KISAH SUFI, SANG KYAI [40]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [40]">

KISAH SUFI, SANG KYAI [40]

  • Pada siri ke-39. Selama pengembaraan Sang Kyai di Arab Saudi ini, Sang Kyai menjadi tumpuan untuk minta bantuan masalah pribadi dan keluarga rakan-rakan beliau yang sama-sama bekerja di Arab Saudi.

  •  “Ini ada apa Iwan kok tidak biasanya main ke kamarku?” 
  • “Anu Mas, saya juga mahu minta tolong…”  kata Iwan.

  • “Wah, lama-lama Aku bisa dianggap dukun ini di Arab Saudi.. ” 😄 candaku.
  •  “Ya beza toh Mas, kalau dukun kan pakai kemenyan, kembang/bunga, sesajen, lha panjenengan kan minta langsung sama Allah..”  sela Pak Purwanto.

 
FORTUNA MEDIA -  “Bagaimana soal Istri saya?”  tanya Lukman lagi setelah kami selesai makan.

“Hehehe… kembali lagi, ya tidak usah menanyakan soal Istrimu…”
kataku sambil menyalakan rokok.

“Aku benar-benar belum tenang Mas, jika belum tahu hal yang sebenarnya.”
kata Lukman.

“Perlu kamu tahu, Aku melihat aib orang lain itu, akan sangat membuat mata hatiku buta. Jadi ada batas-batas mana yang tak boleh Aku lihat, dan mana yang boleh Aku lihat, apa yang ku miliki ini anugerah. Maunah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala, jadi tidak bisa diriku asal diriku seenaknya memakai. Misal melihat aib orang lain, atau melihat misal 
perempuan mandi, bisa jadi apa yang ku miliki ini akan tercabut.”

“Tapi Mas, aku minta sekali ini saja, Mas membantuku.”

“Ketahuilah, jika kamu tahu, ku katakan sejujurnya. Itu tidak akan menjadikanmu malah semakin baik. Tetapi malah akan merusakmu. Maka tidak tahu akan lebih baik.” 
jelasku.

“Tolong lah Mas…”  kata Lukman menangis.

 “Baik-baik, semoga Allah Ta'ala mengampuni dosaku. Dan suatu saat mengembalikan mata hatiku yang buta dan semoga Kyaiku mema’afkan kesalahan yang akan ku perbuat, ku katakan Istrimu selingkuh.”  kataku dengan berat hati.

 “Apa benar Mas?”  tanya Lukman, menatapku mencari kepastian.

 “Biar sekalian detail, kamu nanti bisa telefon Istrimu dan mencari kejelasan dengan apa yang ku katakan nanti. Dengarkan baik-baik. Dia kenal dengan lelaki selingkuhannya di sebuah taman, lelaki itu bernama Rohman, perawakannya sedang, kulit kuning, dia juga sudah punya Istri.
 Awalnya Istrimu curhat, lalu bertemu kembali ketika menonton bola volly. Lalu bertemu kembali di hotel.Jadi wang yang kamu kirimkan dipakai mereka berdua membayar hotel. Malah waktu ke hotel ditemani anak kecilmu. Nah sudah, Aku tak bisa bicara banyak. Ini sudah menyiksaku.”  kataku panjang lebar.

Dan Lukman menangis.

“Sebaiknya kamu bicara dengan Istrimu, menanyakan kejelasan. Sebagai lelaki sejati harus tegar, hadapi kenyataan sepahit apapun itu. Jangan cengeng, itu kenyataan. Sudah ku katakan tidak tahu mungkin akan lebih baik.”


 Aku tinggal Lukman tidur. Sementara dia menelfon Istrinya, dan walau awalnya Istrinya membantah. Tetapi akhirnya mengakui semua. Setelah apa yang ku katakan pada Lukman diungkap. Sampai Istrinya hairan, kerana Suaminya yang di Arab Saudi bisa tahu sedetail itu. Tetapi setelah pengungkapanku itu, mata batinku seperti tertutup, Aku tidak bisa melihat lagi keghaiban di sekitarku. Tidak bisa lagi menterjemahkan apa yang tersirat di balik kejadian. Ah, memang 
perjalananku harus mengulang, Aku meneteskan air mata.

