KISAH SUFI, SANG KYAI [35]

 <img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [35]">

KISAH SUFI, SANG KYAI [35]

  • Pada siri ke-34. Dikisahkan dalam pengembaraan Sang Kyai di Arab Saudi, pelbagai ragam karenah manusia Arab Saudi dan para imigran dan tenaga kerja dari pelbagai Negara yang Sang Kyai temui.
  • Salah satunya yang dialami Sang Kyai asalah, saat berurusan dengan birokrasi orang Arab Saudi. Apalagi soal pengurusan surat kerja (permit kerja), Sang Kyai hingga merasa trauma, jadi suntuk. Apalagi sifat orang Arab Saudi yang kebanyakan suka meremehkan orang lain. Padahal kalau menurut Sang Kyai, orang yang meremehkan orang lain, juga akan nantinya diremehkan. 
FORTUNA MEDIA - Jam sembilan pagi. Ada istirahat sebentar dan para pekerja menyebutnya dengan "SAE," atau "ngeteh". Orang Arab biasanya berangkat kerja membawa sarapan pagi, roti kubus, kubus terbuat dari tepung diuleni dengan air dan garam, lalu dipipihkan dan ditempel ke tembikar tanah, makannya disobek dan dicucuhkan kekuah kari, rasanya? Ya, kalau Aku tidak doyan/suka.

Jam 9, Aku menghadap manager administrasi. Soalnya waktu berangkat dari Indonesia, Aku dijanjikan mahu dinaikkan gajiku kalau sudah di Arab Saudi. Sebenarnya sudah sering ku dengar kata-kata JANGAN PERCAYA DENGAN UCAPAN ORANG ARAB SAUDI, kata itu sering ku dengar dari 
teman-temanku yang pernah bekerja di Arab Saudi, selalu bilang, JANGAN PERCAYA UCAPAN ORANG ARAB SAUDI, JANGAN MAHU DIBERI JANJI TANPA ADA HITAM DI ATAS PUTIH, JANGAN MAHU DISURUH KERJA YANG BUKAN TERMASUK YANG TELAH DISEPAKATI WALAU DIJANJIKAN UPAH LEBIH.

Tapi Aku langgar semua kata itu, pertama Aku percaya pada manager yang mengatakan : Nanti setelah di Arab Saudi gaji ku naikkan. Dan jam 9 itu Aku menghadap ke manager untuk mengkonfirmasi janjinya. Tapi dia bilang, sekarang masa training, nanti setelah 3 bulan. Setelah masa training, gaji ku naikkan. Begitu katanya meyakinkan.

Setelah 3 bulan Aku menghadap lagi, Dan ternyata dia bilang: "Kenaikan gaji itu bukan hakku. Itu hak kantor pusat di ABHA. Jadi aku tak bisa memberi kenaikan". Aku geleng-geleng kepala, Ah dia telah salah memilih orang untuk dizalimi. 

Ku katakan pada Muhsin,
“Managermu telah 
salah memilih orang untuk dizalimi. Ini ingat kata-kataku sebentar lagi pabrik akan mengalami kebangkrutan, perlahan akan hancur,”

Dan belum sampai setahun, pabrik benar-benar mengalami kebangkrutan, export ditutup pemerintah, biasanya yang beli semen sampai antri berkilo meter. Jadi sepi, karyawan mulai dipecati, yang tua dipulangkan, lembur (overtime) diwajibkan tapi tak dibayar, manager sudah seperti orang stres, tukang kayu disuruh jadi tukang kebun, tukang kebun disuruh jadi tukang kayu. Apalagi ditambah per4ng yang terjadi di sekitar pabrik antara pemberontak Houthi Yaman, dengan tentara Arab Saudi, keadaan pabrik makin merosot.

Profesionalisme memang bukan sifat orang Arab Saudi, maka jangan percaya dengan kata orang Arab Saudi.

“Katanya sudah menghadap manager soal kenaikan gaji, bagaimana hasilnya?”  tanya Muhsin

“Ya, dia janjikan nanti setelah masa training.”   jawabku.

“Ya, nanti ditunggu saja, lalu bagaimana syaratnya menjadi muridnya Mas?”


“Tak ada syaratnya, harus ikhlas saja menjalankan amalan yang ku berikan, ini amalannya sudah ku tuliskan.”  kataku sambil menyodorkan kertas bertuliskan amalan.

“Ini hitungannya 10 ribu ya Mas?”  tanya Muhsin.

 “Iya.”

 “Apa tidak salah nulis nolnya?”

