KISAH SUFI, SANG KYAI [40]
KISAH SUFI, SANG KYAI [40]
- Pada siri ke-39. Selama pengembaraan Sang Kyai di Arab Saudi ini, Sang Kyai menjadi tumpuan untuk minta bantuan masalah pribadi dan keluarga rakan-rakan beliau yang sama-sama bekerja di Arab Saudi.
- “Ini ada apa Iwan kok tidak biasanya main ke kamarku?”
- “Anu Mas, saya juga mahu minta tolong…” kata Iwan.
- “Wah, lama-lama Aku bisa dianggap dukun ini di Arab Saudi.. ” 😄 candaku.
- “Ya beza toh Mas, kalau dukun kan pakai kemenyan, kembang/bunga, sesajen, lha panjenengan kan minta langsung sama Allah..” sela Pak Purwanto.
FORTUNA MEDIA - “Bagaimana soal Istri saya?” tanya Lukman lagi setelah kami selesai makan.
“Hehehe… kembali lagi, ya tidak usah menanyakan soal Istrimu…” kataku sambil menyalakan rokok.
“Aku benar-benar belum tenang Mas, jika belum tahu hal yang sebenarnya.” kata Lukman.
“Perlu kamu tahu, Aku melihat aib orang lain itu, akan sangat membuat mata hatiku buta. Jadi ada batas-batas mana yang tak boleh Aku lihat, dan mana yang boleh Aku lihat, apa yang ku miliki ini anugerah. Maunah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala, jadi tidak bisa diriku asal diriku seenaknya memakai. Misal melihat aib orang lain, atau melihat misal perempuan mandi, bisa jadi apa yang ku miliki ini akan tercabut.”
“Tapi Mas, aku minta sekali ini saja, Mas membantuku.”
“Ketahuilah, jika kamu tahu, ku katakan sejujurnya. Itu tidak akan menjadikanmu malah semakin baik. Tetapi malah akan merusakmu. Maka tidak tahu akan lebih baik.” jelasku.
“Tolong lah Mas…” kata Lukman menangis.
“Baik-baik, semoga Allah Ta'ala mengampuni dosaku. Dan suatu saat mengembalikan mata hatiku yang buta dan semoga Kyaiku mema’afkan kesalahan yang akan ku perbuat, ku katakan Istrimu selingkuh.” kataku dengan berat hati.
“Apa benar Mas?” tanya Lukman, menatapku mencari kepastian.
“Biar sekalian detail, kamu nanti bisa telefon Istrimu dan mencari kejelasan dengan apa yang ku katakan nanti. Dengarkan baik-baik. Dia kenal dengan lelaki selingkuhannya di sebuah taman, lelaki itu bernama Rohman, perawakannya sedang, kulit kuning, dia juga sudah punya Istri. Awalnya Istrimu curhat, lalu bertemu kembali ketika menonton bola volly. Lalu bertemu kembali di hotel.Jadi wang yang kamu kirimkan dipakai mereka berdua membayar hotel. Malah waktu ke hotel ditemani anak kecilmu. Nah sudah, Aku tak bisa bicara banyak. Ini sudah menyiksaku.” kataku panjang lebar.
Dan Lukman menangis.
“Sebaiknya kamu bicara dengan Istrimu, menanyakan kejelasan. Sebagai lelaki sejati harus tegar, hadapi kenyataan sepahit apapun itu. Jangan cengeng, itu kenyataan. Sudah ku katakan tidak tahu mungkin akan lebih baik.”
Aku tinggal Lukman tidur. Sementara dia menelfon Istrinya, dan walau awalnya Istrinya membantah. Tetapi akhirnya mengakui semua. Setelah apa yang ku katakan pada Lukman diungkap. Sampai Istrinya hairan, kerana Suaminya yang di Arab Saudi bisa tahu sedetail itu. Tetapi setelah pengungkapanku itu, mata batinku seperti tertutup, Aku tidak bisa melihat lagi keghaiban di sekitarku. Tidak bisa lagi menterjemahkan apa yang tersirat di balik kejadian. Ah, memang perjalananku harus mengulang, Aku meneteskan air mata.
Sore sepulang kerja, dan selesai mandi Sodikun sudah menungguku.
