MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 2 Part 37]
MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 2 Part 37]
Cerbung (Cerita Bersambung) Horor, Humor, Komedi, Lucu, untuk hiburan para SahabatWAITING FOR GAMA
LANJUTAN CERBUNG KUNCEN
LULUS
FORTUNA MEDIA - Dua hal paling mendebarkan dalam hidup gondes: sunat dan skripsi. Kalau sunat degup jantungnya dheg-dheg-cring, habis dheg-dhegan dapat duit krincing. Kalau skripsi, dheg-dheg-pas, habis dheg-dhegan sirahe ditempel salonpas! Bar konsul mumet! La revisine luwih akeh timbang ketikane..
Seperti saat pertama konsul ke Pembimbing I, Pak Mursito, jantungku rasanya mahu meletup. Gimana tidak, Pak Mur itu terkenal piyayine jaim. 3P: pendiam, pakem, perfeksionis. Skripsi kurang tanda baca, atau salah ketik satu huruf saja, sudah pasti disuruh bawa pulang.
"Jangan abaikan tanda baca! Salah letak bisa fatal akibatnya! Contohnya kalimat, 'Mas, kambing sampean gudhigen, saya sembelih.' Tiba-tiba ditulis, 'Mas kambing, sampean gudhigen, saya sembelih." Kan bisa bikin perang itu!"
Beha ha ha.. bener juga ya!
"Nulis surat ke orang sakit, 'Moga-moga cepat mari.' Eh, nulisnya R-nya keliru T. Jadinya malah MT sungguhan yang didoakan! Maka skripsi harus zero typo!" pesannya keras.
Maka sebelum ketemu Mister Killer ini, saya selalu cek tanda baca dan jlimeti huruf demi huruf. Takut ada yang tercecer jatuh di jalan, he he he...
Untung tak dapat ditolak. Saat pertama membaca judul skripsiku, "Rubrik Jodoh dalam Majalah Berbahasa Jawa: Profil Pencari Jodoh dan Profil Jodoh yang Diharapkan," Pak Mur tiba-tiba tertawa ngakak.
"Jomblo skripsinya tentang jodoh. Menunjukkan keinginan menghentak yang tak terejawantahkan!" komentarnya geli.
Saya cuma bisa ikut meringis. Jindul ik! Aku meh konsultasi pak, bukan konsextasi!
Tapi tak apa-apa... Bisa melihat gingsul Pak Mur saja saya senangnya bukan main. Hambok sumpah, jarang lhoh mahasiswa bisa lihat Pak Mur tertawa. Bahkan Pak Dekan pun belum tentu!
"Apa alasan anda mengambil judul ini?" tanya Pak Mur, kembali ke nada seriosa-nya.
Kontan senyum saya mandheg di separo bibir. Waduuh.. kok tiba-tiba nge-blank sak Toni-ne ditanya begitu. Mosok arep takjawab, "Timbang nganggur, pak!" Kan gak wangun, ndes!
"Eh, anu pak. Sekarang zaman makin maju, orang makin individualis. Jodoh makin sulit didapat. Maka rubrik jodoh pun menjadi keniscayaan. Keberadaannya menjadi urgent...," jelasku sekena-kenanya.
"Hmm... apapan alasanmu, saya tidak peduli. Skripsimu unik dan lucu, maka minggu depan bab I saya tunggu!" ujarnya masih dengan tersenyum.
Wedyaan.. maju sepisan goal! Rekod, Ndes!
READ MORE;
HELMY NETWORK
Novel @Horror, Mystery, Ghost, Fantasy & Romance
The Story of The Prophet Muhammad SAW
Keluar dari ruang bimbingan, semua mahasiswa yang antri saya salami. Saking senengnya owg! Mbuh karepmu pada mudeng atau tidak apa arti salaman itu. Sebodo amat! Yang penting aku hepi..
Tapi euforia itu hanya bertahan seminggu. Pada konsul berikutnya, skripsiku dicoret alinea demi alinea, minal awalu wal akhiru! Praktis tinggal menyisakan kalimat Bab I, Pendahuluan, Latar Belakang dan Permasalahan. Isinya, zonk!
"Lhah.. kok narasinya dipangkas habis, pak?" tanyaku sambil njuwowos.
"Ingat, kamu sedang membuat skripsi, bukan mengetik skripsi. Kalau sekadar ngetik, Mbah Maido pun bisa," ujar Pak Mur, yang membuat saya njondhil sak kayange.
"Kok.. Pak Mur kenal Mbah Maido?"
"Saya kan alumni UNS juga. Ya pasti kenal lah. Mana ada cah UNS tak kenal Maido?"
Dalam sekejap obrolan pun bergeser ke... Maido. Pak Mur nanya apa masih jualan, apa mahasiswa masih suka ngehik di sana, apa pisuhannya masih sama dengan era 1970-an. Tentu saja saya bisa menjawab semua secara tartil dengan mahraj dan tajwid yang fasih!
Gayeng pokoke. Sampai-sampai yang pada mau konsul ngintap-ngintip di jendela. Enek (Ada) apa kok Pak Mur dan Gundul kayak sedang ketemu teman lama. Sakkarepmu, ndes. Ngintip sampek bintit kono. Pokokmen pertemuan sesama Maidower ini harus tuntas, he he he..😂
Buntutnya, Pak Mur memberikan catatan rinci tentang apa-apa yang harus saya tulis di pendahuluan. Jos tena,xn! Tak lupa sebelum saya keluar beliau bilang, "Salam nggo Maido ya!"
Saya jawab dengan mempertemukan ibu jari dan telunjuk (mesthi dha praktek kiye..).
In Maido we trust. Entah kebetulan atau tidak, urusanku dengan banyak orang kok jadi makin mudah jika menyinggung nama satu ini. Maka saya sampaikan ke teman-teman, "Jual saja Maido!"
"Wah, kuwi jenenge mengkomodifikasi Maido!" ujar Mitro.
"Tapi kalau untuk kebaikan, dikomodo, ditokek, dibuaya, Mbahe pasti boleh saja kok. Kan dia yang mendorong agar kita cepat lulus," potong Meyek, diamini tiga gondes lainnya.
Tapi tak selamanya jalan skipsi semulus pipi gadis.[hsz]
To be Continued...
Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh lihat disini linknya; Misteri Nusantara
Courtesy and Adaptation of Novels by, Nursodik Gunarjo
Editor; Romy Mantovani
Kredit Ilustrasi Image; pinterest.comVIDEO ;
No comments
Post a Comment