MISTERI KUNCEN. Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 4 Part 55]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="MISTERI KUNCEN. Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 4 Part 55]">
Image by pinterest.com/

MISTERI KUNCEN. Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 4 Part 55]

(55) Cerbung Horor Humor Komedi Lucu Untuk Hiburan para Sahabat

WAITING FOR GAMA
LANJUTAN CERBUNG KUNCEN

[Chapter 4 Part 55]

MUKAMURATA

FORTUNA MEDIA -  Sungguh saya sangat penasaran. Mengapa personil team monitoring isu publik mendadak mrotholi secara signifikan?

Dari enam team yang ada, dengan anggota masing-masing lima orang, tinggal 11 personil yang aktif penuh. Sementara sisanya yang 19 orang, mbalela. 

Ada yang mengundurkan diri secara permanen. Ada yang jarang hadir banyak absen dengan seribu satu kehutanan (baca: alasan). Ada juga yang selalu hadir tapi memilih bobo gasik ra mbut gae. Ra kacek, Ndes!

Ternyata pledoi mereka yang mbalela cuma satu: Takut diganggu lelembut! Salah satunya adalah soal kuping yang ditiup. Lhaah?

"Bagaimana tidak berkibar bulu kuduk, kalau tiba-tiba saat tugas di lantai empat ada yang meniup kuping kita pelan-pelan,"  tutur Wasi dengan ekspresi mengkirig.

"Lho, kan malah isis, Mas,"  celetukku.

"Isis Mbah sampean, Pak! Lha, ini tiupannya ada wangi-wanginya gitu, terus lama-lama bau busuk,"  terang Wasi yang asli Solo ini agak sewot.

"Wah, belum sikat gigi itu Mbak'e Kunti,"  timpalku dengan maksud melucu. Tapi tak sedikitpun Wasi tersenyum. Malah wajahnya semakin kecut dan pucat. 

"Jangan guyon, Pak. Takut sungguhan ini. Jadi kebelet pipis, nih!"  ujarnya parau. Waduuh.. seriyes tenan kiye!

    RELATED POST
Novel Collection
KISAH SUFI, SANG KYAI
Setelah saya ri-check ke anggota team yang lain. Ternyata ada enam orang yang pernah kena tiupan ghaib itu. Si kembar Syafaat-Sujiran, Wasi, Boy, Syahril dan Brontho. Eh, tambah satu lagi ding, Pak Kabid Richard Tampubolon juga mengaku pernah disebul telinga kirinya!

Hairan juga ya, kok korbannya cowok semua! Jangan-jangan di jagad lelembut sebul-menyebul pun ada kode etiknya: dilarang meniup kuping cewek, kerana dikhawatirkan banyak pingsannya daripada enggaknya, he he he..😂

Udara bergerak itu dilaporkan tidak cuma berupa tiupan. Kadang juga berupa angin yang bentuknya seperti pusaran, tapi berukuran sangat kecil. 

"Kayak angin tornado mini gitu, seukuran kukusan. Berputar berpilin di dalam ruangan. Potongan kertas dan sampah sampai ikut terbang mutar-mutar,"  jelas Boy.

"Ah, itu pengaruh angin dari lubang ventilasi kali?"  ujarku sangsi.

"Mustahil, pak. Ruang monitoring kan tertutup rapat dan ber-AC," ujar Boy.

Weh, baru kali ini saya tahu ada kekuatan metafisika seaneh itu. Kreatif tenan-betul lelembute! Coba gedean-besarkan dikit anginnya, kan bisa dibuat PLTAMH, Pusat Lettrik Tenaga Angin Makhluk Halus.

Yang jelas, fenomena tiupan dan pusaran angin nan ganjil itu membuat anggota team tidak berani masuk ke ruang monitoring sendirian. Musti ramai-ramai, siang hari sekalipun. Itupun kalau ada yang merasa ditiup atau melihat pusaran angin, kontan semua semburat berebut lari.

"Ada satu angin lagi yang bikin semua terbirit-birit dari ruang monitoring. Dan itu hanya Wasi yang tahu,"  lapor Boy.

