Melayari Bahtera Cinta Prahara, Dibayangi Dendam Mistik
Melayari Bahtera Cinta Prahara, Dibayangi Dendam Mistik
Part-1
Pengantar Redaksi, Threads ini, terinspirasi dari kisah cinta dua insan dibayangi dunia mistik, akibat Cintanya Di Tolak, lalu menemui Dukun /Bomoh untuk Bertindak balas. Mungkin kata "Cinta di tolak dukun bertindak" kerap terdengar dan berlaku dikalangan Masyarakat di Gugusan Kepulauan Nusantara ini. Namun kebanyakan kita menganggapnya sebatas berlaku pada sesetengah puak atau suku kaum di wilayah ini.Apakah di zaman milenium yang sudah sangat moden dan canggih ini masih ada yang mempraktekkan hal tersebut?
Ok, ilmu-ilmu klenik berbau mistik yang biasa disebut sebagai "Ilmu Pelet", terkait dengan hal supranatural seperti "Ilmu Pengasihan" masih dipraktekkan sebagian kecil dari Masyarakat Nusantara saat ini.
Sementara di berbagai Daerah-Pulau, ilmu yang khusus digunakan memikat hati seseorang yang mereka sukai itu memiliki banyak sebutan. Antara lain, Di Pesisir Timur Sumatera yang didominasi Suku Melayu disebut "Pekasih", di Pesisir Barat Sumatera yang dominan Suku Minangkabau disebut sebagai "Pitunang". Di Tanah Batak -Mandailing disebut "Dorma". Dan banyak sebutan lain dibeberapa Suku Kaum di beberapa Daerah Nusantara ini, InsyaAllah kita tulis di thread lain. TerimaKasih,
"Jadi, apa saja yang harus Saya persiapkan sebagai syaratnya, Mbah Dukun?" tanya Mbak Suminah, kepada lelaki berkumis dan berjanggut tebal dan yang bersila di depannya.
"Tidak banyak, cukup kamu bawakan celana dalam Suamimu yang sering dia pakai. Kalau bisa, celana dalam yang belum dicuci," jawab lelaki di depannya memberi perintah.
Setelah memberikan wang rokok yang di masukkan dalam amplop, Suminah meninggalkan rumah yang terbuat dari papan, dan terletak jauh dari rumah jiran-tetangganya...Lebih tepatnya, rumah tersebut berada jauh di ujung Dusun yang letaknya di tepi hutan jati. Dan orang di sekitar Dusun tersebut memanggil lelaki tua tersebut dengan sebutan Mbah Dukun Wongso. Lelaki tua yang dikenal sebagai orang pintar dalam dunia mistik atau disebut Dukun ataupun Bomoh, di Daerah Pesisir Timur Sumatera.
Tidak begitu lama, kurang lebih satu jam perjalanan untuk sampai kerumahnya...Di atas motor tuanya, Suminah disibukkan dengan fikirannya...Berbagai rencana disusun dalam otak kepalanya. Sesekali, tampak senyum menghiasi bibirnya. Bibir mungil bergincu merah marun sangat kontras dengan wajah putihnya, yang memerah terbakar matahari siang.
Tiiinn....!!, Terdengar bunyi bingit klakson-hon motornya menggema di tengah teriknya surya...Hampir saja motornya menabrak anak-anak yang sedang bermain layang-layangan dipinggir jalan.
"Kalau naik motor, jangan sambil melamun!" teriak orang-orang yang berada disekitar.
Kembali Suminah melajukan motornya...Tampak dikejauhan, Suaminya, Wagiman sedang menjemur pakaian disamping rumah.
"Kok baru pulang, dek. Katanya cuma ke pasar sebentar," ucap Wagiman sesaat setelah Suminah memparkir motornya.
"Iya Mas, Aku tadi mampir kerumah Mbak Jarmi. Kebetulan tadi ketemu di pasar, Aku diajaknya mampir. Mahu kutolak, tidak enak," jawab Suminah beralasan.
"Lho, Mas ... bajunya sudah dicuci semua ya?" tanya Suminah, sambil matanya mencari-cari sesuatu diantara kain cucian yang sudah berjejer di gantungan.
"Lhah,... memang ada apa, Dek? Kan biasanya juga Aku toh yang mencuci," jawab Wagiman.
"Besok, sampeyan tak usah menyuci Mas. Biar Aku saja yang cuci." ucap Suminah sambil berjalan masuk rumah...Sementara, Wagiman hanya bengong memandangi punggung Istrinya yang perlahan hilang dibalik pintu dengan rasa hairan. "Tumben, tak biasanya," bisik hati Wagiman.
*****
"Sudah kamu bawa yang Aku minta tempoh hari," tanya Mbah Dukun Wongso ketika Suminah sudah duduk dihadapannya.
"Sudah, ini Mbah. Celana dalam Suami saya," jawab Suminah.
"Ya sudah, biar Aku kerjakan ini dulu. Kamu tinggal tunggu hasilnya. Dan jangan lupa, syarat yang lain juga harus kamu lakukan secara rutin jika kamu ingin hasil yang maksimal," lanjut Mbah Dukun Wongso.
"Jadi kalau semua sudah Saya lakukan, apakah nantinya Suami Saya bakal tambah nurut-patuh sama Saya, Mbah?" tanya Suminah lagi, dalam keraguan.
"Semua tergantung kamu. Kalau semua syarat kamu lakukan, Suami kamu bakal nurut apapun yang kamu katakan," jawab Mbah Dukun Wongso.
Berbekal celana dalam dari Suminah, Mbah Dukun Wongso melakukan ritualnya. Asap mengepul dari dupa yang dibakarnya, bercampur aroma kemenyan dan bunga setaman yang ada dihadapannya..Kamar sempit itu semakin terasa aura mistiknya.
Sementara Suminah dengan sabar menunggu Mbah Dukun Wongso yang melakukan ritual di dalam, berbagai fikiran berkecamuk dalam hati dan kepalanya..Wajah cantiknya sesekali tersenyum, namun bukan lagi senyum manis. Namun seringai yang menakutkan.
Nun jauh di seberang Desa, Wagiman tampak bergegas memasukkan sisa-baki dagangannya..Hatinya menjadi gundah, ingin secepatnya pulang dan berjumpa dengan Suminah, Istrinya.
Dia ingat pesan Istrinya sebelum pergi tadi, untuk belanja dapur sekaligus memasak untuk makan siang nanti. Entah kenapa, walaupun ingin sekali dia menolak perintah Istrinya, namun keinginan itu hanya sampai sebatas tinggal di kerongkongan saja.
Membersihkan rumah, mencuci dan memasak adalah pekerjaan rutinnya selain bekerja sebagai pedagang di pasar..Sementara Istrinya, dia akan menyibukkan dirinya sendiri dengan kegiatan diluar rumah, yang dia tak pernah tahu kegiatan seperti apa itu.
Pernah suatu waktu, dia menemukan sejumlah wang dalam amplop dan perhiasan di dalam beg Istrinya. Namun setiap kali pertanyaan ingin dilontarkan, tentang asal-usul barang tersebut..Selalu saja tak pernah bisa dia ucapkan.. Bahkan tatkala Suminah berhari-hari tak pulang pun, dia akan melupakan amarahnya seiring dengan kecupan yang diberikan,.Ah., [hsz] To be Continued..
Courtesy and Adaptation by Yani Santoso
Editor ; Romy Mantovani,
Kredit Ilustrasi image ; Doc, fortunanetworks.com
No comments
Post a Comment