'3 Tokoh Lagenda' Masyarakat Kabupaten Agam (Bukittinggi 1960-1980)
'3 Tokoh Lagenda' Masyarakat Kabupaten Agam (Bukittinggi 1960-1980)
"Sekitar tahun 2000'an lalu, satu Lembaga Survey milik persendirian dan dibiayai sendiri serta dijamin tidak ditunggangi oleh kepentingan politik mahupun kelompok tertentu, telah melakukan survey untuk Masyarakat Bukittinggi tentang siapa-siapa tokoh lagenda yang cukup Phenomenal diantara tahun 1960- 1980"
FORTUNA MEDIA - KUALA LUMPUR- Jumlah survey sample sekitar 500 orang berusia antara 50 - 75 tahun. Jenis kelamin lelaki sekitar 300 orang dan 200 orang perempuan.
Adapun pertanyaan yang diajukan terhadap mereka adalah,
"Siapa tokoh lagenda dan phenomenal (fenomenal) yang mereka kenal sebagai tokoh ” Pengantar cerita dari lapau ke lapau (kedai kopi)”
Di era tahun 60-80 an untuk Kota Bukittinggi dan sekitarnya (Derah Palupuah, Daerah Tilatang Kamang, Daerah Magek, Daerah Ampek Angkat Canduang, Daerah Baso, Daerah Banuhampu-Sei Puar (kini disebut Banuhampu saja), Daerah Matur, Pekan Sungai Buluh dan sekitarnya)
Pilihan Redaksi;
Inilah hasil survey sample dari nama 3 tokoh besar yang masuk nominasi dari pilihan Masyarakat Kabupaten Agam/Bukittinggi dan sekitarnya.
1. Datuak Dalu (peniaga obat di kaki lima)
2. Mak Tjampin (baca Campin) (tukang foto/amateur photo)
3. Pak Sebeng (penjual kue keliling dengan garobak dorong).
Mari kita simak profesi dan latar belakang tokoh lagendar yang mereka pilih tersebut;
(1) Pak Datuak Dalu berprofesi sebagai seorang “panggaleh ubek” (penjual Obat kaki lima). Pak Datuak Dalu memulai 'galeh ubek' nya dengan membentangkan plastik tanpa gambar (seperti gambar mata, saluran darah, jaringan syaraf saluran makanan dll.).
Suaranya parau tapi melankolis (sympathetic/simpatik), postur tubuh sedang, kulit hitam dan rambut hitam lurus.
Menguasai sedikit beberapa bahasa Asing. Konon khabar angin beliau pernah bekerja sebagai touris guide-memandu wisatawan Asing. Pak Datuak Dalu berasal dari Daerah Pakandangan Padang. Datuak Dalu sangat baik dalam olah seni berbicara. Kepintaran inilah yang menjadikan pak Datuak jadi orang yang disebut-sebut di Bukittinggi. Datuak Dalu sering pula dipanggil sebagai Uncle DD.
Tempat Pak Datuak Dalu berniaga adalah disamping Panggung Wayang Irian (bioskop gloria depan Masjid Raya) Pasar Atas BukiTinggi. Obat apa yang dijual tidaklah penting. Pada saat berjualan mulutnya tak akan berhenti bercakap dan berseloroh/bergurau, Kadang-kadang membuat atraksi seperti tukang sunglap. Berkerumunlah orang menonton dalam sebuah lingkaran besar. Pak Datuak beraksi di tengah-tengah, berjalan hilir-mudik sambil mulut tak henti-henti berceloteh. Obat yang dijual adalah“pencahar”. Obat ini untuk orang yang bermasalah dan sulit kebelakang-sembelit (ke tandas)
Kalau sudah memakan obat Pak Datuak Dalu: saat beliau lagi orasi “puuut bunyi kantuik, ceeeer kecek biadi, isi paruik menyemprot sampai tigo meter”.(maksudnya;“puuut bunyi kentut, ceeeer bunyi cacing biadi, isi perut menyemprot sampai tiga meter”)
Petunjuk cara memakan obat menurut Datuak Dalu, beliau menukilkan: “Sabalun makan ubek ko, bagi angku-angku nan ba agamo Islam, baco Bismillah. Bagi angku nan ba agamo Kristen buek tando salib. Bagi angku-angku nan ba agamo …baco …. Bagi angku-angku nan indak ba agamo tasarah angku-angku se lah, ka ba “rock and roll” atau ka badisko, ka malompek-lompek atau ka baguliang-guliang”.
(Maksudnya; “Sebelum makan obat ini, bagi Engku-Engku (tuan-tuan) yang beragama Islam, baca Bismillah. Bagi engku yang beragama Kristian buat tanda salib. Bagi engku-engku yang beragama ..baca …. Bagi engku-engku yang tak beragam terserah engku-engku ajalah, mahu “rock and roll” atau mahu berdisko, mahu melompat-lompat atau mahu berguling-guling” terserah Anda.) begitulah saat beliau sudah memulakan dagangannya.
Meskipun yang berkerumun melingkar berbilang puluhan, yang membeli bukanlah ramai, hanya empat, lima orang, tidaklah penting bagi Datuak Dalu. Pak Datuak waktu berceloteh sering pula menggunakan bahasa Asing seperti Inggeris, Belanda dan Jerman, tambah tertawalah yang mendengarkan. Masyarakat berhenti sejenak atau datang khusus untuk mendengar cerita pak Datuak sambil ketawa-ketawa, menghilangkan penat dan stress.“Kalau boleh dikatakan, Datuak Dalu adalah gubernurnya tukang obat”. Kalau dia tampil, tukang-tukang obat lain “putiah” rehat dulu, dan biasanya tukang obat lain tidak mahu bentrok jadwal dengan Datuak Dalu.
