KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [76]
KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [76]
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
KISAH RASULULLAHﷺ صل الله عليه و سلم
Bagian-76
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد
"Allahumma Shalli 'Ala Muhammad"
Sahabat - Sahabat Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang sakit
FORTUNA MEDIA - Saiditina Aisyah رضي الله عنهما mengisahkan saat Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam sampai di Madinah, Madinah kala itu merupakan bumi Allah yang paling potensial untuk wabah penyakit demam. Dampaknya banyak Sahabat Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang terjangkit sakit demam.
Allah Azza Wa Jalla menjaga Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam sehingga beliau tidak terjangkit wabah demam.
Abu Bakar رضي الله عنه , Amir bin Fuhairah رضي الله عنه , dan Bilal رضي الله عنه tinggal satu rumah. Mereka semua terjangkit wabah demam. Lalu Aisyah رضي الله عنهما menjenguk mereka.
Peristiwa ini terjadi saat hijab belum diwajibkan.
Mereka bertiga diserang demam tinggi yang hanya Allah Ta'ala saja yang tahu.
Aisyah رضي الله عنهما mendekat kepada Abu Bakar رضي الله عنه dan bertanya,
" Bagaimana khabar Ayahanda? "
Abu Bakar رضي الله عنه menjawab:
" Semua manusia disambut ria oleh keluarganya di pagi hari.
Sementara maut lebih dekat padanya daripada tali sandalnya sendiri ".
Aisyah رضي الله عنهما berkata,
" Demi Allah, Ayah tidak sadar akan apa yang ia katakan."
Aisyah رضي الله عنهما mendekat kepada Amir bin Fuhairah رضي الله عنه , dan bertanya,
"Bagaimana khabarmu wahai Amir?"
Amir Bin Fuhairah رضي الله عنه menjawab:
" Telah aku jumpai kematian sebelum mencicipinya.
Sesungguhnya kematian datang pada para pengecut dari atasnya
Setiap orang itu berjuang dengan kekuatannya
Sebagaimana sapi jantan menjaga kulitnya dengan tanduknya ".
Aisyah رضي الله عنهما berkata,
"Demi Allah, Amir رضي الله عنه tidak menyadari apa yang dikatakannya."
Adapun Bilal رضي الله عنه , bila demam menyerangnya, ia berbaring di emperan/beranda rumah, dengan mengangkat suaranya sambil berkata:
" Wahai, bisakah aku kembali bermalam di Fakh (tempat di luar Makkah),
Sementara di sekitarku terdapat Idzkhir (nama pohon beraroma wangi) dan Jalil (nama tumbuh-tumbuhan),
Mampukah suatu saat aku berada di mata air Majannah?
Adakah Gunung Syamah dan Gunung Thafil terlihat olehku? "
Related Posts
KISAH SUFI, SANG KYAI
Novel Collection
Misteri Nusantara
Saiditina Aisyah Aisyah رضي الله عنهما lalu menceritakan apa yang ia dengar kepada Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam .
Doa untuk Para Sahabat
Aisyah رضي الله عنهما berkata kepada Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
"Mereka bertiga bicara asal-asalan dan tidak sadar dengan apa yang mereka ucapkan akibat serangan demam yang tinggi."
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam berdoa,
"Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana telah Engkau jadikan kami mencintai Makkah, atau kokohkanlah rasa cinta kami kepada Madinah. Berilah kami keberkahan di dalam mud, dan sha' Madinah (yakni makanannya). Alihkan serangan wabahnya ke Mahyaa'h."
Mahyaa'h adalah Al-Juhfah.
Akibat serangan demam ini banyak Sahabat yang mengerjakan shalat dengan cara duduk.
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam keluar menemui mereka yang kala itu menunaikan shalat dengan cara duduk dan berkata,
"Ketahuilah wahai sahabat-sahabatku bahwa shalat orang yang duduk itu pahalanya setengah shalat orang yang berdiri."
Maka para sahabat berupaya untuk berdiri sekuat mungkin walaupun mereka demikian lemah dan sedang sakit dengan harapan mendapatkan pahala.
Penanggalan Hijrah
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam sampai di Madinah pada hari Isnin 12 Rabiul Awwal. Pada saat waktu Dhuha berakhir, saat matahari tidak begitu panas.
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam sampai di Madinah saat usia beliau 53 tahun, 13 tahun setelah beliau diutus menjadi Nabi dan Rasul.
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam tinggal di Madinah pada akhir Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Akhir, Rajab, Sya'ban, Ramadhan, Syawal, Dzul Qa'dah, dan Dzul Hijjah.
Pada bulan-bulan inilah dan bulan Muharram tahun berikutnya Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak berperang melawan kaum Musyrikin.
Pada bulan Shafar, tepat setahun setelah kedatangan Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam ke Madinah, beliau keluar untuk berperang dan berjihad untuk melawan musuhnya sesuai yang Allah perintahkan, serta memerangi orang-orang Musyrik.
Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam menunjuk Sa'ad Bin Ubadah رضي الله عنه sebagai penggantinya di Madinah selama beliau berada di medan jihad.
Diizinkan Berperang
Dalam situasi genting yang dapat mengancam eksistensi kaum Muslimin di Madinah di mana kaum Quraisy tidak sadar dari kesesatannya dan sama sekali tidak mahu menghentikan kejahatannya, Allah mengizinkan kaum Muslimin untuk berperang. Allah berfirman,
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
" Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, kerana sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu ",
Al-Qur'an, Surah Al-Hajj (22:39)
Ayat tersebut turun dalam rangkaian ayat yang menunjukkan kepada mereka bahwa izin tersebut hanyalah untuk menyingkirkan kebatilan dan menegakkan syiar-syiar Allah Azza Wa Jalla.
الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
" (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan ".
Al-Qur'an, Surah Al-Hajj (22:41)
Pendapat yang benar dan tidak ada pilihan lain bahwa izin tersebut diturunkan di Madinah, setelah hijrah tidak di Makkah.
Sikap bijak harus diambil untuk menghadapi kondisi saat itu di mana sumber utamanya adalah kekuatan dan kesewenang-wenangan kaum Quraisy.
Kaum muslimin harus membentangkan kekuasaan mereka pada jalur perdagangan dari Makkah ke Syam. Dalam hal ini Rasulullah ﷺ Shallallahu 'Alaihi Wasallam menempuh dua langkah yaitu:
Pertama, mengadakan perjanjian persekutuan atau perjanjian untuk tidak melakukan permusuhan dengan kabilah-kabilah yang berdekatan dengan jalur perdagangan itu.
Di samping itu mengadakan perjanjian persekutuan atau tidak mengadakan permusuhan dengan Kabilah Juhairah, sebelum melakukan kegiatan militer.
Kedua, melakukan ekspedisi-ekspedisi secara bergantian ke jalur tersebut. [hsz]
Shallu 'alan Nabi...
💐Bersambung ... Semoga Kita Mendapat Barokah Allah 'Azza Wa Jalla.
آمينَ يا رَبَّ الْعلَمِيْنَ ..بَارَكَ اللهُ فِيْك
Editor ; Helmy Network
Ilustrasi Image, Doc, Helmy Network
Follow me at;⭐
twitter.com/romyschneider
facebook.com/romyschneider
linkedin.com/in/helmy-network
pinterest.com/ryanschneider
VIDEO : .
No comments
Post a Comment