MY HUSBAND IS PARLIN [ Part 31 ]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="MY HUSBAND IS PARLIN [ Part 31 ]">

MY HUSBAND IS PARLIN [ Part 31 ]

  • SUAMIKU JADUL

  • Part 31
  • Lamaranku Diterima Nia


" Biar Suami Jadul, Yang Penting Duit Ngumpul "

FORTUNA MEDIA - Alat komunikasi yang baru kubeli rasanya percuma saja, selain kerana di tempatku tak dapat signal, nombor Rara pun Aku tak tahu. Sementara itu usaha sapi-;embu dan sawit makin maju. Bang Parta yang merantau ke Kalimantan pulang kampung kerana perlu modal. Penghasilan sapi satu tahun keberikan padanya dengan sistem pinjaman. Biarpun saudara harus tetap ada surat perjanjian, kalau tak dia bayar selama lima tahun, harta warisan bagiannya menjadi milikku. 

Menyusul Bang Nyatan, dia juga perlu modal mahu ternak sapi di Jambi, kuberikan juga dengan perjanjian yang sama. Adikku Dame juga akhirnya pergi merantau. Dia gigih, tak perlu modal usaha, dia lakukan seperti yang kulakukan. Sistem bapak angkat. Begitulah akhirnya kami berempat jadi petani sawit. 

Kesuksesan datang, dalam sepuluh tahun Aku sudah punya ratusan sapi, berpenghasilan ratusan juta sebulan. Akan tetapi semua rasanya hampa, kerana Rara tak kunjung pulang. Sering Aku bertanya pada orang yang mungkin kenal Rara, akan tetapi percuma.

    RELATED POST

Misteri Nusantara
The Story of The Prophet Muhammad SAW

Ayah terus saja menyuruh Aku menikah, akan tetapi Aku tak tetap berharap Rara datang. Sapinya tetap kuurus dengan baik. Entah kerana apa, sapi pemberian Rara seperti cemburu bila ada wanita di dekatku. Aku makin yakin itu kerana Rara, dia masih ingat Aku. Akan kutunggu dia sampai kapan pun. 

Bou-saudara sepupu perempuan Ayah datang dari Medan, dia menawarkan rumah kontrakan enam pintu. Aku mahu beli dengan harapan bila Rara kembali, mungkin dia tak mahu tinggal di Desa, apalagi di perkebunan seperti ini. 

Delapan belas tahun berlalu semenjak Rara pergi, tak ada khabar berita. Aku mulai ragu. Adakah dia ingat aku? 

Lebaran di Desa, Aku bertemu dengan seorang teman lama, dia merantau juga ke Bandung. Aku terkejut dan senang kerana katanya dia pernah bertemu Rara, akan tetapi Rara sudah menikah. 

Hancur sudah harapanku, penantian delapan belas tahun berakhir begini. Pada temanku ini, kutulis surat untuk dia berikan ke Rara, akan tetapi dia tak bisa janji, kerana mereka hanya bertemu sekali, tak sempat tanya alamat. 

"Sudah, kawin saja kau Parlindungan, anak doktor pula kau harapkan, ngaca sikit," kata Ayah di suatu hari. 

"Iya, Ayah, Aku mau pensiun saja, lelah Aku cari wang, ternyata orang yang kunantikan sudah diambil orang,"  kataku. 

"Lagipula kan anak doktor itu dah jadi saudaramu, tak ingat kau waktu dia kecil ditabalkan marga Siregar?"  kata Ayah lagi. 

Pencarian jodoh pun dimulai, akan tetapi tak ada yang cocok. Sampai akhirnya Ayah lelah sendiri. 

"Ayah,  Aku mahu ke Medan, mahu tinggal di kota saja,"  kataku pada Ayah. 

"Yang urus sapimu?"

"Itu, ada banyak, sawitnya Ayah yang urus,"

"Baiklah, Parlin, temui teman Ayah di Medan, dia punya anak gadis, dia teman lama Ayah, tanya Boumu, dia tahu itu,"  kata Ayah. 

Petualanganku di Kota Medan pun di mulai. Rumah petak milikku kebetulan kosong satu pintu, itu saja ketempati, di Medan ini Aku sering jadi bahan tertawaan, rambut gobelku seperti lucu bagi orang. Handphone Nokia 1100 yang pernah kubeli dulu masih kupakai, HP itupun sering jadi hinaan orang. 

Bou pun mengenalkan Aku dengan teman lama Ayah, Aku di bawa ke rumahnya. 

"Ini putriku Nia," kata Bapak tersebut seraya menunjuk seorang gadis. 

Pertama melihat Nia, yang kufikirkan justru Nunung, sapi kesayanganku, sungguh gadis ini mirip Nunung, kulit sawo matangnya seperti kulit Nunung, tubuh berisinya juga mirip Nunung. Entah kenapa Aku langsung suka padanya. Padahal sudah banyak gadis cantik dikenalkan orang, baru kali ini aku langsung jatuh hati. 

Ketika bersalaman dengan gadis itu, spontan Aku bergumam "Nunung".

"Apa!?"  Jawabnya setengah berteriak. Aku gegalapan. 

"Assalamu'alaikum," kataku kemudian. 

"Oh, Wa'alaikumsalam," jawabnya. 

"Kau percaya pada Ayah, Nia?" kata Bapak itu pada putrinya. 

"Tentu saja percaya, Ayah,"

"Menikahlah dengannya," kata Bapak itu lagi.

Wah, secepat itu?  Kutatap Nia, kebetulan pula dia tatap Aku, pandangan kami beradu, dia justru membesarkan matanya seraya bilang "Apa?"  lucu ini cewek. 

"Berkenalan lah dulu kalian," kata Bapak itu seraya pergi. 

