MY HUSBAND IS PARLIN [ Part 32 ]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="MY HUSBAND IS PARLIN [ Part 32 ]">

MY HUSBAND IS PARLIN [ Part 32 ]

  • Suamiku Jadul

  • Part 32
  • Kembali ke alur cerita Niyet 

" Biar Suami Jadul, Yang Penting Duit Ngumpul "

FORTUNA MEDIA - Selalu saja ada orang bertanya Suamiku kerja apa.  Memang bisa dimaklumi, seharian di rumah terus, tapi wangnya selalu banyak. Dermawan lagi. Pernah suatu pagi ada pemulung (pengutip barang2 recycle) masuk ke dalam pekarangan rumah kami, pemulung itu mengambil sepatu boot dan alat penyiram tanaman yang ada di halaman rumah. 

Saat itu masih Subuh, ada tetangga memergoki dan meneriaki maling. Kontan saja kami terkejut, kami langsung keluar. Pemulung tersebut adalah seorang remaja, dia sudah ditangkap tetangga. Barang bukti sepatu boot dan alat penyiram bunga ada di dalam karung besar yang dia bawa. 

"Kasih pelajaran dulu, pantasan barang sering hilang, ternyata dia yang ambil,"
Kata seorang tetangga. Tetangga yang lain melemparkan botol air mineral ke anak remaja tersebut. 

"Tunggu dulu,"  Kata Bang Parlin seraya merangkul anak remaja tersebut, mungkin mencegah amukan warga. 

Bang Parlin justru mengajak pemulung itu masuk rumah, para tetangga kesal. "Huuu, sok baik,"  Teriak seorang Ibu-Ibu. 

"Kenapa kau mencuri?"  Tanya Bang Parlin setelah anak tersebut ada di rumah. 

"Ampun, Pak, kufikir tadi tak perlu lagi,"  Jawab anak tersebut, dia sepertinya ketakutan. 

"Tidak sekolah rupanya kau?"  Tanya Bang Parlin lagi. 

"Sekolah, Pak, habis mulung nanti baru pergi sekolah."

"Orang Batak kau,"

"Iya, Pak,"

"Mana rumahmu?"

"Di sana, Pak, dekat rel,"

"Tolong lepaskan Aku, Pak, Ibuku menunggu, Ayahku sakit, biasanya Ayah yang mumpung, kerana sakit makanya Aku,"  Kata anak itu lagi. 

"Ayo, kuantar pulang, awas kalau kau bohong ya,"  Kata Bang Parlin. 

Akhirnya Bang Parlin mengantarkan anak tersebut pulang, Aku tak ikut kerana jaga bayi yang masih tidur. Sampai jam sepuluh 

Bang Parlin belum pulang,  Aku sudah cemas, mana HP-nya tak dia bawa. Aku berdiri di depan pagar rumah sambil menggendong anakku. Ingin kususul Suami, tapi tak tahu susul ke mana. 

"Pencuri tadi dibawa ke kantor polisi ya?"  Tanya tetangga yang tadi ikut menangkap. 

"Tidak tahu, Pak?" jawabku singkat. 

"Baiknya yang begitu tak usah dilapor polisi, digebuki aja biar jera, dibawa ke polisi pun dua hari keluar, baru dia mencuri lagi."  Kata tetangga ini. 

"Iya, Pak," jawabku lagi. 

Dari jauh kelihatan mobil Mitsubishi Strada kami,  Aku sangat bersukur sekali akhirnya Suami pulang juga. 

"Kok lama, Bang?"   Tanyaku begitu dia turun dari mobil. 

"Ayah anak tersebut ternyata betul sakit, sudah Abang bawa berobat,"   Jawab Suami. 

"Abang bawa berobat?" 

"Iya, Dek."

"Ya, ampun."