 “Salah di mananya? Nolnya empat kan?” 
tanyaku.

 “Iya empat.”

 “Kalau empat berarti benar, kan sepuluh ribu enolnya empat,” 
jelasku.

“Iya kali saja tiga saja nolnya…, “

 “Lhoh itu wirid sepuluh ribu, wirid paling ringan.”
tekanku.

“Kan sudah ku katakan menjadi muridku itu berat, kalau mahu menjadi orang ampuh ya, harus  
kuat duduk, itu kan melawan kehendak nafsu, menyelesaikan zikir, seseorang itu diijabah atau tidak diijabah do’anya hanya melewati lapisan nafsunya, dibuka hijab tutup makrifatnya sehingga diberi pengetahuan ilmu-ilmu Allah, Ya,  hanya melewati lapisan nafsunya, semakin seseorang itu sibuk meladeni/melayani nafsunya. Maka makin jauh orang dengan Allah Ta'ala, artinya orang itu menjadikan nafsunya sebagai Tuhannya, ILAHAHU HAWAHU. Segala macam amaliyah itu hanya dengan maksud kita bisa menundukkan nafsu dan menempatkannya pada kerangkeng/sangkar/cage  yang bernama mutma’inah. Nafsu menjadi tenang, tidak bergejolak ingin dipenuhi. Orang itu jika masih punya keinginan mulia di sisi manusia, jangan harap punya pangkat di sisi Allah Ta'ala. Orang itu kalau masih mengharap pada manusia dan kebendaan maka jangan harap do’anya diijabah Allah, kerana sebenarnya dia tidak meminta kepada Allah. Tetapi meminta kepada ketakutan dan harapannya sendiri, kadang seseorang merasa telah benar ibadahnya. Dan tanpa disadari ibadahnya telah melenceng jauh. Sehingga bukan fadhilah atau anugerah buah ibadah yang diterima. Tetapi yang dirasakan adalah kesesakan hati, suntuk dan makin jauh dari Allah, lalu berlari ke kubur-kuburan. Mencari jawab atas kemandekan/genangan/stagnation ibadah yang selama ini dilakukan tidak mendapat apa-apa.”

 “Iya Mas…”

“Sebenarnya ibadah yang menghasilkan buah ibadah itu tak sulit, amat simpel, dan tak bertele-tele, tapi manusia punya nafsu, dan manusia harus menaklukkan nafsunya, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, saja mengatakan per4ng Uhud itu per4ng kecil, Kita akan pergi dari per4ng kecil ke per4ng besar, dan p3rang besar itu adalah memerangi hawa nafsu. Dikatakan besar kerana kita memerangi diri sendiri. Dan umumnya tak ada orang yang mahu menahan keinginan yang menggebu-gebu, yang ada manusia yang selalu ingin keinginannya dipuaskan".

"Padahal kepuasan, ketamakan itu tak ada ujung pangkalnya, puasnya, Ya MATI, orang punya Istri satu, ingin dua, punya dua ingin tiga, Orang punya rumah satu ingin punya dua, punya dua ingin punya tiga. Dan terus berkelanjutan, punya sapi/lembu satu ingin dua, punya dua ingin tiga, punya mobil satu ingin punya yang paling mewah dua. D
an seterusnya, kalaupun punya pulau satu. Maka ingin dua pulau, punya dua pulau ingin punya tiga pulau. Makanya sejak dulu kerajaan saling ingin menguasai yang lain, Dan tak ada cara mencegah berkobarnya nafsu kecuali dengan memperkecil nyalanya, bukan memadamkan tapi menyalakan di tempat yang semestinya, kalau nafsu syahwat padam, kasihan Istri, kalau Istrinya impoten, Jadi keinginan atau nyalanya nafsu itu ditempatkan sesuai tempatnya, seperti api ditempatkan di lilin atau kompor/dapur. Sehingga bisa dimanfaatkan, nafsu sahwat ditumpahkan pada Istri. Dan nafsu itu hanya bisa ditenangkan dengan mengenali jalur-jalur keluarnya, jalur keluarnya nafsu itu dinamakan latifah, kelembutan sumber keluarnya nafsu. Dan sumber itu kita sumbat perlahan dengan zikir, ala bi dzikrillahi tatma’inul qulub, Ingatlah hanya dengan mengingat Allah lah hati itu bisa tenang. Bagaimana siap tidak menjalankan?”

 “Ya, Mas saya siap..”

