Melayari Bahtera Cinta Prahara, Dibayangi Dendam Mistik [6]

<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="Melayari Bahtera Cinta Prahara, Dibayangi Dendam Mistik[6]">

Melayari Bahtera Cinta Prahara, Dibayangi Dendam Mistik [6]

Part-6

Jantung Suminah serasa berhenti berdetak tatkala dilihatnya sosok wanita berambut panjang bergelayut di pundak kirinya.
Dengan bola mata melotot, seolah hendak melompat keluar, ditatapnya sosok wanita dalam pantulan cermin itu. Sementara, sosok wanita berambut panjang itu menyeringai kearahnya.
  

"Dek ... dek ... apa yang terjadi?" Wagiman menepuk pipi Istrinya.
  

"Mas ... ada...."..
Kalimat Suminah terhenti. Sejenak dia tampak sedang memikirkan sesuatu...Walau ingin sekali dia memberitahu Suaminya, namun hal itu tak dilakukannya...Kerana dia mengetahui akan satu hal yang berhubungan dengan sosok tersebut.
  

"Ada apa, Dek?"
tanya Wagiman, ketika dilihatnya Suminah menghentikan kalimatnya.


"Tidak, Aku hanya ingin bertanya. Sekarang jam berapa?"


"Ini sudah pukul sepuluh malam Dek, tidurlah. Besok saja kita keacara khitanan."
titah Wagiman sembari membetulkan selimut Istrinya.


"Hmmm... cukup lama Aku pingsan,"
gumam hati Suminah.

Saat kita merasa bahagia, hari seakan berlalu begitu cepat. Namun ketika beban dan himpitan masalah mengiringi, waktu terasa berhenti berputar. Kalaupun berputar, itupun akan terasa sangat lambat.
  

"Mas ... mana sarapannya? kok kosong tidak ada apa-apa?" teriak Suminah saat tak didapatinya makanan di atas meja.

"Kalau kamu lapar, masak saja sendiri. Aku dan anak-anak sudah sarapan nasi goreng," jawab Wagiman sambil menyedut kopi buatannya sendiri.

"Mas ...!"


"Kenapa? Atau kita tukar posisi saja. Aku yang dirumah mengurus pekerjaan rumah, dan kamu yang kepasar jaga toko?"
jawab Wagiman memotong kalimat Suminah.

"Tapi biasanya kan, kamu mengerjakan semuanya Mas ....?" protes Suminah.

  "Mulai hari ini, jangan dibiasakan lagi. Sudah ya, Mas mau ke toko. Kamu di rumah saja, kerjakan tugas rumah, masak juga mencuci."
  Wagiman menepuk pundak Istrinya sebelum pergi meninggalkannya. ..Yah ... dia akan memulai hidup baru dengan caranya hari ini.

Sementara Suminah, memandang punggung Suaminya dengan perasaan geram...Baru kali ini Wagiman berani menolak dan bahkan memerintahnya mengerjakan pekerjaan ruamah.

"Mbah Dukun Wongso... Aku harus menemuinya lagi!" geram Suminah.
    _____

"Sudah habis masanya nduk, kalaupun bisa, resikonya berat."
ucap Mbah Dukun Wongso sambil menarik nafas panjang.

"Lalu bagaimana Mbah, apa tidak ada jalan lain?" tanya Suminah. Mbah Dukun Wongso hanya menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Suminah.

Mendengar jawaban 
Mbah Dukun Wongso tersebut, Suminah menghela nafas panjang dan berat.

 "Maass ... capek tak, seharian di toko," ucap Suminah dengan intonasi suara dibuat mendayu sambil tangannya mengelus punggung Suaminya.

"Sudah biasa Dek, tumben sekali bertanya," cuek, Wagiman menjawab
Walau sebenarnya dia tahu maksud Istrinya. Dia sadar, sejak membakar bungkusan itu, dia belum menyentuh Suminah layaknya seorang Istri.

Dan Wagiman pun tidak menolak ataupun memprotes saat tangan halus Suminah menjelahahi tubuhnya, bahkan menikmatinya.

Memang berat menahan ataupun menolak gejolak yang sudah cukup lama disimpannya...Perlahan, Wagiman membalikkan tubuhnya. Tubuh yang sebelumnya membelakangi Suminah, kini telah berhadapan dengan tubuh Istrinya.

Saat wajah nya hanya berjarak beberapa inci dari Suminah, tangan Wagiman mendadak mendorong tubuh Istrinya kebelakang.

Wajah Wagiman mendadak pucat pasi, perlahan dia mundur ke belakang meninggalkan Suminah seorang diri dengan sejuta tanya.
Kerana, Wagiman mendadak meninggalkan dirinya.

Sementara Wagiman, masih dengan rasa takutnya, berusaha menenangkan dirinya...
Tangannya tampak gemetar saat memegang gelas berisi air putih.

"Mahkluk apa itu yang berada di belakang Istriku, kenapa dia ada disana?"...
Bergidik, saat Wagiman mengingat apa yang baru saja dilihatnya.

"Ini tidak benar, Aku harus kerumah Emak besok ... Uwak Haji harus tahu soal ini," gumam Wagiman.
  

"Dasar lelaki tak berguna, berani sekali dia menolakku!" geram Suminah sambil melempar guling kearah pintu...Meluapkan kekesalannya terhadap suaminya.


Ah ... andai saja dia tau apa yang sedang terjadi.
.
[hsz] To be Continued..

Courtesy and Adaptation by Yani Santoso
Editor ; 
Romy Mantovani,
Kredit Ilustrasi Image ; Doc, fortunanetworks.com 

No comments