Aku masih ingin mengomel,  Suamiku ini terlalu baik, masa pencuri pun dia bawa berobat. Akan tetapi ada tamu datang. Ternyata Bu Rena, janda lima anak yang dulu pernah kuberikan wang zakat dua puluh juta. 

"Mbak Nia,  Aku datang mahu kembalikan wangnya, Mbak,"  Kata Bu Rena. 

"Kan sudah dibilang, Bu, tak usah bayar, bila Ibu sudah sukses bantu orang seperti kami bantu Ibu,"   Kataku menjelaskan. 

"Aku merasa tidak enak juga, Mbak, modal yang Mbak berikan sungguh berkah, dalam setahun sudah balik modal, bisnis kulinerku berkembang, bahkan kini sudah punya karyawan."

"Alhamdulillah." 

"Jadi aku merasa tidak enak juga kalau tak kubayar pada Mbak." kata Ibu itu lagi. 

"Oh, tapi, Bu,"

"Tolong terima, Mbak, jangan biarkan aku merasa tidak enak, lagi pula kini aku sudah punya Suami lagi,"

"Oh, begitu, kami terima,"  Kata Bang Parlin tiba-tiba. 

"Terima kasih, Pak, terima kasih, Bu, kalian seperti Malaikat," kata Ibu itu lagi. 

Ibu itu lalu pulang,  Aku ikut meneteskan air mata melihat dia bahagia. Akan tetapi kenapa Suamiku tiba-tiba menerima wang tersebut? 

"Bang, kok Abang terima lagi, mana bisa begitu, dosa Abang, zakat di terima lagi," protesku pada Suami. 

"Begini, Nunung yang cerewet, Abang akan jadi Amil."   Kata Suami. 

"Amil apaan?"

"Amil zakat, wang ini akan Abang salurkan ke orang yang lebih memerluhkan," kata Suami. 

"Oh,"

"Iya, kamu memang bawa rezeki, Nung, tiap tahun Abang bantu orang dengan zakat, baru kali ini yang berhasil mengubah kehidupan orang,"  Kata Suami. 

"Kok Nunung Abang panggil aku? namaku Nia ya, Nia Dahlia Harahap,"  Kataku gemas, "Adek tak sudi disamain sapi,"

"Dari pada Niyet, Nia Monyet,"

"Ish, Abang, awas ya, nanti tidur di luar,"  Kataku pura-pura cemberut.

Ternyata wang dua puluh juta itu mahu diberikan Bang Parlin ke pemulung tersebut. Bang Parlin ajak Aku ke rumah si pemulung itu. Menyerahkan wang dua puluh juta. Kuambil Handphone ingin kurekam susana haru tersebut. Akan tetapi Bang Parlin malah melarang. Sebel juga. Di luaran sana orang ngasih seratus ribu saja pakai konten, ini direkam pun tak boleh.

"Bang, divideokan sesekali kenapa, Bang, bukan niat pamer, tapi kan untuk disimpan aja,"  Kataku pada Suami di malam harinya. Saat itu dia lagi mengayunkan si Ucok kami. Sedangkan aku melipat kain. 

"Tidak percaya Abang?"  Kata Suami, dia menghentikan nyanyiin kecilnya. 

"Apanya yang tak percaya Abang?"

"Tidak percaya Abang niatnya tidak untuk pamer,"

"Wiii, Abang, sama Istri sendiri tak percaya,"

"Riya itu ibarat semut hitam berjalan di atas batu, Dek, samar sekali, Pahala sedekah terhapus jika ada riya,"   Kata Suami. 

"Hmmm, cocoknya Abang jadi Ustaz saja."

Dia justru melanjutkan nyaniannya, lagu ungut-ungut kesukaannya dia nyanyikan, kerana sering dia nyanyikan, Aku sampai hafal liriknya. 

"Parunikan baya Pargadungan da Inangggg, natubu di toru rumbio. Arani Parkancitann baya pardangolan da inangggg, nai okkop ni mata pe mandao."

Begitu lirik yang dia nyanyikan. 