Sore sepulang kerja, dan selesai mandi Sodikun sudah menungguku.

 “Maaf Mas, kata Mas benar, anak perempuanku, seharian ini berak dan kencing mengeluarkan gumpalan daging yang banyak sekali, ini bagaimana Mas… katanya tubuhnya sampai lemah.”  kata Sodikun.

“Ya tidak apa-apa, bagus, ya dibawa ke hospital lagi saja, biar dilihat apa tumornya masih ada.” jelasku.

 “Begitu ya Mas?”  tanya Sodikun.

 “Ya, sebaiknya begitu.”

Malamnya Iwan juga masuk, membawa beberapa bungkus r0kok ditaruh di mejaku.“Apa ini?”  tanyaku.“Ini Mas sekedar terima kasihku.”  kata Iwan.

“Terima kasih apa?” 

“Nenekku sudah bisa jalan.”  kata Iwan,
“Tidak perlu susah-susah Iwan.”

“Tidak apa-apa Mas…”

***
“Aku mahu pulang ke Indonesia Mas…”
kata Lukman.

“Cuti?”  tanyaku.

 “Tidak Mas, aku berhenti kerja di pabrik.”

 “Lhoh, kok gitu?”

 “Iya Mas, apa perlunya kalau aku kerja jauh-jauh di Arab Saudi, kalau rumah tanggaku hancur.”

“Kamu sudah mengajukan berhenti?” 
tanyaku pada Lukman.

 “Sudah Mas.” 
jawabnya singkat.

 “Ingat segala sesuatunya apapun kejadian di dunia ini sudah digariskan oleh Allah, Jangan menyalahkan keadaan dan apapun yang terjadi, sadari diri kenyataannya mengalami itu, lalu kembalikanlah kepada Allah. Hati itu terkadang harus terluka, seperti tanah itu kadang 
dicangkul dibajak. Agar tanah menjadi subur. Dan mahu kembali ingat kepada Allah. Jika kita tidak melakukan kehalusan diri membajak hati kita sendiri maka Allah akan memperingatkan kita dengan kasar, dan lewat cobaan-cobaan yang maksudnya agar kita ingat, hati menjadi subur. Dan kembali ke jalan yang tidak mengutamakan ego. Manusia itu dalam kenyataannya dibuat menjadi mahluk yang lemah. Tetapi bisa jadi kerana suatu ilmu atau kekuasaan maka kemudian merasa diri kuat, dan egois. Maka Allah kemudian memperingatkan kembali keberadaan manusia kembali sebagai diri yang lemah. Allah Ta'ala  ledakkan gunung, Allah goyangkan bumi dengan gempa, Allah tumpahkan laut dengan tsunami, Allah perintahkan angin untuk memporak-porandakan bumi. Agar hati manusia menyadari kelemahan. Dan kembali menggantungkan diri pada Zat Yang Paling Perkasa dan Maha Menolong yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sebaiknya sebelum pulang Umrah dulu ke Makkah. Dan sedikit tenangkan hati, ingat hanya orang yang hatinya tenang yang akan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi.”  jelasku panjang lebar

“Iya Mas, rencana juga mahu Umrah dulu…”  jawab Lukman.

Aku sudah tidak dipekerjakan menjadi tukang sapu. Aku disuruh menunggu material yang ku perlukan datang. Dan, Aku ditempatkan di belakang Banggala, Banggala kalau di Indonesia ya seperti mini market. Menjual berbagai keperluan. Dan walau cuma menunggu untung tidak jenuh kerana ada internet. Di Arab Saudi hanya dua sim-card. yaitu Al-Jawal dan mobile. Aku selalu memakai Al-Jawal, kerana internetnya dapat ku tembus, bisa internet gratis. Sehingga mahu apa saja, asal internet pasti gratis. Semua konten luc4h di Arab Saudi itu tidak bisa dibuka. Entah pakai handphone atau komputer. Asal ada unsur luc4h, warna biru, dan ada tulisan p0rno, s3x. Jika dibuka pasti langsung diblok. Tetapi kalau pakai internet gratis malah tidak, kerana tidak terbaca operator kita membuka apa.

