Fakta Film Pengkhianatan G30S/PKI, Eksekusi Adegan Penculik4n Jenderal pada Malam Jumat

<img src="https://fazryan87.blogspot.com/.jpg" alt="Fakta Film Pengkhianatan G30S/PKI, Eksekusi Adegan Penculik4n Jenderal pada Malam Jumat">

Fakta Film Pengkhianatan G30S/PKI, Eksekusi Adegan Penculik4n Jenderal pada Malam Jumat

"KESAKSIAN DR. AMOROSO KATAMSI DAN PUTRI D.I. PANDJAITAN" 

FORTUNA MEDIA- KUALA LUMPUR- Dalam satu tayangan acara AKI (Apa Kabar Indonesia) di TV One menghadirkan Dr. Amoroso Katamsi, pemeran-aktor sebagai Jenderal Soeharto dalam film Pengkhianatan G30S PKI. Dr. Amoroso Katamsi ditanya, umur berapa beliau ketika memerankan Soeharto. Dijawabnya ketika dimulai shooting tahun 1981 beliau berumur 43 tahun. 

Lalu ditanya lagi umur berapa saat peristiwa G30S PKI terjadi.
Beliau menjawab spontan "umur 27 tahun".

Ini artinya sinkron, beliau lahir tahun 1938.

Menurutnya saat itu dia sudah mahasiswa hampir selesai, tinggal menunggu pengambilan sumpah dokter saja. 

Beliau lalu ditanya, apa yang diingatnya seputar kejadian tanggal 30 September 1965 dan sesudahnya. 

DR.Amoroso Katamsi, menjelaskan bahwa dia ingat betul saat itu di pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 sekitar jam 7 pagi, Stesen RRI-Radio Republik Indonesia menyiarkan pidato Letkol Untung yang mengklaim bahwa ada gerakan 30 September serta pembentukan Dewan Revolusi, kemudian mendemisionerkan Kabinet, dll. Pokoknya seperti yang ditulis dalam buku-buku sejarah.

Baru pada sore/malam harinya, dari RRI ada pidato Pak Harto. 

Ketika dikonfirmasi apakah cerita yang ada dalam film yang dirinya ikut berperan didalamnya sesuai/sama atau tidak dengan kejadian sebenarnya di saat itu, tegas dr. Amoroso Katamsi menjawab "SAMA! Sama dengan yang saya tahu".

Apalagi beliau saat itu adalah yang berhadapan dengan PKI, kerana dia tergabung dalam HMI.(Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia) 

Nah, kesaksian dari seorang Amoroso Katamsi yang saat itu sudah berusia 27 tahun, pemuda yang berpendidikan baik, cerdas (dizaman doeloe bisa sekolah sampai jadi dokter disaat sebagian besar orang sebangsanya cuma tamat SD/SMP, tentu tidak sembarangan lho!), Seorang aktivis mahasiswa saat itu, semestinya lebih layak dipercaya berbanding kesaksian seseorang yang kala itu masih bocah usia 6 tahun yang cuma tahu bahwa bapaknya tidak merokok. Tanyalah apa yang disiarkan RRI, pasti dia tidak tahu. Anak kecil mana mudheng (tertarik) siaran berita serius. 

Cerita seorang berpendidikan dokter, asli tidak aspal (asli tapi palsu), yang sepanjang hidupnya tidak bermasalah soal integriti dirinya, juga lebih layak untuk dipertimbangkan berbanding cerita seseorang yang pernah melakukan tindakan kebohongan.

Be Smart, Read More;
Kronologis Kekejaman Partai Komunis Indonesia@PKI Di Indonesia
Partai Komunis Indonesia Bangkit Lagi, Ini Indikasinya


Enam tahun lalu, September 2015, ketika ramai issu bahwa Negara Indonesia akan meminta maaf kepada gerombolan PKI (Partai Komunis Indonesia), plus adanya "pengadilan/gugatan" yang digelar di Negeri Belanda, mengadili Negara Republik Indonesia, dimana pak Todung Mulya Lubis dan ibu Nursyahbani Katjasungkana ikut hadir disana, acara ILC TV One juga mengupas seputar kejadian 30 September 1965.

Saat itu dihadirkan putera-puteri jendral korban G30S (Gerakan30September) dan juga anak tokoh PKI.

