KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [75]
KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [75]
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
KISAH RASULULLAHﷺ صل الله عليه و سلم
Bagian-75
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
"Allahumma Shalli 'Ala Muhammad"
Merindukan Makkah
FORTUNA MEDIA - Dapatkah kita bayangkan perasaan kaum Muhajirin yang terusir paksa dari Kota Makkah, tanah kelahiran mereka sendiri. Rasa rindu akan Makkah semakin lama semakin besar. Banyak sekali perkara yang membuat kaum Muhajirin merasa demikian sebab Makkah bukan sekedar tempat lahir, melainkan juga merupakan kota yang luar biasa.
Di Makkah terdapat Ka'bah, Baitullah, yang dibangun oleh Nabi Ibrahim 'Alahis Salam, tempat para penduduk dan bahkan seluruh Bangsa Arab berziarah. Kewajiban berziarah ke Ka'bah sudah begitu mendarah daging dalam diri orang Arab, baik itu Muslim mahupun bukan. Kewajiban suci itu tidak bisa dilepaskan begitu saja, Meski orang Quraisy pasti akan mencegah kedatangan setiap Muslim.
Selain itu, di Makkah masih tertinggal keluarga yang mereka cintai walaupun masih dalam kehidupan syirik kerana menyembah berhala. Keluarga inilah yang sudah sangat ingin mereka ajak ke dalam kehidupan Islam. Di Makkah pula masih tertinggal harta benda dan barang perdagangan yang disita Suku Quraisy tatkala mereka berhijrah.
Rasa rindu kaum Muhajirin pada Mekah semakin besar karena mereka telah keluar dari kota itu akibat tindakan keras Quraisy. Bukan menjadi adat orang-orang Mekah untuk menyerah terhadap ketidakadilan tanpa melakukan pembalasan.
Bahkan Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam sendiri tidak kuasa melupakan Makkah. Di Makkah sana terkubur jasad Saiditina Khadijah Radhiallaha 'Anha, kekasih yang sangat beliau cintai. Tidak ada Negeri yang lebih beliau sayangi melebihi Makkah, tanah tumpah darah yang menimbulkan begitu banyak kenangan.
Suatu hari, seorang lelaki datang berhijrah dari Makkah. Ia menemui Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan Siti Aisyah Radhiallaha 'Anha.
"Bagaimana situasi Makah saat kau tinggalkan?" Tanya Aisyah Radhiallaha 'Anha.
Lelaki itu menggambarkan keadaan rumah-rumah, padang-padang tandus, jalan, pasar-pasar yang hiruk pikuk, serta bunga-bunga yang tumbuh di tepi jalan menuju perbukitan. Suaranya penuh pilu dan sedih. Kerinduan Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam begitu memuncak sehingga kedua mata beliau berkaca-kaca penuh linangan air mata.
"Cukuplah, jangan kau bangkitkan kerinduanku," Demikian ucap Rasulullah Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Namun, di tengah kerinduan dan beban berat mengurus umat, Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga dibahagiakan dengan pernikahan Putri bungsunya, Fathimah Az Zahra Radhiallaha 'Anha.
Related Posts
HELMY NETWORK CHANNEL
KISAH SUFI, SANG KYAI
The Story of The Prophet Muhammad SAW
Orang-Orang Munafik
Salah satu tokoh paling berpengaruh yang ada di Madinah adalah Abdullah bin Ubay bin Salul Al-Aufi, salah seorang dari Bani Al-Hubla. Sebelum dan sesudahnya orang-orang Al-Aus dan Al-Khazraj tidak pernah menjadikan Pemimpin lain selain Abdullah bin Ubay bin Salul, sampai akhirnya Islam datang.
Selain itu di Al-Aus terdapat tokoh berpengaruh lainnya yg ditaati dan dihormati kaumnya yaitu Abu Amir Abdu Ann Bin Shaifi bin An Nu'man, beliau adalah orangtua dari sahabat Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang bernama Hanzhalar Al-Ghasil. Abu Amir Bin Shaifi biasa dipanggil sebagai Pendeta oleh kaumnya.
Adapun Abdullah bin Ubay bin Salul kaumnya telah mempersiapkan mutiara sebagai mahkota untuk disematkan padanya dan menjadikan dia Raja mereka. Maka ketika kaumnya berpaling kepada Islam, dia menaruh dendam permusuhan kepada Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan menuduh Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah mengambil mahkota kepemimpinannya.
Tatkala kaumnya masuk Islam, Abdullah bin Ubay bin Salul ikut masuk Islam namun tetap menyimpan kemunafikan dan dendam kesumat.
Sementara Abu Amir Bin Shaifi memilih tetap pada kekafirannya, ia pergi bersama belasan kaumnya ke Makkah dengan meninggalkan Islam dan Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
"Janganlah kalian memanggil dia Rahib (Pendeta), tetapi panggilah dia Fasiq."
Sebelum berangkat ke Makkah Abu Amir menemui Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan bertanya,
"Agama apa yang engkau bawa?"