Dan tentu saja Aku bebas membuka. Tanpa ada blok, kerana bisa membuka sehingga orang-orang kebanyakan ingin ku ajari. Setidaknya dapat mengurangi kesenangan mereka telefon-telefon dengan TKW, yang kebanyakan menghabiskan 
gaji sebulan. Ya, tidak apalah mereka ku ajari membobol internet, ku setingkan, asal tidak menghabiskan wang, dipakai untuk telefon.

Kerana kebanyakan menganggur sehingga tiap hari paling ngobrol sama teman-teman di Indonesia, lewat e-bbudy, atau lewat forumku di jowo.jw.lt. Dan makwa.mw.lt, atau iseng-iseng menulis CERBER cerita berantai yang digagas oleh temanku Asim, atau menulis cerita-cerita pendek. Setidaknya waktu tidak membosankan, dan yang pasti internet gratis.

Apalagi setelah membeli laptop, Aku memakai antena wireless adapter. Dan memakai pemancar wajan bolik (pan transmitter).
 Untuk menyadap (hack/extract) modem orang Arab yang dibiarkan bocor tanpa password. Main internet makin seru. Setiap hari habis pulang kerja langsung saja membuka internet. Kalau hari Khamis-Jum’at libur. Habis kerja seharian sampai malam jam empat pagi baru tidur, kerana membuka internet. Semua orang Indonesia kemudian juga membeli laptop, dan berinternet gratis.

Tak ada lagi telefon-telefonan  dengan TKW, di kamarku tiap hari ada saja yang minta diajari memakai laptop, bahkan orang Pakistan dan Yaman juga ada yang datang minta diajari.

***
 “Mas…! Nenekku meninggal…”  kata Iwan suatu pagi bicara padaku dengan wajah murung.

“Innalillahi Wainna Ilaihi Raji’uun, bila Iwan?”  tanyaku.

“Semalam, kerana mungkin ingin mengambil air, atau mahu ke kamar mandi. Jadi jalan sendiri. menurut tembok, dan menabrak TV, dan tertimpa, dan ditemukan sudah meninggal.” 
cerita Iwan.

“Sabar Wan…, setiap orang juga akan mati, segala sesuatu pasti ada sebabnya, semua kejadian tidak lepas dari taqdir yang telah digariskan.”  hiburku.

 “Iya Mas…, cuma kenapa aku jadi lupa tidak meminta Mas juga mendo’akan agar sakit mata Nenekku sembuh. Soalnya matanya sudah susah melihat Mas. Makanya dia berjalan merambati tembok, sehingga menabrak TV.” 

“Nah, itu juga tidak lepas dari ketentuan dan rancangan Allah.”  jelasku.

 “Mungkin saja kematiannya lebih baik, daripada menanggung derita selama ini.” Seperti biasa, Aku cuma duduk-duduk di ruang kerjaku, kerana tidak ada pekerjaan, Pak Sodikun masuk ke ruang kerjaku, wajahnya kelihatan panik.

 “Mas… aku mau minta tolong lagi…”  katanya panik.

 “Minta tolong apa lagi? Apa tumor anaknya kambuh lagi?” tanyaku.

 “Tumornya sudah sembuh Mas…, tapi sekarang anak perempuanku dibawa kabur lelaki…”  kata Sodikun agak malu.

 “Wah, kalau itu Aku tidak bisa menolong, Ya,  dilaporkan ke polis saja, lha, Aku sendiri walau di Indonesia juga belum tentu bisa menolong.”

 “Apa tidak bisa dido’akan biar pulang Mas.”

 “Do’a itu senjatanya orang Islam, 'Addu’au Syaiful Muslimin', kerana do’a itu penggantungan diri pada Sang Pencipta. Sehingga jika seseorang 
ditaqdirkan buruk. Dan tidak bisa siapapun merubah menjadi baik. Maka berdo’a saja minta pada Allah agar taqdir dirubah oleh Allah menjadi baik, kerana hanya Allah yang bisa merubah taqdir. Jadi secara tidak langsung dengan do’a taqdir itu bisa dirubah, kerana penyandaran permintaan pada Allah. Tetapi juga dalam hal tertentu kita tidak bisa menggantungkan do’a, kerana Allah telah menetapkan syarat, sebab, contoh jika masak kurang masin. Jangan dido’akan agar masakan jadi masin. Ya, dido’akan sehari semalam juga tak akan asin. Sebab sudah ada sarat, kalau ingin masin ya, ditambah garam. Maka makanan yang kurang masin, kasih saja garam, pasti masin, ya, seperti anakmu yang dibawa kabur pacarnya itu laporkan saja ke polisi, biar dicari".