Selain Datuk Dalu juga ada yang digelar Raja Ular, yang membawa pelbagai ular berbisa dan tak berbisa saat membuat atraksi perniagaan obatnya. Dan terbit berita di suratkabar sekitar tahun akhir 80an. Dimana penjual Obat Raja Ular mati dibelit oleh ular-ular peliharaannya sewaktu menjual obat di Daerah Maninjau (Daerah kelahiran Buya Hamka) khabar burung yang beredar di masyarakat waktu itu, bahwasanya, kerana ada orang yang menaikkan bisa ular yang biasanya jinak itu jadi mengamuk, menjadi ganas dengan membelit tubuh Raja Ular, hingga mati didepan khalayak ramai)
(2) Mak Tjampin (baca; Mak Campin) berprofesi sebagai tukang “Kodak” /tukang foto keliling/amateur photo. Mak Tjampin bertubuh tinggi, rambut rada ikal, pakai kacamata hitam/reben. Kamera Kodak selalu tergantung di leher. Mak Tjampin berangkat ketempat kegiatan memotretnya menggunakan basikal, belakangan ini menggunakan motorsikal . Mak Tjampin tinggal di Bawah Ngarai. Sianok Valley, BukitTinggi. Kerana sering tampil ditempat ramai dengan Kodak (Kamera) di leher, Mak Tjampin termasuk orang dikenal di Bukittinggi.
Mak Tjampin dahulunya adalah seorang pemain bola sebagai gelandang tengah (centre full) PSA (Persatuan Sepakbola Agam) dengan baju t.shirt merah. Sesudah mengantungkan sepatu bola, Mak Tjampin menjadi tukang Kodak yang satu profesi dengan Yus Parmato Intan, Alfa Mike Charlie alias Am Chipuick. Mak Tjampin sewaktu pemain bola di sebut tukang “kilik”(pandai mempermainkan bola didepan lawan) sejak tergantung Kamera jadi tukang “klick”. Beliau tukang kilik di lapangan bola Ateh Ngarai BukitTinggi.
Mak Tjampin sebagai tukang klick (amateur photo) sering beraksi di Benteng For de Kock, Panorama, Kebun Binatang(Zoo) dan di mana ada keramaian seperti pawai-perarakan, perpisahan sekolah atau acara keramaian lain Mak Tjapin sudah ada di tempat. Mak Tjampin menawarkan Anda untuk di potret. Setelah membidik seorang atau sekerumunan orang yang memintanya untuk di photo dengan latar belakang kegiatan yang sedang berlangsung. Sesudah difoto Mak Tjampin memberikan secarik kertas di mana hasil jepretan itu diambil.
(3) Pak Sebeng berprofesi sebagai peniaga kue keliling dengan “gerabak dorong”. Pak Sebeng punya rambut keriting “sunguik taba”(kumis tebal), hidung besar. Nama asli pak Sebeng sebenarnya adalah Rudsi Habib. Pak Sebeng tinggal di Tabektua Bukik Apik, BukiTinggi.
Sering pakai baju kemeja, celana kepar, sandal jepit, topi pak tani. Pak Sebeng sering berbicara por** dan batu cicin besar-besar diseluruh jari tangan, malahan ada yang tiga pada satu jari. Cincin itu ada pada kedua tangannya. Kata pak Sebeng: “Masing-masing batu cincin ini ada khasiatnya”. Celana pak Sebeng juga digantungkan batu cincin pada bagian belakang, bahkan dompetpun digantungkan batu cincin.😁
Pak sebeng mengistilahkan barang dagangannya dengan istilah yang aneh-aneh. Setiap barang dagangan (jualannya) ada nama khusus. Misal jagung, di sebut “nan tagantuang ciek”,(yang tergantung satu) jarang menyebut jagung. Selain itu juga kue-kue kecil dengan namanya sendiri-sendiri. Pak Sebeng bila menjual makanan sering “melaga-lagakan batu cincin yang ada di tangan kanan dan kiri sehingga berbunyi “kretek, tek, tek”, yang menurut beliau untuk memanggil orang/anak-anak yang akan berbelanja.
Pak Sebeng beroperasi berniaga di sekolah-sekolah SD, SMP dan SMA terakhir berniaga di depan RSAM (Rumah Sakit Umum BukitTinggi). Pak Sebeng memulai berjualan dengan bercerita yang cukup menarik. Datanglah anak-anak (pelanggan) untuk membeli makanan ke gerobak jualannya.
Pak Sebeng sudah ada di tempat bila anak-anak sekolah istirahat, saat akan masuk atau pulang sekolah. Beliau berjualan pindah-pindah dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain. Pak Sebeng begitu dekat dengan pelanggannya, bila bertemu baik jarak jauh atau dekat, pelanggan melambaikan tangannya dan akan dibalas oleh pak Sebeng dengan gembira.
Keakraban dengan pembeli dan berbagai nama makanan inilah yang menjadikan Pak Sebeng termasuk orang dikenal di Daerah Bukittinggi.
Nominator lainnya diluar tiga besar diatas :
1. Arlen (tukang cabut gigi Janjang/Tangga 40)
2. Nang (amateur photo)
3. Mak Atjiak-Aciak (Penjual Sate Minang)
4. Si Dakak
5. Si Manjo (Wanita)
Selamat merenungkan dan mengingati nostalgia masa nan lalu ya Sahabat semuanya😄
Semoga Terhibur dan Terima Kasih kerana telah membacanya.😄.
Sumber; Almarhum Hj Evialdi Mukhlis
Editor ; Helmy Network
Ilustrasi Image, Doc, Helmy Network
#featured, #culture, #story,
VIDEO :
No comments
Post a Comment