanyaku.

“Terus terang aku tak tahu lagi harus minta tolong pada siapa, maka aku coba mengacak nombor telefon, kok yang keluar nombor Anak ini, Namanya siapa?”

 “Saya Febrian,” 
jawabku.

“Nak Febrian, saya minta tolong, ya, setidaknya minta do’a, saya sangat tertekan sekali dengan majikanku, yang orang Syi’ah, yang suka memukulku, menyiksaku, bagaimana ini Nak",

“Ooo, Ibu tenangkan diri. Coba perbanyak zikir basmalah, Nanti ku bantu supaya majikan ibu menjadi baik, dan tidak suka menyiksa.”  kataku.

 “Berapa kali saya harus wirid basmalah, Nak?”

 “Ya, sebanyak yang Ibu mampu, dua belas ribu juga boleh kalau mampu, atau lebih, nanti ku do’akan dari sini.”  kataku menghibur.

“Iya Nak, ternyata tidak salah aku mengacak nombor telefon, terimakasih Nak…” 
kata Sarah.

“Tetapi ingat ya Bu…, jangan menyumpahi majikan ya..”

Handphone mati, sepertinya pulsa/data habis.

 Jika Allah Ta'ala menjamin sesuatu. Maka berarti Allah telah menempatkan segala sesuatu sebagai pelengkapnya. Itu suatu perencanaan Allah atas segala kejadian, Sehingga semua sesuai dengan yang Allah kehendaki, dan Allah tidak pernah memerlukan sebab tapi Allah selalu membuat segala sesuatu seakan kejadian yang wajar yang masuk akal jika dicerna dengan ilmu pengetahuan. Seperti garam yang masin, dan tersedia air laut yang bila diuapkan akan menjadi
garam. Kejadian dan kejadian lain itu saling berkaitan dan saling melengkapi. Saling mendukung dan menyempurnakan. Seperti orang membuat sambal tanpa garam tidak enak.

Semua kejadian dirancang untuk bergerak dan saling memerlukan. Satu saja kurang kelengkapan itu. Maka tak akan terjadi, kita manusia yang wajib mempelajari maka tertemukan teori dan ilmu pengetahuan. Walau sekedar membuat sambal, sambal tanpa cabe. Maka tidak akan enak, atau membuat mobil, mobil tanpa roda maka tak jalan.

Begitu juga jika Allah membuat syarat ubudiyah, penyembahan, penundukan hati dan ketundukan atas perintah. Tidak ada seorang pun yang akan bisa mengakali Allah, kecuali akan mengakali dirinya sendiri. Tidak ada seorang pun yang menipu Allah, kecuali hanya akan menipu dirinya sendiri. Sebab Allah telah melihat hati bahkan nasib seseorang, tembus terlihat jelas. Maka daripada menipu lebih baik jujur, kejujuran itu lebih menyelamatkan.

Pagi-pagi baru bangun tidur phone sudah berdering, dan kulihat ternyata Sarah. 

“Ada apa Bu?”  tanyaku.

 “Amalan dari anak sudah ku amalkan,”  kata Sarah.

 “Lalu?”
tanyaku.

“Ini Nak, Ibu kok jadi takut.” 
kata Sarah.

“Takut apa Bu?”

“Begini, kemaren kan aku dimarah-marahi sama majikanku lagi, sampai matanya melotot-lotot, lalu aku sumpahi, matamu copot, Ya aku juga tidak sadar bilang itu dengan bahasa Indonesia, dan majikanku tidak tahu, lha, tadi pagi, aku nyapu, kok ku lihat di lantai menggelinding seperti kelereng. Setelah ku teliti ternyata kok mata, mata majikanku itu lepas satu. Ini bagaimana Nak, Ibu merasa berdosa, huuu… Ibu berdosa pada Allah.”  kata Sarah sambil menangis.

“Sudah Bu… sudah yang terjadi ya biar terjadi, sekarang saya minta Ibu berhati-hati menggunakan lisan. Walau cuma bacaan basmalah, kelihatan sepele, dan anak kecil juga bisa. Tetapi basmalah yang ku berikan pada Ibu itu ada sanadnya menyambung sampai Rasulullah, dari guruku. 
 Jadi ada kekuatannya. Jadi saya minta Ibu dijaga lisannya.”  jelasku.

“Ya, maafkan aku, Nak…” 
kata Sarah

 “Sudah Bu, yang penting jangan diulangi.”

Setiap manusia itu Khalifah, pemimpin, dan setiap hati itu menjadi Khalifahnya tubuh. Sungai-sungainya adalah urat, patihnya adalah fikiran. Dan tentaranya adalah semua indra. Jika hati buruk, dengkian, sombong, angkuh, fanatik, pemaksa, Ingin menang sendiri, pemarah, keras, jorok, c4bul. Maka di sungai-sungai urat akan mengalir berbagai limbah. Dan fikiran juga akan mengupayakan kejahatan terencana dengan sempurna. Dan orang lain yang berdekatan pasti merasa tidak aman, semua akan tergaris jelas kepalsuan dan kec4bulan juga kejahatan di wajah. Makanya tidak semua orang lantas dekat polis merasa aman. Dan tidak semua orang dekat pengemis merasa takut.

Siapa saja yang belum bisa mengendalikan dan membersihkan dunia dalam tubuhnya. Pasti akan menyebabkan orang lain yang berdekatan akan merasa tidak nyaman.


