Carlos Ghosn, 'Mr Cut Cost'

<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="Carlos Ghosn, 'Mr Cut Cost">

Carlos Ghosn,'Mr Cut Cost' 

Carlos Ghosn memang masih sering pulang ke Lebanon. Ia merasa orang Lebanon.
Datuk-Neneknya orang Lebanon. Penganut Kristian Maronite. Sang Datuk (kakeknya) berhijrah ke Brazil. Ke sebuah kota terpencil; Guapore. Dekat perbatasan dengan Bolivia.
Di Brazil sang datuk berdagang getah/karet. Juga hasil bumi. Istrinya ditinggal di Beirut. Anak lelakinya, Ayah 
Carlos Ghosn, ikut hijrah ke Brazil. Menikah dengan wanita Lebanon juga.
 
Lahirlah 
Carlos Ghosn. Di kota kecil lainnya; Porto Velho. Tidak jauh dari Guapore.

Saat berumur dua tahun Carlos Ghosn jatuh sakit. Tidak bisa disembuhkan. Menurut doktor, sakitnya si anak disebabkan kualiti air di Porto Velho. Yang tidak melalui peroses pengolahan air. Penduduk disana masih menggunakan air tanah.
Keluarga ini pindah ke kota besar di Brazil; Rio de Janeiro. Demi kesembuhan sang anak. Tapi tidak juga sembuh.
Di umur enam tahun Carlos Ghosn dikirim ke Lebanon. Diasuh Neneknya yang tinggal di Beirut. Disitulah Carlos Ghosn bersekolah. Sampai tamat SMA (SekolahMenengahAtas). Ia menjadi bisa berbahasa Perancis dan berbahasa Arab. Dari semula hanya bisa berbahasa Portugis dan Inggeris.

Carlos Ghosn meneruskan sekolahnya di Paris. Di politeknik mesin. Politeknik Ecole yang sangat terkenal. Setamat politeknik, Carlos Ghosn bekerja di tire factory terkemuka di Eropah: Michelin.
Milik Perancis.


Kerjanya sangat bagus. Pangkatnya naik terus. Umur 30 tahun ia sudah menjabat 'Director of Operations' Michelin.
Carlos Ghosn tidak pernah pindah-pindah. Selama 18 tahun penuh ia bekerja di Michelin. Sampai menjadi pimpinan Michelin tertinggi di Amerika Latin. Yang kantornya di Rio de Janeiro. Di kota masa kanak-kanaknya.

Lalu pindah menjadi pimpinan Michelin di Amerika dan Kanada. Di dua benua itu Ghosn bikin lompatan besar. Termasuk membeli 
tire factory Amerika: Uniroyal Goodrich Company.

Akhirnya Ghosn ditarik ke kantor pusat di Paris: menjadi direktur operasi Michelin Holding. Saat umurnya baru 40 tahun.

Saat itu perusahaan automobil terbesar Perancis lagi bermasalah: Renault. Kalah dengan mobil Jerman: BMW, VW dan Mercy. Kalah juga dengan automobil Italy: Fiat.

Renault dalam kesulitan besar. Nyaris bangkrap.
Presiden Renault tertarik pada direktur Michelin yang masih muda itu. Direkrutlah Carlos Ghosn. Menjadi wakilnya. Dengan wewenang luas.

Saat itulah Ghosn melakukan banyak hal: mengubah organisasi perusahaan. Menjadi lebih ramping. Menyederhanakan proses produksi. Menstandarkan onderdil/spare parts. Biaya-biaya tidak perlu dihapus. Ia mendapat gelar 'Mr Cut Cost'.

   READ MORE; Carlos Ghosn, 'Mr Seven Eleven'


Intinya Carlos Ghosn berhasil menyelamatkan Renault. Sampai mampu membeli Nissan.

Dan memimpin sendiri Nissan. Sampai berhasil. Bahkan bisa membeli syarikat Mitsubishi.

Satu lagi: Ghosn meletakkan dasar masa depan Nissan. Yakni mobil letrik. Nissan menjadi pelopor mobil letrik di Japan. Dengan Nissan Leafnya. Ia merencanakan itulah saatnya Nissan akan mengalahkan Toyota. Di masa depan. Melalui mobil letriknya. Yang ia beri anggaran 70 triliun IDR.

Begitu istimewa kepemimpinannya di Nissan. Sampai mampu merebut market. Dan merebut hati rakyat Japan.

Yang tidak berhasil saya temukan adalah: 'Mengapa ia memutuskan mundur dari jabatan CEO Nissan. Di tahun 2017 lalu. Tinggal mempertahankan jabatan Chairman'.

Ini menimbulkan spekulasi yang sangat ramai. Tidak cukup ada alasan pengunduran dirinya itu.

Yang jelas jabatan CEO Nissan berikutnya di tangan orang Japan sendiri: "Hiroto Saikawa". Satu tahun lebih tua dari Ghosn.Tidak banyak yang bisa diketahui siapa Saikawa. Kecuali bahwa ia orang dalam Nissan. Lulusan University Tokyo. Studi ekonomi. Berarti Saikawa adalah kolega Ghos sendiri.

