MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 2 Part 29]


<img src="fazryan87.blogspot,com.jpg" alt="MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 2 Part 29]">

MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 2 Part 29]

Cerbung (Cerita Bersambung) Horor, Humor, Komedi, Lucu, untuk hiburan para Sahabat

WAITING FOR GAMA

GODAAN GAME YANG TERKUTUK

Sejak peri(h)tiwa "gagal rental" itu, Mas Gatot jadi sangat akrab dengan para gondes. Ia selalu menyapa lebih dulu bila bertemu. Ajaibnya, ia hafal satu-satu nama lima sekawan (sing bener kudune lima gangsal), meski kami tak pernah beraudiensi secara formal.

Awalnya sih, ia mengaku selalu ngakak jika ketemu salah satu, salah dua, atau salah kabeh gondes. Apa lagi kalau bukan kerana ingat kepekokan anak-manusia yang tak tahu letak tombol on/off komputer.

Lama-lama ingin kenal dengan orang-orang antik ini. Mungkin ia fikir, asyik juga bergaul dengan The Flinstones. Manusia langka yang di era moden masih setia pada peradaban zaman batu. Hihihi... 

Belakangan, kerana saking akrabnya, ia minta kami mencabut sebutan "mas" kepadanya. 

"Cukup panggil Gatot, atau Tot saja. Seperti bunyi klakson!" ujarnya.
(Klakson-Hon)

"Baiklah, Tooot!" jawab kami serempak, disusul tawa berkepanjangan.

Suatu pagi, Gatot mengundang kami berlima untuk datang ke shop-rentalnya. Undangannya resmi, diprint pakai printer dot matrix yang trit -trit itu. Isinya cukup bikin njondil: "Tawaran Kerjasama".

"Wah, jangan-jangan suruh megang komputer. Blaik iki!" ujar Tekek keder. 

"Ah, kalau itu sih aku siap. Aku pegang monitornya, Gundul pegang keyboardnya, kamu pegang setrumnya!" potong Meyek.

Tekek nyengir. Kami meringis. Jujur, kalau menyangkut kata komputer, kami miris.

Setengah antusias, setengah jiper, kami berbondong ke rental. Wuiih.. ternyata di TKP sudah disiapkan konsumsi: kue kotakan dan teh botol. Wah, seriyes iki, Ndes!

"Gini, dulu sampean kan sudah pengalaman bukak pengetikan. Saya sekarang bukak rental komputer. Gimana kalau kita merger?" Gatot membuka pembicaraan.

"Maksudnya, kami bukak pengetikan skripsi dengan komputer milik sampean, gitu kan?" kejar Tekek.

Gatot manggut. "Wah, cerdas sampean!" puji Gatot.

"Sejak bayi, Ndes... Ibu saya dan ibu Einstein kan masih satu kakek," balas Tekek.

"Oh, ya? Siapa nama kakek sampean?"

" A d a m ." jawab Tekek tanpa ekspresi. 

Kami termasuk Gatot pun terkikik-kikik sak Fatmala-nya.

"Sebagai kompensasi, selain upah Rp50 per lembar, setelah jam 10 malam komputer bisa dipakai untuk apapun. Free."

"Wah, menarik ini!" celetuk Jes. Dengar kata free, mata bisnis si Irit ini langsung cemlorot seperti lampu baliho terminal Tirtonadi.

"Gimana, setuju?" tantang Gatot.

"Big Yes. No opinion!" sambar Tekek, yang lalu kamu aminkan ramai-ramai. Ibarat orang lapar dikasih nasi, mana mungkin nolak...

"Tapi, ngomong-ngomong, kapan mulai kerjanya?" tanya Mitro dengan wajah was-was.

"Sekarang. Itu sudah ada tiga skripsi  masuk."

"Waduuhh.....!!" seru kami nyaris berbarengan.

Melihat reaksi para gondes, Gatot sudah ngakak duluan. 