“Oh iya Mas makasih.” 
kata Sodikun.

Aku jadi berfikir mungkin Allah Ta'ala, memberikan penyakit tumor kandungan pada anak gadisnya Sodikun, dengan maksud agar tidak menjalankan perbuatan maksiat yaitu zina. Tetapi, Aku telah memintakan kesembuhan, sehingga akhirnya malah pacaran kemudian hamil. Ah entahlah, Aku 
memang lemah. Semoga Allah Ta'ala mengampuni kesalahanku. Ternyata banyak sekali maksud yang terkandung dalam segala kejadian, yang terkadang tidak Aku mengerti sebelum semuanya terjadi. Memang akhirnya Anak Sodikun akhirnya mengandung di luar nikah.

***
Akhirnya Aku mulai kerja. Walau semuanya serba manual, yang ku kerjakan membuat nama dan nombor semua Villa yang diaplikasikan di Viber, kalau di pabrik lama, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat, kerana sudah ada mesin pemotong. Tetapi kalau di sini, harus memotong satu demi satu memakai gergaji besi. Jadi pekerjaan memakan waktu lama. Apalagi tulisan yang harus ku bikin sampai ada seratus lebih.

Kalau menulisnya sih, paling beberapa menit juga jadi. Tetapi yang lama itu gergajinya.

Sebulan, clear juga pekerjaanku. Dan aku ditarik lagi ke pabrik lama.

Kamar lamaku amat kotor. Setiap kamar sebenarnya sudah tertutup dan tidak ada angin yang masuk, jadi udara hanya masuk lewat Air Conditioner. Dan pembuangan lewat blower. Tetapi bagaimanapun debu tetap menerobos masuk. Di kawasan Jizan itu kalau badai debu jarak pandang hanya dua meter. Di tanah debu bisa setebal semata kaki, udara pekat oleh debu. Dan jika sudah musimnya, bisa dipastikan, setiap hari siang sampai malam, udara dipenuhi debu. Jika keluar kamar harus memakai masker, atau tutup kepala. Jika tidak rambut akan lengket, dan hidung akan penuh debu.

Untung di Arab Saudi itu rumah semua di-cor, atap juga cor-coran. Jadi sekalipun angin besar. Tetapi rumah tidak goyah sama sekali. Aku membayangkan kalau di Indonesia yang atap rumah terbuat dari genteng, pasti akan diterbangkan angin, kalau di Arab Saudi lagi musim debu, kayu, sepeda/basikal pun bisa terseret angin, dan pohon bertumbangan. Sekalipun rumah tertimba juga tidak masalah, kerana rumah di-cor simen semua.

Yatno masuk kamarku, wajahnya takut. 


 
“Ada apa?” tanyaku sambil mengangkat masakan dari kompor/dapur letrik.

“Aku muntah darah Kang…”  kata Yatno panik.

“Memangnya kenapa?”

“Dadaku sakit sekali Kang, tolong aku Kang…!”  kata Yatno sambil duduk lemah memegangi dadanya.

 “Coba sini ku lihat,” kataku mendekat, lalu menempelkan tangan ke dadanya.

“Coba tarik nafas.”  kataku, dan Yatno tarik nafas.

“Bagaimana masih nyeri?”


 “Alhamdulillah sudah enakan Kang.”

 “Syukur kalau begitu, awalnya bagaimana kok muntah darah?”  tanyaku.

 “Tidak tahu Kang, dadaku kayak dipalu rasanya, dan tiba-tiba aku muntah, dan ku lihat kok darah.” 
cerita Yatno.

 “Mungkin kamu kebanyakan mer0kok, mbok ya dikurangi mer0koknya.” 


“Aneh Kang aku selalu ingat dengan pacarku yang Semarang, rasanya seperti di fikiranku tidak mahu hilang.”

 “Lha, kamu selama ini bagaimana? Apa kamu masih aktif kirim wang? Lalu Istrimu yang di Jawa Timur bagaimana?” 
tanyaku.