Gugup juga Aku berduaan dengan wanita ini, sepertinya dia galak mirip si Nunung. 

"Apa pekerjaan Abang?"  Tanyanya langsung. 

"Pensiunan,"  Jawabku jujur. 

"Ha..ha..ha..,"😁  Dia justru tertawa, padahal Aku jujur. 

"Pensiunan?  Ya, Allah, ada pensiunan melamar Aku,"  katanya. 

"Aku pensiun dini kerana ingin berkeluarga dan menyenangkan Istri,"  Kataku kemudian. 

Dia terdiam, wajahnya menunduk, dagunya seperti berlipat, makin mirip si Nunung. Aku justru makin jatuh cinta. Apa yang akan kukatakan untuk meyakinkan dia? 

"Mimpi apa Aku semalam, ada pensiunan melamar Aku," katanya lagi. 

"Biarpun pensiunan, Aku akan menafkahimu seberapa yang kau perlukan," kataku yakin. 

"Seberapa saja yang kuinginkan?" tanyanya. 

"Bukan, seberapa pun yang kau perlukan,"

"Oh, ya, Abang sebelumnya kerja apa?"

"Tidak penting lagi, kalau Adek mahu jadi Istriku, kunafkahi lahir batin, ku mahari berapa kau minta,"  Kataku kemudian. Aku yakin sekali, kerana Aku baru menjual sapi lima puluh ekor. 

"Aku minta tiga puluh juta," katanya. 

"Baik," jawabku langsung. 

"Tunggu cepat kali, Aku berfikir dulu,"

"Okee, Aku tunggu sampai besok."

Begitulah, keesokan harinya, Aku datang lagi, ternyata di rumahnya sudah ramai orang. Ayah Nia langsung memperkenalkan Aku dengan orang ramai yang ternyata saudara Nia semua. Mereka seperti meremehkan Aku,  Aku terima saja, memang semenjak Aku ke kota ini. Entah kenapa orang selalu meremehkan Aku. HP-ku pun selalu jadi bahan tertawaan. 

"Kami tak setuju Nia menikah dengan lelaki ini,"   Kata seorang lelaki yang terlihat lebih tua di antara mereka. 

"Siapa yang minta pendapat kalian,"  Kata Ayah Nia, Wah, orang yang tegas dan langsung. 

"Apa yang bisa kau berikan pada Adik kami?" kata seorang wanita lagi. 

"Semua, apa saja,"  Jawabku. 

"Sudah, dia di sini mahu perkenalan, bukan mahu diinterogasi kalian, yang mahu nikah Nia,"  Kata Ayah Nia lagi. 

Hari itu aku dan Nia jalan-jalan sebagai bentuk perkenalan. Aku yang tidak tahu tentang kota Medan ini menyerahkan semua pada Nia, dia mahu bawa ke mana Aku mahu saja. 

"Aku terima, ingat ya, Bang, Aku terima kerana percaya pada Ayahku, bukan percaya padamu,"  Kata gadis itu lagi. 

"Berapa nombor WhatsApp Abang,"  Tanyanya seraya mengeluarkan HP-nya. 

"Apa itu WhatsApp?"  Tanyaku. 

"Ya, Allah, Abang berasal dari planet mana sampai tak tahu apa itu WhatsApp?"😇

"Masih dari bumi,"😋

Dia tertawa lagi, saat itu kami berada di sebuah pasar, entah mahu apa dia bawa Aku kemari. 

"Kata Abang akan penuhi apa yang kuperlukan?"  Tanyanya lagi. 

"Ya," jawabku singkat. 

"Aku perlu pakaian,"

"Ya, silakan pilih,"

"Yang benar,"

"Iya, pilih saja," 

Dia kemudian memilih pakaian, Aku heran, yang dia beli justru celana dalam dan beha (coli), gadis yang aneh. Padahal bila dia minta banyak pun Aku mampu. Wang penjualan sapi lima puluh ekor ada di rumah, kusimpan di tas kresek. Yang kubawa hanya yang muat di kantong saja. 

Atas saran dari Bou, wang tersebut akhirnya kusimpan di Bank, ada kadnya, akan tetapi Aku belum pandai memakainya. Biarlah, bila nikah nanti, Istriku akan jadi Asistenku.

"Boleh Aku minta sesuatu lagi?"  kata Nia sehari sebelum akad nikah. 

"Boleh,"

"Aku mau rambut Abang dipangkas pendek," katanya. 

"Oh, tidak, itu bukan keperluanmu, itu hanya keinginan, yang kuturuti hanya keperluan," kataku seraya memegang rambut belakang.
Dalam hati Aku bilang, "ini milik Rara," 

"Abang Jadul," katanya. 

"Apa itu jadul?"

Dia justru tertawa lagi. Entah kenapa Aku suka tawanya. Dalam hati Aku bertekad akan membuatnya terus tertawa, tak akan kubiarkan dia menangis. Bersamanya Aku merasa bersemangat lagi. Semoga Aku bisa melupakan Rara. Bisa mengikhlaskan Nunung yang sudah tua. Pada Nia, Aku menemukan dua sekaligus. Tawa Rara dan galaknya Nunung. [hsz] 

To be Continued...

Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; Novel Collection

Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung,  #SuamikuJadul, 

VIDEO :

@brigadeindependent DO'A UNTUK DSNAJIB RAZAK & NEGARA MALAYSIA 🤲🌹| Lanjut tonton Video² lain disini, ,https://youtube.com/c/HELMYNETWORK#helmynetwork #tiktokmalaysia🇲🇾 #fortunamediablogspotcom #tiktokmalaysia🇲🇾 #fyptiktok #DSNajibRazak ♬ original sound - BrigadeIndependentOfficial

No comments