Mengenali Etymology-Adat Budaya & Etnik "Urang Awak Minangkabau"[1]
FORTUNA LIFESTYLE.COM | Walaupun
sejatinya saya dilahirkan di Minangkabau, ya sudah pasti darah yang
mengalir di tubuh ini adalah darah silsilah -susur galur Etnik/Suku
Minangkabau. Hanya sahaja, saya tumbuh dewasa diperantauan - di negeri orang. Seperti mengutip kata-kata hikmah Ustaz Zulkifli Ali,Lc " "Bahwasanya Orang Minangkabau Itu akan menjadi tumbuh dewasa, dan terkenal serta dihormati setelah diperantauan"
Sejak beberapa dekad saya menulis, baik di surat kabar, majalah dan kini di media blog belum pernah lagi saya menulis tentang ;Apakah itu yang disebut dengan Minangkabau.? Walaupun ada saya menulis tentang tokoh terkenal Minangkabau, namun penulisan secara khusus tentang Minangkabau belum pernah lagi. Malah anak saya ada yang pernah bertanya " Kenapa papa tak ada menulis artikel tentang Orang Minangkabau?"..Sebuah pertanyaan yang terkadang membuat saya juga terfikir.."Kenapa ya saya tidak menulisnya"..!
Ok, Pada threads kali ini saya coba menulis serba rigkas tentang Minangkabau tersebut ,dan InsyaAllah akan di ikuti kemudian hari dengan sedikit kisah memory pribadi saya sebagai Orang Minangkabau yang saya rangkum dari pelbagai info rujukan media dan penulisan di internet.
Selamat Menikmatinya.InsyaAllah.
READ MORE
Mempelajari Dan Motivasi Jati Diri Minangkabau di Nagari Tuo Pariangan,Sumatera Barat
Mengenal Proses Pernikahan Adat Minangkabau;Tentang Malam Bainai, Momen ‘Pelepasan’ Pengantin Minangkabau yang Menyentuh Hati
Kenapa Desa Pariangan Dinobatkan Desa Terindah & Termasuk 5 Desa Wisata Terindah di Dunia?
"Rumah Gadang Minangkabau"
Orang Minangkabau atau Minang atau pangilan popularnya "Urang Awak" adalah kumpulan Etnik /Suku Nusantara yang berbahasa dan menjunjung Adat Minangkabau. Wilayah penganut kebudayaannya meliputi Provinsi / Negeri Sumatera Barat, sebahagian Tanah Daratan Kepulauan Riau, bahagian Utara Provinsi-Negeri Bengkulu, bahagian Barat Provins - Negeri Jambi, bahagian Selatan Provinsi - Negeri Sumatera Utara, bagian Barat Daya Provinsi - Negeri Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia sebagai daerah rantau luar Indonesia. Malah dalam Buku Kuno Tambo Minangkabau, ditemukan fakta bahwa jajahan dan perkembanga perluasan adanya pemukiman Etnik / Suku Minangkabau itu telah sampai ke "Negeri Durian Batatak" (Daerah Kerajaan Champa - Kini dikenal sebagai Indochina)
Suku Minangkabau menganut kebudayaan bersifat keibuan (matrilineal), dengan harta dan tanah diwariskan dari pihak Ibu kepada anak perempuan, sementara urusan Agama dan Politik merupakan urusan kaum lelaki (walaupun sesetengah wanita turut memainkan peranan penting dalam bidang ini).
Kini sekitar separuh orang Minangkabau tinggal di rantau, Majoriti di bandar dan kota-kota besar Indonesia dan Malaysia. Orang Melayu di Malaysia banyak yang berasal dari Minangkabau, mereka utamanya mendiami Negeri Sembilan, Negeri Melaka ,Negeri Selangor, Negeri Perak, Negeri Johor dan penemuan terbaru oleh NGO- yang bergiat dalam Budaya Melayu Di Malaysia, bahwasanya Negeri Kelantan dan Kedah juga telah di diami oleh perantau Minangkabau semasa Kerajaan Minangkabau sedang jayanya. Bukti penemuan dan kesahihan fakta tersebut adalah melalui peninggalan bahasa dan kerajinan tangan / handycrafts,pertukangan seperti tukang emas / Goldsmith dan lainnya.