“Maaf Mas, kata Mas benar, anak perempuanku, seharian ini berak dan kencing mengeluarkan gumpalan daging yang banyak sekali, ini bagaimana Mas… katanya tubuhnya sampai lemah.” kata Sodikun.
“Ya tidak apa-apa, bagus, ya dibawa ke hospital lagi saja, biar dilihat apa tumornya masih ada.” jelasku.
“Begitu ya Mas?” tanya Sodikun.
“Ya, sebaiknya begitu.”
Malamnya Iwan juga masuk, membawa beberapa bungkus r0kok ditaruh di mejaku.“Apa ini?” tanyaku.“Ini Mas sekedar terima kasihku.” kata Iwan.
“Terima kasih apa?”
“Nenekku sudah bisa jalan.” kata Iwan,
“Tidak perlu susah-susah Iwan.”
“Tidak apa-apa Mas…”
***
“Aku mahu pulang ke Indonesia Mas…” kata
Lukman.
“Cuti?” tanyaku.
“Tidak Mas, aku berhenti kerja di pabrik.”
“Lhoh, kok gitu?”
“Iya Mas, apa perlunya kalau aku kerja jauh-jauh
di Arab Saudi, kalau rumah tanggaku hancur.”
“Kamu sudah mengajukan berhenti?” tanyaku
pada Lukman.
“Sudah Mas.” jawabnya singkat.
“Ingat segala sesuatunya apapun kejadian di
dunia ini sudah digariskan oleh Allah, Jangan
menyalahkan keadaan dan apapun yang terjadi,
sadari diri kenyataannya mengalami itu, lalu
kembalikanlah kepada Allah. Hati itu terkadang
harus terluka, seperti tanah itu kadang dicangkul dibajak. Agar tanah menjadi subur. Dan
mahu kembali ingat kepada Allah. Jika kita tidak
melakukan kehalusan diri membajak hati kita
sendiri maka Allah akan memperingatkan kita
dengan kasar, dan lewat cobaan-cobaan yang
maksudnya agar kita ingat, hati menjadi subur. Dan kembali ke jalan yang tidak mengutamakan
ego. Manusia itu dalam kenyataannya dibuat
menjadi mahluk yang lemah. Tetapi bisa jadi kerana
suatu ilmu atau kekuasaan maka kemudian
merasa diri kuat, dan egois. Maka Allah
kemudian memperingatkan kembali keberadaan
manusia kembali sebagai diri yang lemah. Allah Ta'ala ledakkan gunung, Allah goyangkan bumi dengan
gempa, Allah tumpahkan laut dengan tsunami,
Allah perintahkan angin untuk memporak-porandakan bumi. Agar hati manusia menyadari
kelemahan. Dan kembali menggantungkan diri
pada Zat Yang Paling Perkasa dan Maha Menolong yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sebaiknya sebelum pulang Umrah dulu ke Makkah. Dan sedikit tenangkan
hati, ingat hanya orang yang hatinya tenang yang
akan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi.” jelasku panjang lebar
“Iya Mas, rencana juga mahu Umrah dulu…” jawab
Lukman.
Aku sudah tidak dipekerjakan menjadi tukang
sapu. Aku disuruh menunggu material yang ku perlukan datang. Dan, Aku ditempatkan di
belakang Banggala, Banggala kalau di Indonesia
ya seperti mini market. Menjual berbagai keperluan. Dan walau cuma menunggu untung tidak jenuh
kerana ada internet. Di Arab Saudi hanya dua sim-card. yaitu Al-Jawal dan mobile. Aku selalu
memakai Al-Jawal, kerana internetnya dapat ku
tembus, bisa internet gratis. Sehingga mahu
apa saja, asal internet pasti gratis. Semua
konten luc4h di Arab Saudi itu tidak bisa dibuka. Entah
pakai handphone atau komputer. Asal ada unsur luc4h, warna biru, dan ada tulisan p0rno, s3x. Jika dibuka pasti langsung diblok. Tetapi
kalau pakai internet gratis malah tidak, kerana tidak
terbaca operator kita membuka apa.
Dan tentu saja Aku bebas membuka. Tanpa ada
blok, kerana bisa membuka sehingga orang-orang
kebanyakan ingin ku ajari. Setidaknya dapat
mengurangi kesenangan mereka telefon-telefon dengan TKW, yang kebanyakan menghabiskan gaji sebulan. Ya, tidak apalah mereka ku ajari
membobol internet, ku setingkan, asal tidak
menghabiskan wang, dipakai untuk telefon.