"Oh, ya? Angin apa itu, Mas Wasi?"

"Oh, itu angin kecepit njerit, Pak, yang asalnya dari perut saya!"


Bwa ha ha.. hasyeem! Tentu saja mending ngacir daripada tersekap di ruang tertutup beraroma amoniak dan gondorukem!

Itu baru soal angin, Ndes. Masih ada lagi yang bikin nyali team monitoring mengkeret sak biji sawi: bunyi dan suara aneh! 

Soal bunyi sih kawan-kawan tidak begitu peduli, kerana siang hari saat jam kantor pun bunyi aneh itu sering terdengar nyaris di seluruh ruangan. Bunyi seretan lemari, tarikan kursi dan meja, suara gemeretak, gemlodhag, langkah kaki, benda berat jatuh, dianggap "biasa saja". 

Saking seringnya kedengaran, Brontho sampai membuat daftar tally dan grafiknya pakai excel. Dan frekuensi terbanyak ternyata dipegang oleh bunyi seretan kursi. He he he.😅. 

Tapi soal suara, Nah, ini yang bikin giris. Tak lain dan tak bukan kerana jenisnya tidak terprediksi dan kemunculannya pun acak. Ada beberapa suara yang dilaporkan sering terdengar. Yang paling legendaris adalah suara jeritan panjang seorang perempuan yang fade-out lalu menghilang. Ada lagi suara senggrokan b4bi, ketawa ngikik, dehem dan batuk, tangisan, orang mandi, dan suara gereng-gereng seperti erangan orang kesakitan.

Beda dengan bunyi aneh yang munculnya sepanjang hari, suara tak biasa hanya muncul selepas maghrib hingga dini hari. Kerana itulah, yang mendengar cuma team piket monitoring malam.

"Kalau cuma suara, Insya Allah saya siap. Tapi kalau diikuti penampakan, saya pamit, Pak!"  ucap Sujiran.

"Memangnya sampean pernah lihat apa? Kok ketakutan begitu?"


Sujiran lalu mbeber kisah. Khamis malam lalu, ia dan Syafaat kembarannya, giliran piket. Waktu mahu pipis, tiba-tiba terdengar suara tertawa ngikik perempuan di ujung tangga.

"Saya lihat sama Paat, ada sosok bergaun putih sedang jalan turun tangga sambil terus nyekikik. Ketika saya panggil, ia menoleh, lalu plass.. hilang!"

"Wealah.. tidak lihat wajahnya seperti apa?"  tanyaku kepo.

"Tidak ada pak."

"Maksudnya?"

"Iya.. tidak ada wajahnya. Mukanya rata gitu, tidak ada mata, hidung, dan mulutnya,"  sela Syafaat.

"Haahh.. berarti kuntilanak Jepang itu. Namanya Mukamurata."

"Ah, bapak, kok malah becanda... Lihat sendiri baru ngehe ntar!"  ujar Sujiran.

Tapi sumpah, bayangan cewek berwajah rata itu tidak bisa hilang sampai saya dapat giliran piket di Sabtu malam. Entah kenapa, kata "wajah rata" itu terngiang-ngiang di telinga. Mungkin kerana unik ya. Jadi antara kepo ingin lihat dan miris, campur aduk jadi satu.

Saya tunggu sampai pukul 20.00, Anggota teamku tidak ada yang nongol/muncul. Pasti info tentang si Mukamurata sudah tersebar ke mana-mana dan bikin jiper. Wah, jindul ik! Seberani apapun kalau piket sendiri ya nglangut, Ndes!

Pukul 21.15, Syahril baru nongol/muncul. Seperti biasa, ia telat dan... membawa gitar. "Piket nomor dua, gitaran tetap nomor wahid,"  ujarnya nyengir.

Hadeuuh.. orientasi si Gondrong ini tetap saja ke dapur rekaman, meski dapurnya sendiri tidak mendukung blas. Tapi mending lah ada dia, daripada lapuk dimakan sunyi kan mending eksis dibuai nyanyi.

