Melayari Bahtera Cinta Prahara, Dibayangi Dendam Mistik [3]

<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="Melayari Bahtera Cinta Prahara, Dibayangi Dendam Mistik[3]">

Melayari Bahtera Cinta Prahara, Dibayangi Dendam Mistik [3]

Part-3

Wagiman menatap bungkusan kain putih yang berada di tangannya Perlahan, disibaknya satu persatu benda yang berada di dalam kain itu. Matanya tertuju pada sebuah photo usang, seorang lelaki berkemeja biru tampak tersenyum. 'Yah,.. itu adalah photo dirinya.

"Benar-benar keterlaluan kamu Suminah...." desis Wagiman sambil meremas-remas photo itu.

"Tin-tin,...." Suara klakson-hon motor mengagetkan Wagiman. Suara klakson-hon yang sangat dia kenal siapa pemiliknya.

Buru-buru di kuburnya kembali benda-benda yang baru saja dia temukan dan mengembalikan tanaman yang berada diatasnya seperti semula. Di tariknya nafas dalam-dalam, sebelum Wagiman berlari menuju rumah.

"Kok, lama sekali sih Mas buka pintunya? Ngapain saja, kamu tidur...?" cerocos Suminah sesaat setelah Wagiman membuka pintu depan rumahnya. Sambil menahan perasaan amarah dan dendamnya, mengekor dibelakang Suminah...Sesekali, Wagiman menarik nafas panjang.

"Mas, tadi Aku dari rumah Misri. Lusa dia buat hajatan, anak sulungnya mahu sunat. Kira-kira kita bantu ngasih apa ya?" ucap Suminah.

"Terserah kamu saja, Dek. Kamu kasih saja apa yang dia bawa saat kita khitanan Normah dulu," jawab Wagiman, setenang mungkin.

"Ya, tak bisa dong Mas. Kalau bisa kita ngasihnya yang lebih banyak," jawab Suminah.

"Mas, hari ini kamu masak apa. Makan yuk, Aku lapar," ucap Suminah lagi.

"Aku tak masak, hari ini pasar ramai,sibuk jadi tak sempat masak," jawab Wagiman.

"Terus Aku makan apa Mas....? Jangan malas donk Mas. jadi Suami," ucap Suminah sambil meninggalkan Wagiman. Tak lama kemudian, terdengar motor Suminah meninggalkan halaman.

Wagiman hanya diam, sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Sabar Wagiman, belum saatnya," gumam hatinya.

Tak perlu waktu lama untuk menggali dan mengambil benda-benda yang tadi dia temukan. Diambilnya jerigen kecil berisi minyak tanah.  Kemudian menyiramkan pada bungkusan putih yang tergeletak di tanah.

Korek api yang sudah terbakar kepalanya itu dia lempar kearah bungkusan yang sudah tersiram minyak tanah. Sekejap saja, api berkobar membakar segala yang ada didalam nya. Bersamaan dengan asap hitam yang meyebar diterpa angin, Wagiman merasa seolah belenggu yang selama ini mengikatnya perlahan-lahan telah lepas.
Ringan sekali..

Dipandanginya sisa-sisa api yang ada dihadapannya. Dia menikmati setiap proses yang dilakukan. Beban batin dan beribu pertanyaan yang selama ini mengendap dalam hatinya, perlahan-lahan terangkat terbawa hembusan angin.

"Suminah, jadi selama ini kamu menggunakan semua benda ini untuk menguasai hidup dan fikiranku?" gumam Wagiman sesaat setelah api yang membakar benda tersebut benar-benar padam.
"Baiklah kalau itu keinginanmu. Aku akan mengikutinya. Tapi kali ini, dengan caraku," desis Wagiman.
***
Gedhubraakk...! Terlihat, Sumiah jatuh tersungkur saat sedang menikmati Soto Ayam di warung pertigaan jalan.

"Mbak Suminah tak apa-apa kan...?" tanya pemilik warung.

"Saya tak apa-apa Bu' Nur. Tapi kok bisa ya, kursinya patah begini?" tanya Suminah.

"Saya juga tidak tahu Mbak. Padahal kursinya masih baru lho. Begini saja, sebagai permintaan maaf, Sotonya saya gratiskan. Mbak Suminah tak usah bayar," ucap Bu' Nur.

"Benar Bu'? Tapi, masak cuma dapat ganti-rugi semangkuk Soto. Padahal pinggang Saya sakit banget lho. Dan lagi ya, Bu'...Saya juga harus keluar duit lagi buat mengurut pinggang Saya," jawab Suminah sambil meringis memegang pinggangnya.

"Ya sudah, Saya bungkusin Soto saja, buat anak-anak Mbak Suminah., Kan, Mbak jatuh bukan kerana kesengajaan,"  jawab Bu' Nur.

"Ya, sudah dech ... sini Sotonya," Jawab Suminah sedikit kecewa.

Setelah menerima bungkusan berisi Soto, Suminah meninggalkan Warung Bu' Nur. Sesampai dia di halaman rumahnya, tiba-tiba Suminah merasa kakinya terasa berat saat hendak melangkah kearah pintu. Serasa ada yang memegang kedua kakinya...Namun, dipaksakan untuk tetap melangkah masuk rumah.

"Mas...mas...,kamu dimana sih...?" teriak Suminah tatkala tak ditemukan sosok Suaminya didalam rumah.

Glodhaakk,..! Sebuah suara mengagetkan Suminah, suara yang berasal dari dapur.

"Mas ... itu kamu bukan?" tanya Suminah, sambil berjalan menuju dapur.

Namun langkahnya terhenti saat sesosok wanita berbaju hitam dengan rambut yang sudah sebagian memutih menatap tajam kearahnya.
"Sii...siiapa kamu?" tanya Suminah terbata-bata.

"Kamu,..!" Jawab sosok tersebut dengan suara parau.
Suminah mendekat kearah sosok tersebut, namun saat keduanya hanya berjarak beberapa inchi, sosok tersebut tiba-tiba menghilang.
Meninggalkan aroma bunga kantil yang memenuhi ruangan.
[hsz] To be Continued..
Courtesy and Adaptation by Yani Santoso
Editor ; 
Romy Mantovani,
Kredit Ilustrasi Image ; Doc, fortunanetworks.com

No comments