Kerana kebanyakan menganggur sehingga tiap hari
paling ngobrol sama teman-teman di Indonesia,
lewat e-bbudy, atau lewat forumku di jowo.jw.lt. Dan makwa.mw.lt, atau iseng-iseng menulis
CERBER cerita berantai yang digagas oleh
temanku Asim, atau menulis cerita-cerita
pendek. Setidaknya waktu tidak membosankan, dan
yang pasti internet gratis.
Apalagi setelah membeli laptop, Aku memakai
antena wireless adapter. Dan memakai pemancar
wajan bolik (pan transmitter). Untuk menyadap (hack/extract) modem orang Arab yang
dibiarkan bocor tanpa password. Main internet makin seru. Setiap hari habis pulang kerja
langsung saja membuka internet. Kalau hari Khamis-Jum’at libur. Habis kerja seharian sampai malam
jam empat pagi baru tidur, kerana membuka
internet. Semua orang Indonesia kemudian juga
membeli laptop, dan berinternet gratis.
Tak ada lagi telefon-telefonan dengan TKW, di kamarku tiap hari ada saja yang minta diajari memakai laptop, bahkan orang Pakistan dan Yaman juga ada yang datang minta diajari.
***
“Mas…! Nenekku meninggal…” kata Iwan suatu
pagi bicara padaku dengan wajah murung.
“Innalillahi Wainna Ilaihi Raji’uun, bila Iwan?” tanyaku.
“Semalam, kerana mungkin ingin mengambil air,
atau mahu ke kamar mandi. Jadi jalan sendiri. menurut tembok, dan menabrak TV, dan
tertimpa, dan ditemukan sudah meninggal.” cerita Iwan.
“Sabar Wan…, setiap orang juga akan mati,
segala sesuatu pasti ada sebabnya, semua
kejadian tidak lepas dari taqdir yang telah
digariskan.” hiburku.
“Iya Mas…, cuma kenapa aku jadi lupa tidak
meminta Mas juga mendo’akan agar sakit mata Nenekku sembuh. Soalnya matanya sudah susah
melihat Mas. Makanya dia berjalan merambati
tembok, sehingga menabrak TV.”
“Nah, itu juga tidak lepas dari ketentuan dan
rancangan Allah.” jelasku.
“Mungkin saja
kematiannya lebih baik, daripada menanggung
derita selama ini.”
Seperti biasa, Aku cuma duduk-duduk di ruang
kerjaku, kerana tidak ada pekerjaan, Pak Sodikun
masuk ke ruang kerjaku, wajahnya kelihatan
panik.
“Mas… aku mau minta tolong lagi…” katanya
panik.
“Minta tolong apa lagi? Apa tumor anaknya
kambuh lagi?” tanyaku.
“Tumornya sudah sembuh Mas…, tapi sekarang
anak perempuanku dibawa kabur lelaki…” kata
Sodikun agak malu.
“Wah, kalau itu Aku tidak bisa menolong, Ya, dilaporkan ke polis saja, lha, Aku sendiri walau di
Indonesia juga belum tentu bisa menolong.”
“Apa tidak bisa dido’akan biar pulang Mas.”
“Do’a itu senjatanya orang Islam, 'Addu’au Syaiful Muslimin', kerana do’a itu penggantungan diri
pada Sang Pencipta. Sehingga jika seseorang ditaqdirkan buruk. Dan tidak bisa siapapun
merubah menjadi baik. Maka berdo’a saja minta
pada Allah agar taqdir dirubah oleh Allah
menjadi baik, kerana hanya Allah yang bisa
merubah taqdir. Jadi secara tidak langsung dengan
do’a taqdir itu bisa dirubah, kerana penyandaran
permintaan pada Allah. Tetapi juga dalam hal
tertentu kita tidak bisa menggantungkan do’a,
kerana Allah telah menetapkan syarat, sebab,
contoh jika masak kurang masin. Jangan dido’akan agar masakan jadi masin. Ya, dido’akan sehari
semalam juga tak akan asin. Sebab sudah ada
sarat, kalau ingin masin ya, ditambah garam. Maka makanan yang kurang masin, kasih saja
garam, pasti masin, ya, seperti anakmu yang dibawa
kabur pacarnya itu laporkan saja ke polisi, biar
dicari".