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
"Aku datang dengan agama yang lurus (hanifiyah). Agama Ibrahim."
Abu Amir berkata,
"Aku juga menganut agama Ibrahim."
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
"Engkau tidak menganut agama Ibrahim."
Abu Amir menjawab,
"Betul, aku menganut agama Ibrahim!"
"Wahai Muhammad, Engkau telah memasukkan hal-hal baru ke dalam agama yang lurus (hanifiyah) yang bukan merupakan bagian darinya."
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
"Aku tidak pernah melakukan itu semua. Aku datang dengan agama Ibrahim dalam keadaan putih suci."
Abu Amir berkata,
"Seorang pendusta akan Allah matikan dalam keadaan terusir, terasing, dan sendirian."
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
"Benar! Barangsiapa berdusta, Allah akan lakukan itu."
Demikianlah yang dilakukan musuh Allah Azza Wajalla, Abu Amir, ia beranjak pergi ke Makkah.
Abdullah Bin Ubay
Abdullah Bin Ubay Bin Salul tetap terhormat pada pandangan kaumnya. Hanya saja dia selalu ragu-ragu hingga ia dikalahkan Islam. Dan dia masuk Islam secara terpaksa.
Suatu hari, Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam pergi menunggang keledai bersama Usamah bin Zaid bin Haritsah, di atas keledainya ada kain pelana yang di atasnya terdapat selimut asal Fadak yang diikat dengan serat palem (palm fiber).
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam berjalan melewati Abdullah Bin Ubay Bin Salul yang sedang bernaung di bawah benteng kecil yang bernama Muzahim.
Abdullah Bin Ubay Bin Salul sedang bersama beberapa orang dari kaumnya. Tatkala Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam melihat Abdullah Bin Ubay Bin Salul, Beliau, Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam merasa malu melewatinya dengan mengendarai keledai. Maka Rasulullah turun dari keledainya, dan mengucapkan salam lalu duduk sejenak.
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam membacakan Al Qur'an kepada Abdullah Bin Ubay Bin Salul, dan mengajaknya kepada agama Allah Subhanahu Wa Ta'ala, mengingatkannya tentang Allah, memberi peringatan keras, memberi khabar gembira, dan ancaman padanya.
Abdullah Bin Ubay Bin Salul diam seribu bahasa. Setelah Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam selesai berbicara, Abdullah Bin Ubay Bin Salul berkata,
"Wahai Muhammad sesungguhnya tidak ada orang yang lebih baik perkatannya dari perkataanmu. Apabila yang engkau katakan itu benar, duduk sajalah di rumahmu. Siapa pun yang datang menemuimu, bicaralah engkau kepadanya. Sedangkan orang yang tidak datang menemuimu, tidak usahlah engkau bersusah payah datang kepadanya dan mengatakan sesuatu yang orang itu tidak menyukainya."
Abdullah bin Rawahah yang sedang berada bersama beberapa dari kaum Muslimin berkata,
"Benar sekali, biarkan kami yang mengajaknya ke majelis-majelis, kampung dan rumah-rumah kami. Demi Allah, inilah suatu hal yang kami sukai, sesuatu yang dengannya Allah jadikan kami mulia. Dan Dia memberi petunjuk bagi kami padanya."
Ketika Abdullah Bin Ubay Bin Salul mendengar kaumnya menentang pendapatnya, ia bersyair:
"Kala tuanmu menjadi musuhmu.
Kau akan senantiasa hina dan lawanmu akan menjatuhkanmu.
Biasakah burung elang harus terbang tanpa sayapnya.
Jika suatu hari bulunya dicabut, ia kan jatuh."
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam beranjak dari tempat tersebut lalu pergi ke rumah Sa'ad Bin Ubadah. Ucapan Abdullah Bin Ubay Bin Salul masih terbersit di wajah Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Sa'ad Bin Ubadah berkata,
"Wahai Rasulullah, aku melihat sesuatu terbersit di wajahmu, apakah Engkau baru mendengar hal yang tidak engkau sukai?"
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
"Betul sekali."
Sa'ad Bin Ubadah berkata,
"Wahai Rasulullah, bersikap lemah lembutlah kepada Abdullah Bin Ubay Bin Salul. Demi Allah ketika engkau datang kepada kami, kami telah mempersiapkan mahkota yang akan kami berikan padanya sebagai pemimpin. Ia beranggapan Engkau telah merampas mahkota kepemimpinan itu darinya." [hsz]
Shallu 'alan Nabi...
💐Bersambung ... Semoga Kita Mendapat Barokah Allah 'Azza Wa Jalla.
آمينَ يا رَبَّ الْعلَمِيْنَ ..بَارَكَ اللهُ فِيْك
Editor ; Helmy Network
Ilustrasi Image, Doc, Helmy Network
Follow me at;⭐
twitter.com/romyschneider
facebook.com/romyschneider
linkedin.com/in/helmy-network
pinterest.com/ryanschneider
VIDEO : .
No comments
Post a Comment