Setahun di tangan Saikawa penjualan Nissan merosot. Sebagai Chairman Carlos Ghosn ke Tokyo. Mengadakan rapat-meeting. Konon di rapat itulah Ghosn mengeluarkan kata-kata: "Akan mengganti Saikawa".

Tidak sampai sebulan setelah rapat itu laporan masuk ke pihak berwajib: Carlos Ghosn melakukan tindak pidana. Melaporkan bonusnya lebih kecil dibanding yang diterima. Untuk mengurangi pajak/tax.


Ghosn dipanggil pihak berwajib. Saat itu ia lagi berada di Lebanon. Ia merasa tidak bersalah. Ia berniat memenuhi panggilan itu. Akan menjelaskan duduk persoalan sebenarnya. Menurut versinya.

Hari itu tanggal 19 November 2018. Ghosn terbang dari Beirut. Ke Tokyo. Dengan private jet. Setiba di airport Haneda ternyata ia langsung ditangkap. Dimasukkan tahanan. Tidak ada perlakuan khusus. Juga tidak ada pembelaan dari perusahaannya. Bahkan beberapa hari kemudian Ghosn diberhentikan pula. Dari jabatannya yang tersisa: Chairman.

Hanya Renault yang terus membelanya. Pun seandainya Ghosn bisa ditahan luar, semua jabatannya di Renault akan aman. Tapi Carlos Ghosn terus ditahan. Terpaksa Renault mencari penggantinya. Ghosn tidak bisa membuat keputusan dari dalam tahanan.

Hanya pegawai kedutaan Lebanon dan Perancis yang boleh melawatnya. Dan pengacaranya. Istrinya pun tidak bisa. Juga anak-anaknya.

Sang Istri tetap tinggal di Paris. Namanya: Carole Nahas. Umur 52 tahun. Berarti 12 tahun lebih muda dari sang suami.

Carole 
Nahas memang isteri kedua. Yang dikawininya tahun 2016 lalu. Saat Ghosn masih menjabat CEO sekaligus Chairman Nissan.

Pesta perkawinannya besar-besaran. Tempatnya di istana Versailles, Paris. Sekaligus untuk merayakan ulang tahun ke 50 sang kekasih.

Istri pertamanya diceraikan enam tahun sebelumnya: Rita. Setelah memberinya empat anak. Salah satunya ngetop: 'Caroline Ghosn'. Anak tertua. Saat masih berumur 19 tahun Caroline terpilih masuk 'Bal Des Debutantes'. Yakni pesta ter-elite di Paris. Yang pesertanya dipilih oleh sebuah komite. Tiap tahun hanya 20 orang. Yang syaratnya ketat: harus cantik, harus putri orang terkaya yang populer, harus cerdas luar biasa, pandai dansa dan Ayahnya harus mahu menemani putrinya selama pesta. Seperti yang tahun 2018 lalu dialami 'Annabel'. Putri pendiri dan pemilik Huawei.

Sepertinya Annabel kalah cantik dengan Caroline 
Ghosn. Mungkin saya terpengaruh oleh kunjungan saya ke Lebanon tahun lalu. Caroline adalah orang Lebanon. Yang terkenal cantik-cantik itu. Dan ia lulusan salah satu perguruan tinggi terbaik dunia: Stanford University.

Sekarang Caroline Ghosn menjadi CEO perusahaannya sendiri: Levo. Yang bergerak di bidang profesional networking. Yang membernya mencapai 30 juta. Di seluruh dunia. Dia juga eksekutif di World Economic Forum. Bersama ayahnya.

Kini sang ayah lagi menghadapi problem hukum. Yang ia sangat yakin bisa mengatasinya.
Rasanya 
Carlos Ghosn memang terlalu berani mengubah sistem bonus. Yang di Japan kurang seberani di Amerika. Penghargaan pada eksekutif terbaik di Japan dianggap kurang memadai. 

Jangan-jangan masalah bonus itu intinya. Salah mem-formulasilannya. Benar di mata Ghosn. Salah di mata penegak hukum. Atau masalah lain yang belum ada yang tahu.


Mungkinkah Ghosn sedang di Lebanon untuk jabatan politik? Yang di Lebanon memang lagi buntu? Pun sampai hari ini?
 

Ataukah ia akan pindah ke China? Mengapa tiba-tiba berhenti dari Nissan? Mengapa pula bos Nissan China juga mendadak mengundurkan diri? 
Carlos Ghosn bertekad mengungkapkan semua di Mahkamah nanti.

Tapi ia sudah terlanjur terjun bebas. Dari ketinggian langit.
Dari super-hero. Menjadi entah, apalah namanya.
[hsz]

Courtesy and Adaptation of articles by 
Dahlan Iskan
Kredit Image; www.disway.id
Editor ; 
HSZ/FortunaNetworks.Com

No comments