“Tidak ada manusia, Wali, Nabi sekalipun, Jin, Juga Malaikat atau Syaitan itu hebat, kecuali Allah 
mengizini dan menganugerahkan kehebatan. Maka jangan sekali-kali menyandarkan pada selain Allah, Orang 'Alim, Kyai, Nabi, Jin, Malaikat. Semua itu ciptaan sama dengan kita, kalau kita menyandarkan pada sama-sama ciptaan yang punya kekurangan. Maka jelas salah kita, bertawakal dan bersandarlah hanya pada Allah, Semua ciptaan selain kita. Itu tidak bisa memberi manfaat dan bahaya, kecuali Allah mengizinkan menjadikannya memberi manfaat, dan bahaya.”

 “Hm… mumet Mas…”  (mumet- pening)

“Hehehe, Ya, tiddak apa-apa, besok dilanjut lagi.”
kataku,

Setiap gerak, setiap kejadian. Dan setiap apapun yang bergerak dan berhenti itu tak lepas dari kehendak dan taqdir berlaku di dalamnya. Mungkin, Aku akan terlihat lebih diam dari pohon mati dan lebih tak bergerak dari batu yang keras, kerana Aku sering tenggelam dalam penyelaman dunia hatiku, di saat orang bercanda dan tertawa-tawa, Aku mungkin akan seperti manusia yang tak ada, tak terseret oleh candaan siapapun, Dan lebih suka menyendiri menyelami tentang ilmu Allah, rasanya setiap waktu ku 
gunakan kefahaman walau telah berhari-hari Aku menyelam. Namun dasar kefahaman tak juga ku capai. Hanya keheningan tanpa aksara. Dan Aku mencoba menghindari menyalahkan siapapun manusia, Sebab Aku amat yakin semua telah diprogram menempati taqdir-taqdirnya. Seperti layangan yang ditarik benang, dan diterbangkan dengan arah angin yang dikehendaki kemana hembusannya.

Bahkan, Aku mendapat teman sekamar, kerana kunci hanya satu. Dan dibawa temanku. Sehingga hampir tiap hari Aku harus masuk kamar lewat jendela atau Aku harus sering ketinggalan kerja kerana teman yang mandinya berjam-jam, semua adalah proses, semua manusia punya sisi buruk. Dan pasti tak jarang orang tak suka denganku, kerana sisi burukku yang mengemuka, dan cenderung Aku tak menyadari keburukan diri sendiri.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala selalu menciptakan orang lain bisa jadi untuk melatih kesabaran orang lainnya, seperti menciptakan syaitan, guna dijadikan penguji bagi manusia. Agar keimanan tertempa. Agar keteguhan teruji, dan siapa yang pantas dan tak 
pantas mendapat anugerah dan pahala akan terlihat jelas.

Kerja di pabrik semen mungkin sama dengan kerja di pabrik lain, soalnya Aku tak pernah kerja di pabrik manapun. Di pabrik semen yang ku tempati, ada sistem kerja yang namanya drama, lhoh kok bisa? Aku sendiri pertama kaget ada kerja model kayak gitu, tahu kan drama? Drama berarti ya tidak bekerja betulan, pura-pura kerja tapi tak menghasilkan apa-apa tapi kelihatan paling sibuk.

Contoh, misal menancapkan paku, paku ditancapkan separoh, lalu sibuk mukul. Tetapi yang dipukul kanan kiri paku. Jadi tak dikenakan pakunya. Sebentar istrirahat, Nanti kalau ada mandor datang, pakunya dipukul secara benar. Tetapi juga jangan sampai ambles/tenggelam/sink
, Ya, satu paku jatahnya satu hari lah. Malah bisa juga diambil lemburan (over-time) dalam rangka menancapkan satu paku itu.

 Aku sendiri kaget, Aku penulis kaligrafi. Dalam menyelesaikan kaligrafi, Ya, menurutku sih santai saja, Eehh, ternyata di Arab Saudi yang ku selesaikan dalam sehari itu bisa diselesaikan oleh penulis sebelumnya dalam masa sebulan. Jadi kerana 
pabrik membuat ukuran sebelumnya, Jadi Aku diberi tugas menyelesaikan tugas tulisan untuk satu bulan, Ya, Aku selesaikan dalam sehari, kerana tak tahu, Akhirnya dalam masa sebulan Aku nganggur. Berangkat kerja, cuma mengisi absen, dan duduk seharian waktu Zuhur pulang, Jam satu balik kerja. Lalu duduk sampai jam 4 sore, dan pulang, lama-lama jenuh juga, Maka mulai itulah tulisan SANG KYAI ini ku tulis. Apalagi, Aku bisa menjadikan internet Arab Saudi gratis, Walau dengan handphone tulisan Sang Kyai mulai ku tulis sedikit demi sedikit. Padahal di Arab Saudi internet amat mahal. Sekali masuk 4 Riyal, satu Riyal sama dengan dua ribu empat ratus rupiah. Untung Aku bisa menjadikan internet gratis, semua teman menganggap Aku gila, mengkhayal, kerana mengatakan internet bisa gratis. Padahal, Aku katakan ke yang lain, Aku sendiri telah menggunakan gratisan ada setengah tahunan. Tetapi setelah semua ku ajari caranya, maka semua mengikuti.