Putri para jendral yang hadir saat itu Amelia Yani (Putri. Jenderal Ahmad Yani) dan Catherine Pandjaitan (Putri,Jenderal DI Pandjaitan) 

Amelia Yani, Putri jendral Ahmad Yani, bercerita apa yang dia alami, lihat dan dengar sendiri malam itu. Pak Yani yang dibangunkan oleh pasukan Tjakra Bhirawa (baca; Cakra Birawa) dan diminta segera ikut mereka dengan alasan dipanggil Paduka Jang Mulia (PJM) Presiden. Pak Yani meminta waktu untuk mandi dulu, namun tidak diizinkan kerana harus cepat. Akhirnya Pak Yani menawar, setidaknya cuci muka dan ganti baju, namun anggota Tjakra Bhirawa yang sudah tidak sabar kemudian menembak Jendral Ahmad Yani dari belakang. 

Apa yang diceritakan Amelia Yani sama dengan yang ada dalam adegan film G30S PKI. Saat itu Amelia Yani usianya sudah belasan tahun. Artinya keterangan beliau cukup bisa dianggap valid. 

Dan Putri Jendral DI Pandjaitan, Catherine, juga bercerita bagaimana beliau menyaksikan sendiri bagaimana proses Ayahnya dibvnuh dengan sadis. Saat itu usianya 17-18 tahun, dia melihat dari atas balkon rumahnya, ketika bapaknya dipukul dengan popor senjata kemudian ditemb4k tepat di kepala oleh Tjakra Bhirawa. Kemudian tubuhnya diseret sampai ke depan rumah. Lalu ketika di depan pagar rumah, tubuh jendral DI Pandjaitan dilemparkan lewat pagar kemudian dimasukkan ke dalam truk. 

Catherine muda saat itu berusaha mengejar bapaknya yang diseret, tapi tentu saja tak terkejar. Dalam keputus-asaan dia histeris dan meraupkan ceceran darah bapaknya ke wajahnya. Catherine mengakui memang itu yang dilakukannya saat itu, sama persis dengan yang digambarkan dalam adegan film. 

Kesaksian Catherine 2 tahun lalu, diulang tadi malam sekitar jam 8 di iNews TV. Ibu Catherine diwawancarai secara live by phone oleh host iNews, dan ditanya pendapatnya soal nyinyiran sebagian masyarakat yang mengatakan film G30S PKI adalah TIDAK SESUAI dengan kejadian sebenarnya alias TIDAK BENAR. 

Catherine balik mempertanyakan : bagian mana yang tidak benar?! 

Beliau kembali mengulang cerita kejadian 52 tahun lalu, sama persis dengan yang diceritakannya saat diundang hadir di slot ILC, 2 tahun lalu. 

Sampai pada bagian dia melihat bapaknya dipukul dengan senjata lalu ditembak di kepala hingga otaknya berceceran, Catherine mengaku dia masih merinding saat menceritakan itu. Shocknya tidak mudah hilang bertahun-tahun kerana dia menyaksikan sendiri kejadiaan malam itu, saat usianya 17 tahunan. 

* * * 

Jajang C. Noor, Istri almarhum Arifin C. Noor sang sutradara film G30S PKI, malam itu juga dihadirkan di iNews TV. Saat pembuatan film tersebut, Jajang menjadi pencatat adegan. Dia bercerita bahwa Suaminya melakukan riset selama 2 tahunan untuk membuat film itu. Semua Istri para pahlawan revolusi diminta menceritakan kejadian yang mereka alami saat rumah mereka mendadak didatangi pasukan Tjakra Bhirawa. Para Ibu itu didampingi putra dan putrinya yang ikut menjadi saksi hidup. Khusus Ibu(Istri) Ahmad Yani yang malam itu tidak sedang berada di rumah, kerana sedang di rumah dinas, kesaksian diberikan oleh anak-anak beliau. Bahkan ibu Ahmad Yani sampai nyaris pingsan ketika mengetahui bagaimana kematian Suaminya. 

Menurut Jajang, setiap peristiwa penculikan jendral shootingnya selama 1 minggu. Misalnya serangkaian shooting peristiwa penculikan dan pembunuhan Jendral Ahmad Yani, waktunya satu minggu. Shooting kejadian di rumah Pak Nasution juga satu minggu, begitu pula shooting di rumah korban yang lainnya.

Uniknya,  shooting schene penculikan secara tidak sengaja selalu tepat pada malam Juma'at. Sama dengan kejadian sebenarnya yang terjadi pada Khamis malam Juma'at. 

Setiap shooting film, anggota keluarga jendral yang bersangkutan selalu hadir untuk menyaksikan adegan demi adegan, untuk memastikan akurasinya. Apalagi lokasi shooting memang di rumah kediaman tempat kejadian sebenarnya berlangsung. 

Jadi, dimana letak ketidakbenarannya?! 

Kalau soal Aidit merok0k, diakui oleh Jajang bahwa itu memang tafsiran Arifin untuk menggambarkan seseorang yang sedang mencari ketenangan di tengah ketegangan, biasanya mer0kok. Efek asap diperlukan oleh Sutradara untuk memberikan efek dramatisasi suasana. 