“Oh iya Mas makasih.” kata Sodikun.
Aku jadi berfikir mungkin Allah Ta'ala, memberikan
penyakit tumor kandungan pada anak gadisnya
Sodikun, dengan maksud agar tidak menjalankan
perbuatan maksiat yaitu zina. Tetapi, Aku telah
memintakan kesembuhan, sehingga akhirnya
malah pacaran kemudian hamil. Ah entahlah, Aku memang lemah. Semoga Allah Ta'ala mengampuni
kesalahanku.
Ternyata banyak sekali maksud yang terkandung
dalam segala kejadian, yang terkadang tidak Aku
mengerti sebelum semuanya terjadi.
Memang akhirnya Anak Sodikun akhirnya
mengandung di luar nikah.
***
Akhirnya Aku mulai kerja. Walau semuanya serba
manual, yang ku kerjakan membuat nama dan
nombor semua Villa yang diaplikasikan di Viber,
kalau di pabrik lama, pekerjaan bisa dilakukan
dengan cepat, kerana sudah ada mesin
pemotong. Tetapi kalau di sini, harus memotong
satu demi satu memakai gergaji besi. Jadi
pekerjaan memakan waktu lama. Apalagi tulisan
yang harus ku bikin sampai ada seratus lebih.
Kalau menulisnya sih, paling beberapa menit juga
jadi. Tetapi yang lama itu gergajinya.
Sebulan, clear juga pekerjaanku. Dan aku ditarik
lagi ke pabrik lama.
Kamar lamaku amat kotor. Setiap kamar
sebenarnya sudah tertutup dan tidak ada angin
yang masuk, jadi udara hanya masuk lewat Air Conditioner. Dan pembuangan lewat blower. Tetapi
bagaimanapun debu tetap menerobos masuk. Di kawasan Jizan itu kalau badai debu jarak pandang hanya
dua meter. Di tanah debu bisa setebal semata
kaki, udara pekat oleh debu. Dan jika sudah
musimnya, bisa dipastikan, setiap hari siang
sampai malam, udara dipenuhi debu. Jika keluar
kamar harus memakai masker, atau tutup kepala. Jika tidak rambut akan lengket, dan hidung akan
penuh debu.
Untung di Arab Saudi itu rumah semua di-cor, atap
juga cor-coran. Jadi sekalipun angin besar. Tetapi
rumah tidak goyah sama sekali. Aku membayangkan
kalau di Indonesia yang atap rumah terbuat dari
genteng, pasti akan diterbangkan angin, kalau di Arab Saudi lagi musim debu, kayu, sepeda/basikal pun bisa
terseret angin, dan pohon bertumbangan.
Sekalipun rumah tertimba juga tidak masalah,
kerana rumah di-cor simen semua.
Yatno masuk kamarku, wajahnya takut.
“Ada apa?” tanyaku sambil mengangkat masakan dari kompor/dapur letrik.
“Aku muntah darah Kang…” kata Yatno panik.
“Memangnya kenapa?”
“Dadaku sakit sekali Kang, tolong aku Kang…!” kata Yatno sambil duduk lemah memegangi
dadanya.
“Coba sini ku lihat,” kataku mendekat, lalu
menempelkan tangan ke dadanya.
“Coba tarik nafas.” kataku, dan Yatno tarik nafas.
“Bagaimana masih nyeri?”
“Alhamdulillah sudah enakan Kang.”
“Syukur kalau begitu, awalnya bagaimana kok
muntah darah?” tanyaku.
“Tidak tahu Kang, dadaku kayak dipalu rasanya, dan tiba-tiba aku muntah, dan ku lihat kok darah.” cerita Yatno.
“Mungkin kamu kebanyakan mer0kok, mbok ya
dikurangi mer0koknya.”
“Aneh Kang aku selalu ingat dengan pacarku yang
Semarang, rasanya seperti di fikiranku tidak mahu
hilang.”
“Lha, kamu selama ini bagaimana? Apa kamu masih
aktif kirim wang? Lalu Istrimu yang di Jawa
Timur bagaimana?” tanyaku.