Masyarakat Suku Minangkabau sangat kuat dalam pegangan agamanya yaitu Agama Islam, mereka juga kuat dalam mengamalkan amalan turun-temurun yang digelar sebagai "Adat " Namun ada beberapa unsur Adat Minangkabau berasal dari fahaman animisme dan agama Hindu yang telah lama bertapak sebelum kedatangan Islam. Walau bagaimanapun, pengaruh dan dominasi agama Islam masih kuat di dalam Adat & Budaya Minangkabau, seperti yang tercatat di dalam pepatah mereka, Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah, yang bermaksud, Adat (Minangkabau) bersendi hukum Islam dan hukum Islam bersendi Al Qur'an.
Orang Minangkabau sangat menonjol dibidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual. Mereka merupakan pewaris terhormat dari Tradisi Tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang dan dinamik. Suku Minang mempunyai masakan khas yang popular dengan sebutan Masakan Padang, yang sangat digemari di Negaranya Iaitu Indonesia, Bahkan sampai ke seluruh mancanegara salah satunya Malaysia.
Fish Farm, Danau Maninjau, Regency of Agam. West Sumatera,Indonesia.Photo by pukogamba.aminus3.com
Adat dan Budaya
Menurut Tambo[buku tua], Sistem Adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang bersaudara, Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang. Datuk Ketumanggungan mewariskan Sistem Adat Koto Piliang yang aristokratis, sedangkan Datuk Perpatih mewariskan Sistem Adat Bodi Caniago yang egaliter. Dalam perjalanannya, dua Sistem Adat yang dikenal dengan kelarasan ini saling isi mengisi dan membentuk sistem Masyarakat Minangkabau.Dan selanjutnya dalam Masyarakat Minangkabau, ada Tiga Pilar [Tigo Tunggak] yang membangun dan menjaga keutuhan Budaya serta Adat Istiadat. Mereka adalah Alim-Ulama, Cerdik Pandai / Cendekiawan, dan Ninik Mamak, yang dikenal dengan istilah Tungku Tigo Sajarangan. Ketiganya saling melengkapi dan bahu membahu dalam posisi yang sama tingginya. Dalam masyarakat Minangkabau yang demokratis dan egaliter, semua urusan masyarakat dimusyawarahkan oleh ketiga unsur itu secara mufakat.
Masyarakat Minangkabau merupakan Masyarakat Matrilineal yang terbesar di dunia, di mana harta pusaka tua ( harta pusaka turun temurun dari nenek moyang) diwarisi menerusi nasab keturunan sebelah Ibu. Beberapa ahli fikir berpendapat bahawa Adat inilah yang menyebabkan ramai kaum lelaki Minangkabau untuk merantau di serata Nusantara untuk mencari ilmu atau mencari kemewahan dengan berdagang. Kanak-kanak lelaki semuda 7 tahun selalunya akan meninggalkan rumah mereka untuk tinggal di Surau / Mushalla, di mana mereka diajarkan ilmu agama dan adat Minangkabau. Apabila remaja pula, mereka digalakkan untuk meninggalkan perkampungan mereka untuk menimba ilmu di sekolah atau menimba pengalaman daripada luar kampung dengan harapan yang mereka akan pulang sebagai seorang dewasa yang lebih matang dan bertanggungjawab kepada keluarga dan Nagari (kampung halaman).
Tradisi ini berhasil mendirikan beberapa masyarakat perantauan Minangkabau di bandar / kota dan tempat-tempat lain di Indonesia. Namun ikatan mereka dengan Ranah Minang (Tanah Leluhur Minang) masih disimpan dan dikuatkan lagi. Satu contoh kawasan yang didiami oleh Masyarakat Minangkabau dan masih mengamalkan Adat dan Budaya Minangkabau adalah Negeri Sembilan di Malaysia
.
Selain daripada dikenali sebagai orang pedagang, masyarakat Minang juga berjaya melahirkan beberapa Penyair, Penulis, Negarawan, Budayawan, Ahli Fikir, dan para Ulama. Ini mungkin terjadi kerana budaya mereka yang memberatkan penimbaan ilmu pengetahuan. Sebagai penganut agama Islam yang kuat, mereka cenderung kepada idea untuk menggabungkan ciri-ciri Islam dalam masyarakat yang moden. Selain itu, peranan yang dimainkan oleh para cendekiawan bersama dengan semangat kebanggaan sebagai orang Minang dengan identiti mereka menjadikan Tanah Minangkabau,iaitu,Sumatra Barat,Indonesia sebagai sebuah kuasa utama dalam pergerakan kemerdekaan di Indonesia.