Drama, ya, memang sudah jadi kebiasaan kerja drama. Aku tidak ikutan drama, Maka disalahkan yang lain. Padahal jelas itu amat tak sesuai dengan nuraniku, wang itu ku makan, dimakan Anak- Istriku, menjadi darah, mencuci hati, 
menjadi daging, Aku membayangkan. Jika Anak-Istriku ku beri makan dari hasil kerja mendrama, yang tak halal, Aku membayangkan anakku akan susah ku nasehati, Istriku akan jadi orang keras kepala, Ah, tak sanggup Aku membayangkannya, dan rasanya ingin pulang saja.

Tapi, Aku sudah di Arab Saudi, belum tunaikan Haji lagi. Apalagi keberangkatan ke Arab Saudi wangnya harus ku ganti, kerana biaya keberangkatanku di tanggung PJTKI.

Hari Khamis, libur, paling enak tidur, di hari biasa saja di tempatku sudah tak ada kerjaan. Maka jangan harap Aku mendapat lembur. Sementara yang lain pada lembur/
over-time.

Setelah sarapan pagi, siap-siap untuk tidur, handphone  bunyi.

 “Lagi apa Mas?”  suara Muhsin.

“Ya, biasa tidur.”
jawabku malas kerana sudah setengah tidur.

“Tidak lembur?”

“Ah, mana ada lembur, apa yang mahu dilemburkan?”
 

“Umrah yuuk..”

“Umroh? Ah, tidak punya wang, mahu Umrah pakai apa?”
jawabku.

 Bagaimana mahu Umrah, gaji saja belum diterima, Ah ada-ada aja si Muhsin. Aku melanjutkan tidur lagi, tapi sebentar handphone bunyi lagi, ku angkat.

 “Mas, Aku sudah di depan kamar.”  suara Muhsin.

“Iya sebentar ku bukakan.” kerana kamar ku kunci, Aku telah pindah kamar dari sekamar dengan orang yang cuma punya satu kunci, pindah ke kamar yang punya dua kunci, bersama orang Madura. Kamar ku buka.

 “Ayo Mas Umrah…, masih tidur?”  tanya Muhsin.

“Iya…”  Jawabku dengan mata memicing, kerana silau oleh cahaya masuk ke kamar, maklum di Arab Saudi itu kalau pagi matahari sudah terik kayak di Indonesia di waktu siang tengah hari.

“Ayo siap-siap.”  ajaknya.

“Aku tidak punya wang..” kataku.

“Tinggal berangkat aja kok Mas.., itu taksinya sudah nunggu di depan.” 

“Wah, ini serius.?” tanyaku.

“Ya, iyalah..”

 “Tapi, Aku tidak punya pakaian Umrah.”

 “Sudah ku sedia’in semua, tinggal bawa pakaian ganti.”


 “Ya, kalau gitu Aku ambil pakaian ganti.”  kataku sembari/sambil berjalan ke lemari, ambil tas dan memasukan pakaian ganti, sabun dan pasta gigi.

 “Terus besok Sabtu kerja bagaimana itu?”  tanyaku.

 “Kan berangkat dari sini pagi, besok jam segini sampai di Makkah, lalu siang hari Jum’at berangkat ke Makkah. Malam jam tiga-an kan sudah sampai di sini, Istirahat sebentar kan Sabtunya sudah bisa kerja.”  jelas Muhsin.

Ternyata taksi sudah ada di luar. Dan di dalam taksi sudah ada Munif. Orang Indonesia dan sopir Raju, sopir taksi juga pekerja pabrik, yang juga mahu Umrah. 
 [HSZ] 

To be Continued.....

#indonesia#misteri#KisahKyaiLentik  #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,

   Be Smart, Read More ;

Novel Collection
Misteri Nusantara
The Story of The Prophet Muhammad SAW


No comments