“Aku masih kirim wang ke pacarku Kang, dan aku
sudah cerai dengan Istriku waktu cuti kemaren,
jadi aku sekarang duda…”
“Rupanya kamu tak mahu mendengar nasehatku
dulu ya…”
“Maaf Kang…”
“Jika ku katakan kalau pacarmu itu sudah punya
kekasih di Semarang sana, dan wang yang kamu kirimkan itu dipakai modal sayang-sayangan tiap hari. Dan pacarmu itu dalam waktu dekat ini akan menikah. Apa kamu tidak apa-apa?” kataku.
“Tak apa-apa Kang, aku cinta dia kok.”
“Cinta dia? Wah, tidak beres kamu, harus
dibersihkan,”
“Dibersihkan bagaimana Kang?”
“Ya, masak ada lelaki cinta perempuan,
perempuannya menyeleweng, Eee, kok masih cinta
dan mandah saja tetap kirim wang,” kataku
geleng-geleng kepala.
“Aku tidak mengerti Kang.” kata Yatno.
“Ya, kamu itu sudah di dukunin.” kataku, dan ku
ambil air mineral, lalu ku tiup,
“Ini kalau tidak
percaya, minum air ini.” Lalu Yatno meminum air yang ku berikan, lima
menit kemudian,
“Kaaang, dadaku panas, panas sekali Kaaaang…!
Aduh tolooong Kaaang..!” kata Yatno memelintirmelintir memegangi dadanya yang katanya panas.
Ku tempelkan tanganku di dada Yatno, lalu rasa
panas di dadanya ku ambil, dia mulai tenang,
“Kamu itu digendam sehingga kamu menurut saja,
mahu saja mengirimkan wang kepada pacarmu. Itu
sama sekali tak wajar. Coba bayangkan mengirim wang tiap bulan tujuh juta rupiah kepada orang
yang tidak punya ikatan resmi. Apa namanya
wajar?"
“Iya Kang, malah aku sendiri sudah tahu kalau
pacarku itu sudah punya lelaki dan dia akan
menikah dengan lelaki yang disukainya. Malah dia
juga selalu cerita kepadaku. Malah setiap selesai
hubungan dengan lelaki itu dia cerita padaku,
anehnya aku makin cinta, dan tidak bisa
membencinya.”
“Nah, dari situ kan sudah kelihatan anehnya,
kalau apa yang kamu alami ini tidak wajar.”
“Kalau begitu tolong aku Kang, aku tak mahu kalau
diputuskan oleh pacarku itu, kalau diputuskan
lebih baik aku mati.” kata Yatno.
“Kata-kata yang kau ucapkan itu masih dalam
pengaruh gendam. Coba ambil air biar ku isi.” kataku yang masih duduk di depan laptop.
“Ini airnya Kang..” kata Yatno menyerahkan air
padaku. Lalu air ku isi, dan ku serahkan lagi pada
Yatno.
“Ini minum sebagian, dan sebagian lagi kamu
pakai mandi.” kataku, yang segera dipraktekkan
Yatno.
Selesai mandi dia datang lagi padaku.
“Aneh Kang, kok fikiranku sekarang plong, dan
aku rasanya benci sekali dengan pacarku itu.” katanya.
“Ya, begitulah kalau sadar. Tetapi nanti dukunnya
akan merasakan benturan kekuatan, sehingga dia
akan berusaha menyerang balik. Tidak apa-apa asal
kamu di dekatku Insya Allah tidak apa-apa.” kataku.
Baru saja lampu ku matikan. Dan, Aku mahu
berangkat tidur tiba-tiba “DAARRR..! ” ledakan
dahsyat bola api pas di depanku jarak satu meter. Api berhamburan seperti kembang/bunga api. Jelas ini
santet yang diarahkan padaku. Aku tahu ini dukun
yang mengerjai Yatno.
Yatno datang mengetuk pintu, kerana Aku mahu
tidur jadi pintu ku kunci, Yatno masih memakai
pakaian kerja. Rupanya dia lagi kerja malam.
“Aduuuh Kaanng, badanku panas sekali…” katanya.
Memang waktu Yatno masuk ku rasakan hawa
panas dari tubuhnya. [HSZ]
To be Continued.....
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; KISAH SUFI, SANG KYAI
Ilustrasi Image; Doc, Fortuna Media
#indonesia, #misterinusantara, #KisahKyaiLentik #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,
No comments
Post a Comment