Sebuah
masjid di Padang Lua, Banuhampu, Kabupaten Agam sekitar tahun 1900-an
dengan arsitektur khas Minangkabau sekitar tahun 1900-an.
Agama
Masyarakat Minangkabau saat ini merupakan pemeluk agama Islam, jika ada masyarakatnya keluar dari agama Islam (murtad), secara langsung yang bersangkutan juga dianggap keluar dari kelompok / identiti sebagai Masyarakat Minang, dalam istilahnya disebut "dibuang sepanjang adat".Agama Islam diperkirakan masuk melalui Kawasan Pesisir Timur, walaupun ada anggapan dari Pesisir Barat, terutama pada kawasan Pariaman, namun kawasan Arcat (Aru dan Rokan) serta Inderagiri yang berada pada pesisir timur juga telah menjadi kawasan pelabuhan Minangkabau, dan Sungai Kampar mahupun Sungai(Batang) Kuantan berhulu pada kawasan pedalaman Minangkabau. Sebagaimana pepatah yang ada di masyarakat, Adat Manurun, Syarak Mandaki (Adat diturunkan dari pedalaman ke pesisir, sementara agama (Islam) datang dari pesisir ke pedalaman), serta hal ini juga dikaitkan dengan penyebutan istilah ":Orang Siak" [merujuk kepada orang-orang yang ahli dan tekun dalam agama Islam] masih tetap digunakan di dataran tinggi Minangkabau.
Sebelum Islam diterima secara luas, masyarakat ini dari beberapa bukti arkeologis menunjukan pernah memeluk agama Buddha terutama pada masa kerajaan Sriwijaya, Dharmasraya, sampai pada masa-masa pemerintahan Adityawarman dan anaknya Ananggawarman. Kemudian perubahan struktur kerajaan dengan munculnya Kerajaan Pagaruyung yang telah mengadopsi Islam dalam sistem pemerintahannya, walau sampai abad ke-16, Suma Oriental masih menyebutkan dari tiga Raja Minangkabau hanya satu yang telah memeluk Islam.
Kedatangan Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang dari Makkah, Arab Saudi sekitar tahun 1803, memainkan peranan penting dalam penegakan hukum Islam di pedalaman Minangkabau. Walau pada saat bersamaan muncul tantangan dari masyarakat setempat yang masih terbiasa dalam tradisi adat, dan puncak dari konflik ini muncul dan berlakunya Perang Paderi,sebelum akhirnya muncul kesadaran bersama bahwa Adat berasaskan Al-Qur'an.
Kebanyakkan orang apabila diberitahu bahawa masyarakat Minang merupakan penganut Islam yang kuat merasa bingung kerana anggapan mereka ialah sebuah masyarakat yang mengikut sistem saka (matriarchal) akan sering berselisih dengan fahaman Islam yang lebih patriarkal. Namun sebenarnya, terdapat banyak persamaan di antara fahaman Islam dan Minangkabau (lebih lagi pada masa kini) sehingga menjadi sukar untuk orang Minang membedakan satu daripada lain.
Seperti contoh:
- Fahaman Islam: Menimba ilmu adalah wajib.
- Fahaman Minangkabau: Anak-anak lelaki mesti meninggalkan rumah mereka untuk tinggal dan belajar di Surau (langgar,mushalla masjid).
- Fahaman Islam: Mengembara adalah digalakkan/ dianjurkan untuk mempelajari dari tamadun-tamadun yang kekal dan binasa untuk meningkatkan iman kepada Allah SWT.
- Fahaman Minangkabau: Remaja mesti merantau (meninggalkan kampung halaman) untuk menimba ilmu dan bertemu dengan orang dari pelbagai tempat untuk mencapai kebijaksanaan, dan untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Falsafah merantau juga berarti melatih orang Minang untuk hidup berdikari, kerana ketika seorang pemuda Minang berniat merantau meninggalkan kampungnya, dia hanya membawa bekal seadanya.
- Fahaman Islam: Tiada wanita yang boleh dipaksa untuk berkawin dengan lelaki yang dia tidak mahu berkawin.
- Fahaman Minangkabau: Wanita menentukan dengan siapa yang mereka ingin berkawin.
- Fahaman Islam: Ibu berhak dihormati 3 kali lebih daripada Bapa.
- Fahaman Minangkabau: Bundo Kanduang ialah pemimpin/pengambil keputusan di Rumah Gadang.
Bersambung..
----------------------------------------------------
Resources;https://ms.wikipedia.org/wiki/
https://id.wikipedia.org/wiki/
No comments
Post a Comment