CARLOS GHOSN, Turn Arround Method
CARLOS GHOSN, 'Turn Arround Method'
Masih tentang Carlos Ghosn, 'Ghosn Turn Arround Method'.Masih tentang bagaimana Nissan menjalankan program kebangkitan dari ancaman kebangkrapan. Masih tentang bagaimana sebuah organisasi/syarikat bisnis melesatkan diri (shot off).
Carlos Ghosn berdarah Libanon, besar di Brazil, belajar dan berkarier di Perancis. Tiba-tiba harus memimpin direktorat operasional Nissan di Japan. Bahkan menjadi satu-satunya dan untuk pertama kalinya : non-japanese director.
Itulah taqdir yang harus dilalui Ghosn. Ditempatkan di Japan. Melakukan program revival bagi Nissan. Di Japan. Sebuah negara yang tidak pernah ia tempati.
Bukan Carlos Ghosn jika kehabisan akal. Ghosn menyadari bahwa ia harus memahami budaya asas orang Japan untuk bisa memahami apa yang sebebarnya terjadi dan bagaimana memanfaatkannya untuk melesat.
READ MORE; Carlos Ghosn, 'Mr Seven Eleven'
Salah satu penemuan Ghosn yang cukup menyita perhatiannya adalah budaya konsensus. Japan menganut 'consensus based society system', dimana setiap orang bekerja dalam kesepakatan konsensus yang dianut bersama. Bekerja dalam ketaatan, ketekunan, dan berusaha untuk tidak merusak harmoni gerak.
Budaya menjunjung budaya konsensus ini menyebabkan lahirnya proses 'Newamashi', dimana beberapa rangkaian pertemuan informal diadakan oleh para anggota rapat-meeting, agar masalah-masalah yang menjadi silang pendapat bisa diredam di forum informal. Sambil menguji apakah yang sekiranya dapat menjadi sumber perdebatan.
Misalnya pengambil keputusan rapat ada 6 orang, termasuk Anda. Maka Anda harus melakukan proses newamashi ke 5 orang tersebut. Menyampaikan gagasan, memancing keberatan, menyiapkan jawaban.
Proses inilah yang terjadi di Nissan. Dan kesimpulan Ghosn menyebutkan bahwa inilah yang membuat berbagai keputusan tidak bisa dieksekusi dengan cepat. Satu orang yang memiliki inovasi yang kuat harus membangun wahana informal untuk bisa menggolkan gagasannya. Waktu terbuang, tenaga terbuang, dan akhirnya organisasi Nissan bergerak lambat.
Penemuan Ghosn ini yang kemudian mendorong Ghosn untuk membangun "Criss Functional Team" (CFT).
READ MORE; CARLOS GHOSN, PETAKA PRECONCEIVED
Newamashi, bagi Saya secara pribadi, ini seperti lobi politik yang biasa dilakukan para politisi. Sebelum sidang komisi pengambilan keputusan diadakan, para anggota komisi bergelut dalam lobi informal di hotel-hotel, untuk kemudian mengatur dari balik layar, RUU (Rencana Undang-Undang) mana yang akan disahkan atau tidak.
Pada akhirnya Newamashi bukan hanya budaya Japan. Ia nampaknya adalah budaya timur. Fokusnya harmoni, tidak suka berkonflik, akhirnya tidak suka berbeda pendapat, inginnya adem-ayem (cool -calm/tenang-tenang), semua ditelan ke dalam lubuk hati paling dalam (from bottom heart). Yang penting tetap kerja, yang penting aman.
Dilihat sekilas, budaya Newamashi akan menghidupkan budaya saling bermusyawarah dan saling bertukar pendapat. Namun disisi lain, Newamashi malah menghambat inovasi, memperlambat jalur pengambilan keputusan, dan akhirnya membuat organisasi bisnis tampak tidak lincah.
Forward ke Sahabatmu yang terjebak dalam "Budaya Newamashi"
Selamatkan banyak entrepreneur. Dan semailah semangat "Turn-Arround".
Adaptasi & Courtesy Article by Rendy Saputra
Editor ; HSZ/FortunaNetworks.Com
Kredit Ilustrasi Image; FortunaNetworks.Com
No comments
Post a Comment