PUISI: Sang Nenek
PUISI: Sang Nenek
Memandang nuansa pinggiran pasar,
Bertebaran tenda-tenda plastik
Bagai sapuan brush,
Dipagi dini hari nan masih kelam
Aku menunggu cumbuan mentari pagi
Dan melihatmu melepas tangan pada tekukan lutut,
Hiruk-pikuk dari mulut penjual sayur,
Menghias jalanan
Aku rindu, ingin,
Melihatmu dari seberang
Terbenam kisah,
Merenda sisa-sisa asa yang terbuang,
Menghitung jemari sebanyak pejalan kaki
wajahnya yang mendung di balik kain kerudung.
Garis senyumnya tak lagi mau beraturan,
Hitam legam jejak langkah kehidupan
Duduk meringkuk di ujung keranjang,
ditegakkannya sandaran angan-angan,
bertahan melewati berjuta keresahan
beban derita kian kelam menghujam,
Aduh....nenekku yang renta bersuara..
Tarikan nafasnya seolah keluar raga,
Adakah sejatinya rasa kemanusian
masihkah engkau meratapi kehidupan
Aduh....nenekku renta duduk terkulai,
rupanya merah tetaplah merah
gemetar kakinya berpijak serempak
semusim ini dia sandarkan angan
Aduh...nenekku kumpulan terbuang
Mencari sepiring makan di buaian jalan,
terhimpit laju roda kehidupan
Dan terhempas bagai debu jalanan,
Aku hanya membisu memandangmu
Merobohkan puncak kesombonganku,
melemparkan ke-aku-anku...!!
tempias tamparan matanya menembus jiwaku,
Aku rindu, ingin,
Melihatmu lagi dari seberang
Terbenam kisah
Merenda sisa-sisa asa itu
yang entah bila akan terbuang,
Nenekku, masih disana...
Bertahan di trotoar,
Semangat hidupmu menjawab kodrat alam,
engkau peluk erat selimut kegelisahan,
dan nyenyak mendengkur berbantal perih penderitaan.[hsz]
Inspired by Rasull Abidin
Editor, Helmy Network
Kredit Image; pinterest.com/pin
READ MORE
PUISI "Negeriku Sedang Dilahap Rayap"
PUISI "Pelangi Impian"
No comments
Post a Comment