"Bang, tolong tranlate, kok sering kali Abang nyanyikan itu,"   Kataku penasaran. 

"Translate itu apa, Dek?"

"Ya, Allah, artikan, Bang,".

"Oh, begini kira-kira, kebun kunyit kebun singkong, yang tumbuh dibawah Rumbio. Kerana sakit, kerana miskin, yang dihati pergi menjauh."

"Rara?" seruku. 

"Itu hanya lagu, Dek,"

"Pasti kerana ada sebab,"

"Mulai lagi Nunung cemburuan, tidur Abang ya, Dek,"  Kata Suami. 

Aku mahu mengomel lagi, dia sudah tertidur, kuperhatikan wajah polosnya, ah, suamiku ini, segitu cintanya kah dia sama Rara? 

Tiba-tiba Handphone barunya bergetar, segera kulihat, ternyata ada pesan WhatsApp masuk dari nombor yang belum disimpan. 

(Bang, dah tidur belum) 

Wah, siapa pula ini, segera kuperiksa, foto profilnya seorang wanita cantik berpakaian kurang bahan. 

(Belum, ada apa?)  iseng-iseng kubalas. 

(Mahu curhat, Bang, maaf ya, Aku dapat nombor Abang dari si Rina) 

(Mau curhat apa?) 

(Gini, Bang, entah kenapa kalau lihat Abang damai, sejuk rasanya, ingin rasanya dekat, rambut Abang sexi, mirip kuda, tenaga Abang pun pasti tenaga kuda) 

(Hei, katanya tadi mahu curhat) 

(Iya, Bang, ini lagi curhat, mencurahkan isi hatiku, orang kaya seperti Abang pasti sanggup poligami, aku yakin itu, andaikan Abang berniat, aku daftar, Bang,) 

Ya, Allah, ini wanita jenis apa ini, menawarkan diri jadi madu. Duh, harus dibasmi ini, ini sih, calon pelakor (perampas laki orang). Tak boleh ada di ceritaku pelakor. Akan tetapi Aku justru ingin tahu bagaimana respon Suami jika ada chat dari wanita seperti itu. Kuletakkan kembali HP tersebut di dekat Suami, kucubit kaki anakku pelan, dia pun nangis, Aku pura-pura tidur. Suami terbangun, tangannya reflek mengambil tali ayunan dan kembali mengayunkan, sial, dia tak periksa HP-nya. Tidak seperti Aku begitu terbangun langsung periksa HP. 

Duh, hatiku jadi tak tenang, rasa ingin tahu begitu kuat, akhirnya ku-chat Rina. 

(Rina, coba misscall ke HP Abangmu,)  

Lima detik kemudian, Handphone Bang Parlin bunyi, kulihat responnya, dia memainkan jari telunjuk di layar HP, agak lama juga, baru kemudian dia tertidur kembali. 

Kuambil alat komunikasi tersebut, langsung ke aplikasi WhatsApp, ternyata betul, dia balas chat itu. 

(Anda siapa?) 

(Poligami memang boleh, tapi maaf saja, Aku tak berniat, Istriku saja ini montok tak habis-habis) 

(Semoga Anda mendapatkan jodoh tanpa harus menyakiti orang, tanpa harus jadi duri dalam rumah tangga orang, coba Istriku tahu ini, kau bisa mampus) 

(Maaf, Anda diblokir) 

Aku tersenyum seraya berurai air mata, kupeluk Suami yang sudah tidur. 

"Bang, ayo bikin anak cewek,"  Bisikku ke telinganya. Akan tetapi dia justru mendengkur. 

Oalah..😁😉  [hsz] 

To be Continued...

Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; Novel Collection

Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung,  #SuamikuJadul, 

VIDEO :

TERKINI (Selasa 23 Ogos 2:30pm) Kenyataan Dato" Sri Najib Razak, Berhubung Rayuan Kesnya Ditolak 😭

No comments