 “Aku masih kirim wang ke pacarku Kang, dan aku sudah cerai dengan Istriku waktu cuti kemaren, jadi aku sekarang duda…”

 “Rupanya kamu tak mahu mendengar nasehatku dulu ya…”

 “Maaf Kang…”


“Jika ku katakan kalau pacarmu itu sudah punya kekasih di Semarang sana, dan wang yang kamu kirimkan itu dipakai modal sayang-sayangan tiap hari. Dan pacarmu itu dalam waktu dekat ini akan menikah. Apa kamu tidak apa-apa?” 
kataku.

“Tak apa-apa Kang, aku cinta dia kok.”

 “Cinta dia? Wah, tidak beres kamu, harus dibersihkan,”

 “Dibersihkan bagaimana Kang?”
 

“Ya, masak ada lelaki cinta perempuan, perempuannya menyeleweng, Eee, kok masih cinta dan mandah saja tetap kirim wang,”  kataku geleng-geleng kepala.

“Aku tidak mengerti Kang.”  kata Yatno.

 “Ya, kamu itu sudah di dukunin.”  kataku, dan ku ambil air mineral, lalu ku tiup,

 “Ini kalau tidak percaya, minum air ini.”  Lalu Yatno meminum air yang ku berikan, lima menit kemudian,

“Kaaang, dadaku panas, panas sekali Kaaaang…! Aduh tolooong Kaaang..!” kata Yatno memelintirmelintir memegangi dadanya yang katanya panas.

 Ku tempelkan tanganku di dada Yatno, lalu rasa panas di dadanya ku ambil, dia mulai tenang,

“Kamu itu digendam sehingga kamu menurut saja, mahu saja mengirimkan wang kepada pacarmu. Itu sama sekali tak wajar. Coba bayangkan mengirim wang tiap bulan tujuh juta rupiah kepada orang yang tidak punya ikatan resmi. Apa namanya wajar?"

“Iya Kang, malah aku sendiri sudah tahu kalau pacarku itu sudah punya lelaki dan dia akan menikah dengan lelaki yang disukainya. Malah dia juga selalu cerita kepadaku. Malah setiap selesai hubungan dengan lelaki itu dia cerita padaku, anehnya aku makin cinta, dan tidak bisa membencinya.”

“Nah, dari situ kan sudah kelihatan anehnya, kalau apa yang kamu alami ini tidak wajar.”


 “Kalau begitu tolong aku Kang, aku tak mahu kalau diputuskan oleh pacarku itu, kalau diputuskan lebih baik aku mati.” 
kata Yatno.

 “Kata-kata yang kau ucapkan itu masih dalam pengaruh gendam. Coba ambil air biar ku isi.”  kataku yang masih duduk di depan laptop.

“Ini airnya Kang..”  kata Yatno menyerahkan air padaku. Lalu air ku isi, dan ku serahkan lagi pada Yatno.

 “Ini minum sebagian, dan sebagian lagi kamu pakai mandi.” 
kataku, yang segera dipraktekkan Yatno. Selesai mandi dia datang lagi padaku. 

“Aneh Kang, kok fikiranku sekarang plong, dan aku rasanya benci sekali dengan pacarku itu.”  katanya.

“Ya, begitulah kalau sadar. Tetapi nanti dukunnya akan merasakan benturan kekuatan, sehingga dia akan berusaha menyerang balik. Tidak apa-apa asal kamu di dekatku Insya Allah tidak apa-apa.”
kataku.

Baru saja lampu ku matikan. Dan, Aku mahu berangkat tidur tiba-tiba “DAARRR..! ” ledakan dahsyat bola api pas di depanku jarak satu meter. Api berhamburan seperti kembang/bunga api. Jelas ini santet yang diarahkan padaku. Aku tahu ini dukun yang mengerjai Yatno. Yatno datang mengetuk pintu, kerana Aku mahu tidur jadi pintu ku kunci, Yatno masih memakai pakaian kerja. Rupanya dia lagi kerja malam.

 “Aduuuh Kaanng, badanku panas sekali…”  katanya. Memang waktu Yatno masuk ku rasakan hawa panas dari tubuhnya.  [HSZ] 

To be Continued.....

#indonesia#misteri#KisahKyaiLentik  #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,

No comments