"Hahaha.. jangan takut. Habis ini kita latihan komputer. Satu jam sudah bisa kok. Apalagi sampean semua kan typist andal!"


Hhhh... lega rasanya! Kirain suruh langsung nunul dik komputer, bisa mati berdiri para gondeser! Hehehe...

READ MORE
MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 2 Part 28]




Tidak sampai satu jam latihan, semua sudah lancar. Ternyata jauuuhhh... lebih gampang ngetik dengan komputer. Tak perlu tip exx, tak perlu karbon. Salah tinggal di-del. Nunulnya juga tak perlu pakai ngeden.

Sayangnya, WordStar adalah program DOS, maka semua "perintah" masih pakai keyboard. Panel Ctrl, Alt dan Tab yang ditekan diikuti huruf, cukup rumit untuk dihafalkan. Untung Gatot sudah bikin contekan yang di-print rapi. 

Ya, kertas selembar itulah yang jadi sasaran lirikan mata setiap detik. Untungnya, selain Tekek, kami semua jomblo-(bujangan). Jadi tak ada yang khawatir lirikan itu bikin kubu sebelah panas hati. Hehe..

Hasil training singkat itu benar-benar amazing. Dalam uji coba se-sore saja, satu orang sudah bisa melahap 15-20 halaman. Termasuk hebat untuk newbie!
Tentu saja ini bikin Gatot tersenyum puas. 


Jam 10 malam theng, kami sudah boleh istirahat. "Game sik wae, biar gak spaneng," usul Meyek.

Kami pun membongkar tumpukan disket game. Wuaah.. ternyata banyak sekali game yang tersedia. Ada Prince Persia, Cabal, Tetris, Bilyar, Pacman, Digger, Galaxy Mission, Super Mario... pokoknya lengkap!

"Lhaah.. sampean aslinya bukak  rental komputer apa games?" cecarku.

"Dua-duanya, he he..," jawab Gatot.

Namanya juga cowok, lihat game, ya kayak kucing lihat pindang, hawanya ingin nubruk saja. Walhasil, tengah malam hingga subuh pertama itu habis untuk mendaras game level demi level sampai over.

"Motonya sih sibuk skripsi, nyatanya sibuk game!" cericit Mitro saat pulang ke kos sekira jam 05.15.

"Halaaah... Memange situ tadi ngapain?" kejarku.

"Aku bikin judul proposal penelitian, Ndes. Setelah itu baru game!"

"Wah, hebat! Apa judulnya?" tanya Meyek kepo.

"Mission Acomplished!"

"Woo, sandhal gerang! Itu sih tulisan di game setelah pesawat landing di bulan!" semprot Meyek.

Kami ngekek sampai tersandung-sandung.

Namanya juga habis jamal (jaga malam), pagi itu semua gondes tidur bunuh hingga zuhur. Sangat lelap. Andai ada kebakaran pun, pastilah kami lari dulu, meleknya belakangan!

Saya yakin Ibu kos khawatir, dikira anak kosnya pada ngoplo. Maklum saat itu ramai diwarning, jika ada mahasiswa molor seharian, patut dicurigation itu kerana "pil koplo".(pil khayal)

Ya, kami memang mabuk. Tapi bukan mabuk kerana nge-lip.
Kami mabuk kursor! Hahaha...


Pesona game ternyata begitu melenakan. Jika ada yang bilang zat adiktif bikin kecanduan, maka game adalah Embahnya candu. Tak hanya bikin ketagih, tapi sudah sampai level lupa diri.

Buktinya begitu jam break tiba, semua gondes sudah pasti langsung mantengi game favorit masing-masing hingga fajar. Eh, sstt.. bahkan di jam kerja pun, Ada saja yang diam-diam loading game di layar. Edan tenan! (Gila betul)

Suatu ketika Ibu Sri curiga, kaerana kami selalu berangkat sore pulang pagi. "Kerja apa toh, kok kayak kalong. Siang ngglimpang, malam begadang?" tegur Ibu Sri.

"Ngetik skripsi di rental komputer Gatot, Ibu," jelasku.