Jika seseorang telah mampu menjadikan hatinya jadi Khalifah yang adil atas dirinya, maka orang lain yang di dekatnya akan merasa nyaman. Dan senang berlama-lama di dekat orang tersebut, lebih nyaman dari berada di tepi aquarium ikan yang di dalamnya berbagai ikan berenang, sebab orang yang telah menjadikan segala gerak laku menjadi bersih dari pamrih dan selalu ikhlas. Maka akan seperti pertamanan yang indah, keindahan memancar dari gerak, lisan yang penuh hikmah, ilmu yang mengalir seperti sungai bening, yang kelihatan dasarnya. Dan angin yang bersahabat menjadi penenang tanpa obat, damai tanpa ujung pangkal. Setiap pemikirannya adalah mutiara yang tidak ternilai harganya, kerana tiada keberpihakan pada kepentingan, dan keuntungan yang semu. Dan semua orang itu bisa, menjadikan hatinya sebagai khalifah. Sebagai pemimpin yang 'mengayomi' (protect/melindungi) dan menjaga seperti pohon yang jika dipakai berteduh akan menurunkan buah agar si peneduh melepas dahaga. Tidak usah menyalahkan orang lain, agar diri menjadi benar. Dan tidak perlu memerintah agar diikuti. Jadikan saja khalifah hatimu, mengatur benar semua prilaku. Makanya belum dikatakan orang yang beriman. Jika orang lain masih tidak selamat dari prilaku dan prasangka burukmu, Allah itu Zat yang suci. Bagaimana jika diri mahu menggantungkan diri pada Allah, sementara hati masih dikotori oleh keinginan selain-Nya.

Musim haji telah tiba, dan Alhamdulillah perjalanan hajiku lancar, dan banyak hikmah ku petik di dalamnya.

Setelah tunaikan Haji, Aku pulang ke Indonesia. Semua sahabatku di Arab Saudi ku tinggalkan, perjalanan panjang akhirnya sampai di Airport kepulangan. Aku beserta Pak Ibrahim.

Sampai di Airport Riyad, ternyata pesawat sudah mahu berangkat.

Padahal harus boking tiket, sementara temanku Pak Ibrahim sudah tua, dia sudah 20an tahun di Arab Saudi. Dan ini adalah kepulangannya yang terakhir, Aku suruh Pak Ibrahim di depanku, Agar selesai lebih dulu boking tiketnya. Tetapi ternyata tiket diminta semua, dan anehnya tiketku yang diberikan dahulu, Aku tunggu Pak Ibrahim, tiketnya belum juga diberikan. Setengah jam menunggu, seperti ada yang 
memberitahuku, kalau sebentar lagi pesawat akan berangkat.

 “Pak, Aku tunggu dulu di ruang tunggu ya…!” 
  kataku pada pak Ibrahim.

 “Iya tak apa-apa.”
  jawabnya.

Aku segera bergegas ke ruang tunggu, sampai di ruang tunggu yang biasanya ramai banyak TKW. Ini tidak ada satupun yang duduk. Seorang pilot yang biasa check tiket pesawat menghampiriku.

“Mahu pergi ke mana?” 
tanyanya dengan logat bahasa Arab.

 “Mahu ke Indonesia.”  jawabku.

“Ayo cepat sebentar lagi pesawat akan berangkat.”  kata pilot itu.

Dan Aku segera bergegas ke pesawat. Memang lima menit kemudian pesawat telah tinggal landas. Aku tidak tahu bagaimana nasib Pak Ibrahim. Dan ku tahu setelah sampai di Indonesia, kalau Pak Ibrahim ketinggalan pesawat. Dan menginap di hotel Riyad, diikutkan pada penerbangan berikutnya,

Sampai di Indonesia dengan selamat, dan bau rumah, serta kehangatan keluarga, baru dua harian di rumah. Ada banyak tamu datang, ku kira tetanggaku. Ternyata orang yang mahu minta tolong, dengan berbagai keluhan sakit dan aneka macam masalahnya.

Ku pandangi Laptop putihku. Ada banyak kenangan di dalamnya. Tetapi sekarang di Indonesia, baru ku rasakan keberadaannya tidak banyak memberi manfaat. Dan Aku jika dipakai menulis pun baiknya memakai handphone. Jadi bisa dibawa kemana-mana, dan bisa menulis sambil tiduran.

Tetapi bagaimanapun Laptop ini telah banyak memberikan kenangan. Teman-teman facebook yang seperti bintang gemintang, berkerlap kerlip dengan beraneka ragam latar belakang kehidupannya. Dan dari laptopku dulu ku berikan jawaban atas masalah di mesenger facebook, atau di website, dan website ku, juga ku bimbing banyak orang yang menjadi murid internetku. Walau kami tidak pernah bertemu.

Ada banyak kisah dan cerita dari teman-temanku di internet, kisahku dan kisah mereka kadang seperti susu dan warna putih, tidak bisa 
dipisahkan. Walau tidak diakui atau diakui, kita seperti air yang mengalir kemudian bertemu di satu sungai bernama persahabatan, lalu dipisahkan oleh kepentingan.

Tetapi kami seperti para penjaga yang saling memperingatkan ketika lena, walau kadang bertemu itu seperti mimpi. Mimpi mendapat selembar daun emas, yang tidak laku kami belanjakan ketika terjaga. Sebab daun emasnya hanya di mimpi saja.

Ada banyak kisah. Walau hanya Sahabat Facebook, teramat banyak kisah, sampai Aku kadang bingung mahu menulis dari mana?

Seperti teman wanitaku yang bernama Inayah, mengeluhkan karena lama sudah nikah tapi tak juga punya anak.

 “Mas saya bisa dido’akan agar bisa dikurniai momongan. saya sudah belasan tahun menikah tetapi belum punya momongan.”  pesannya di Fbku. 
 [HSZ] 

To be Continued.....

#indonesia#misteri#KisahKyaiLentik  #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,

VIDEO ; 



No comments