Hal ini dibenarkan oleh Prof. Salim Said, di acara ILC, bahwa tafsiran sutradara itu sesuatu yang LUMRAH untuk memberikan dampak dramatis dalam suatu adegan. 

Jadi tidak layak diributkan, hanya karena adegan Aidit (Ketua PKI) merokok maka semua adegan dalam film itu bohong. 

Lagipula, Ilham Aidit hanya meributkan soal bapaknya yang tidak merokok, bukan? Tapi dia tidak bisa membantah alur gerakan 30 September malam itu.  Anak umur 6 tahun mana tahu hal-hal serius? Sesuai dengan usianya yang dia tahu hanyalah bermain, makan dan mungkin ingatan tentang kenangan manis bersama keluarga terdekat. 

Ade Irma Suryani Nasution (Putri Jenderal Nasution) saat itu juga berumur 6 tahun. Dia juga tidak faham apa yang sedang terjadi malam itu.

Itu sebabnya dia tertemb4k. Kalau saja dia sudah dewasa atau minimal remaja, tentu nalurinya akan merasa takut dan logikanya pasti akan menuntunnya untuk berlindung, cari aman. 

Justru kerana dia bocah cilik lugu yang tak tahu apa-apa, maka malam itu dia menjadi martir. 

* * * 

Soal dipilihnya Arifin C. Noor sebagai Sutradara (pengarah film), Jajang C. Noor, Istri almarhum Arifin C. bercerita saat itu Pak Dipo (G. Dwipayana), Direktur PPFN (Pusat Produksi Film Negara), mencari sutradara yang akan diminta untuk membuat film sejarah tentang peristiwa G30S PKI. 

Goenawan Mohammad (wartawan veteran Majalah Tempo) menyarankan nama Arifin C. Noor dan Teguh Karya sebagai sutradara kawakan saat itu.  Akhirnya, Pak Dipo kemudian memilih Arifin. 

Jadi, kalau akan dibuat film baru soal peristiwa G30S PKI, sanggupkah menghadirkan saksi mata yang masih hidup dari setiap pelaku dan korban?! 

Istri para Jendral pahlawan revolusi, setelah 52 tahun berlalu, saya yakin sudah banyak yang wafat (atau malah sudah wafat semuanya?).

Putera-Puteri para Jenderal Pahlawan Revolusi yang saat peristiwa itu terjadi berusia setidaknya 17 tahun, sekarang mestinya berusia 69 tahun. 

Masa iya yang akan dijadikan rujukan adegan adalah anak usia 5-6 tahun saat itu? Malah jadi meragukan dan konyol. 

Alih-alih membuat film yang lebih akurat, bisa jadi malah makin banyak meleset dari aslinya.

Jangan sampai nanti para jendral yang sudah mengorbankan nyawanya itu justru jadi tokoh antagonis dan para anggota PKI justru jadi "korban" yang layak diberi simpati. 

PKI kan bukan hanya 30 September 1965 saja melakukan pemberontakan keji dan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara. Bukankah tahun 1926-1927 dan tahun 1948 PKI juga memberontak??! 

Anehnya, mereka yang ngotot PKI tidak bersalah dan hanya jadi korban, biasanya tidak mampu menjawab kalau disodorkan fakta pemberontakan PKI tahun 1948.

Itu sebabnya mereka hanya berputar-putar di seputar peristiwa G30S PKI saja. 

Tak ada argumen apapun yang mampu menyanggah kekejaman PKI tahun 1948. 

Kalau mahu membuat film tentang PKI, sekalian saja dibuat panjang, mulai pemberontakan tahun 1926-1927 dan tahun 1948. Agar generasi muda sekarang lebih bisa memotret sejarah secara utuh dan mendapat gambaran tentang PKI dengan lebih komplit. 

Embie C. Noor,  Adik almarhum Arifin C Noor, yang menjadi ilustrator musik di film G30S PKI, mengatakan senang sekali jika film bisa dibalas dengan film juga. 

Tapi yang terpenting jangan ada pemutarbalikan sejarah![hsz] 

Editor ; Helmy Network
Ilustrasi Image, www.liputan6.com

Follow me at;
twitter.com/romyschneider
facebook.com/romyschneider
linkedin.com/in/helmy-syamza
pinterest.com/hsyamz

TAGS ; #reviewarticles, #news, #movies, #filmG30SPKI, #PKI,
#conspiracyarchives,

VIDEO ; 

ViralNow! Terbongkar, Agenda Rahasia Beijing 1448 Untuk Kuasai Indonesia

No comments