"Ohh.. pakai komputer ya sekarang? Skripsi sendiri, kan?"

Saya manggut, tapi tidak terlalu dalam. Ini urusan mobil soalnya. Mobilang jujur takut dimarahi. Mobilang bohong takut dosa. Padahal saya yaqin-seyaqin- yaqinnya bahwa Ibu Sri tahu anak gondesnya belum ada satupun yang bikin skripsi!

Setidaknya, 'peringatan' Ibu Sri membuat saya sadar bahwa waktu untuk bikin skripsi tinggal sak crit. Jika tidak segera dimulai, kami bisa terancam jadi Mahasiswa Abadi. Apalagi kami semua belum KKN.
(KKN-Kuliah Kerja Nyata-seperti Praktikal sebelum graduated-editor)


"Ndes, bagaimana kalau malam ini kita tak nge-game?"usulku pada suatu sore, saat memulai 'dinas'.

Kontan semua gondes berhenti menutul keyboard. 

"Memang kenapa?" tanya Jes yang barusan pamer, setelah berhasil menembus Super Mario Bros level mencit.

"Kerana IP game tak bisa untuk wisuda, Ndes!" ujarku.

"Tapi... bukankah menurut Johan Huizinga manusia adalah homo --ludens, makhluk bermain?" eyel Mitro.

"Betul. Tapi sebagai mahasiswa, kita adalah juga homo scriptus. Makhluk yang harus bikin skripsi!" tandasku ANGAS, agak ngawur sedikit.

"Salaaah! Yang benar homo-erectus, makhluk yang selalu *r*ksi!" potong Tekek sewot.

"Oh, baiklah. Kerana homo-erectus mahu scriptus, maka semua ludens harus diinteruptus. Kalau tidak, kita bisa mampus!" Meyek menengahi.

Bwahaha.. cerdaaas!!

Atas kesepakatan bersama, saat itu juga seluruh disket games dikumpulkan oleh Tekek, dimasukkan ke kotak, dilak ban,(di selotip) lalu diserahkan ke Gatot. 

"Untuk sementara, di bulan puasa game ini, setan saya ikat dan saya serahkan ke bapaknya setan," ujar Tekek sambil mengangsurkan kotak ke Gatot.

Gatot tertawa ngakak. Kami semua tergelak-gelak sak kacanya..

Tapi ternyata godaan setan yang terkutuk itu bukan hanya berwujud game. Terkutuk lain yang muncul kemudian adalah... kantuk!

Begitu pekerjaan ngetik usai, tanpa loading game, semua gondes langsung angop seangop-angopnya. Apalagi saat mulai membuka rancangan judul skripsi milik sendiri, hadeeeh... mata seperti dibebani balok beton. Walhasil tak sampai 6 menit, empat gondes sudah game over ngeloni keyboard!

Melihat kekritisan itu, terpaksalah saya ketuk kamar Gatot. "Tot, emergensi. Setannya, eh, game-nya keluarkan lagi, daripada gondesnya pada menggelepar!" pintaku.

Gatot nyengir, mengeluarkan kembali kotak disket game sambil geleng-geleng kepala. "Puasa-puasa sendiri, batal-batal sendiri! Dasar gondes!!" gerutunya.

Saat mahu balik ke ruang ketik... eh, kok itu komputer di kamar Gatot nyala. Bunyi theme song-nya sangat familiar di kuping.

"Lhah.. kamu lagi bukak program apa, Tot?" selidikku.

"Hehe... game...," jawabnya tersipu.

Bajinduuullll!! 

Tibake jas bukak iket blangkon. Sama jugak sami mawon! 
[hsz] 

To be Continued...

Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh lihat disini linknya;
  Misteri Nusantara  

Courtesy and Adaptation of Articles by, Nursodik Gunarjo
Kredit Ilustrasi Image; pinterest.com

VIDEO,
"TAMAK HALOBA SEBAB HARTA SANGGUP UPAH TUKANG SIHIR"

No comments