Jadilah malam itu kami berduet. Syahril vocal, saya gitar dan backing vocal. Sesuai usia, yang ditembangkan ya evergreen songs, mulai lagu barat hingga baradus, dari bosanova sampai bosanterus.

Sedang asyik-asyikmya berdendang, tiba-tiba.. pufff.. telinga kiri saya terasa ditiup. Berbarengan dengan itu, bau wangi tajam meruap di ruang monitoring, yang segera berubah busuk seperti bau bangkai ular. Weh, mulai ini..😗.

Saya lihat Syahril juga pegang-pegang daun telinga kiri sambil melirikku. Pasti ia baru disebul juga. Saya kedipkan mata, isyarat agar tetap tenang.

Intro saya pindah ke lagunya Bimbo, Angin November. Syahril tanggap, langsung ia ambil suara, "Angin yang berhembus.. di akhir November.. Lembut kau datang kepadaku.. Ooo.. Kau datang.. kau datang.. dan berlaluuu.."

Berbarengan dengan usainya lagu, bau berangsur kembali wangi, lalu lambat laun hilang dan udara kembali segar. 

"Kapokmu kapan! Berani niup lagi, taknyanyiin lagi lo ya!"  ancamku.

Syahril cuma njuwiwi tak percaya, lagu yang ia nyanyikan ternyata bisa mengusir lelembut. "Beneran harus pakai lagu dan lagunya harus itu?"  tanyanya serius.

"Tidak lah. Lagu hanya ekspresi bahwa kita tidak takut. Kalau kita takut ya, mereka makin menjadi-jadi,"  jelasku.

Alhamdulillah, hingga nyanyi berpuluh-puluh album berikutnya, tidak ada lagi gangguan. Toss!

Pukul 00.00, saya mulai memonitor berita online dan membuat resume. Sementara Syahril merokok di pojokan. Pintu sengaja diganjal pakai kursi agar tetap terbuka dan asap rokok keluar.

Saat saya sedang membuat grafik sentimen dan tone isu, sekonyong-konyong kursi beroda yang ada di sebelah saya bergerak seperti ada yang mendorong lalu melesat cepat ke arah pintu. 

Sebelum sadar apa yang terjadi, kursi itu menghantam kursi ganjal pintu hingga terpental ke luar. Pintu langsung terkatup diikuti suara berdebum. Bersamaan dengan itu, suara cekikik tawa terdengar di kejauhan. Jelas itu tawa si Mukamurata!

"Paaak!!"  teriak Syahril panik.

Saya berdiri sambil menatap tak percaya apa yang baru terjadi. Bukan hanya aneh, tapi juga tak masuk akal. Siapa yang mendorong kursi? Mengapa sensor bulu halus di lengan saya tidak bisa menangkap kehadiran lelembut di situ?

Apakah ini gejala fisika, bukan metafisika? Wallahu a'lam. Tapi jika gejala fisika, benda bergerak pasti butuh energi. Sementara jelas-jelas kursi beroda itu tidak ada yang menggerakkannya?

"Saya takut, Pak..,"  ujar Syahril dengan tubuh menggigil.

"Ya sudah, sampean tidur saja dekat kaki saya!"  ujarku. Ia manut, langsung ngruntel seperti enthung.

Malam itu si Mukamurata nyekikik tiga kali di ujung lorong, seperti mentertawakan keberhasilannya mengerjai kami berdua. Kurangajar tenan!

Inginnya sih saya kejar, saya ajak berantem sekalian. Tapi setiap mahu melangkah, betis saya disekap erat-erat oleh Syahril.

"Jangan pergi! Jangan tinggalkan saya, Paakk!"

Hhhh... Apa boleh buat. Tahi kambing bulat-bulat. Gagal sudah pertandingan melawan Mukamurata malam itu!  
 [HSZ]

To be Continued...

Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh lihat disini linknya;
  Misteri Nusantara  

Courtesy and Adaptation of Novels by, Nursodik Gunarjo
Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

#indonesia, #kuncen, #misteri, #misteri,

No comments