Masa Lalu Parsi, Sejarah Panjang yang Mind-blowing Hingga P3rang Iran-Isrāhell
Masa Lalu Parsi, Sejarah Panjang yang Mind-blowing Hingga P3rang Iran-Isrāhell

🔴FORTUNA MEDIA -- Masih heboh dan viral, bahkan makin menyala berita-berita tentang perang Iran-Isrāhell sejak Amerika Syarikat mengumumkan telah ikut campur meledakkan pusat nuklear Iran. Terlalu banyak yang bertanya, bagaimana sikap kita pada perang besar ini.
Di satu sisi, kita merasa lega dengan melihat p3njajah Z10n1s Isrāhell Laknatullahi "Alaihim yang merasakan sakit setelah mereka memporak-porandakan Gāzā. Namun di sisi yang lain, kita pun tahu bahwa Iran memiliki catatan hitam di Syria dan Iraq. Apa yang seharusnya jadi sikap kita?

Seorang Ulama, Dr Khalid Abu Syadi mengatakan bahwa p3rang Iran- Isrāhell ini masuk dalam 'Bab Sunnatut Tadafu', sebuah sistem yang Allah Ta'ala tetapkan bahwa: kebuasan suatu kaum akan ditahan oleh kaum yang lain.
Allah Ta'ala berfirman, "Dan kalau Allah tidak melindungi sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia/ anugerah (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam." (Al-Qur'an, Surah-Al Baqarah 251).
Bahwa, tidak ada kekuatan yang senantiasa memonopoli dunia. Satu poros (satu paksi/one axis) akan dihadapi poros yang lain. Dan kali ini, ia tergambar pada Iran- Isrāhell

Parsi, sebuah peradaban tua.
Namun kini kami justru ingin mengajak Anda semua untuk memahami Iran. Ya, Iran adalah puzzle besar dan raksasa dalam sejarah Umat Islam.
Dulu, nama kuno mereka adalah Persia (Parsi), sebuah kerajaan yang ada bahkan sebelum zaman Rasulullah ﷺ. Anda pasti pernah mendengar tentang mereka, Negerinya Salman Al Farisi, tempatnya para manusia penyembah api, yang rajanya pernah merobek-robek surat dakwah dari Nabi ﷺ.
Mendengar khabar itu, Nabi ﷺ bersabda, "Semoga Allah merobek-robek kerajaannya." (Hadits Riwayat Al Bukhari)
Namun janji Allah Subhanahu Wa Ta'ala tentu benar. Rasul ﷺ pernah bersabda pada seorang sahabat bernama Adi bin Hatim Radhiallahu 'Anhu, "...Jika umurmu panjang, engkau akan melihat kekayaan Kisra bin Hurmuz (Raja Persia/Parsi) dibuka untuk umat Islam.”
Kelak beberapa tahun sepeninggal Rasulullah ﷺ, Allah bukakan Parsi pada kebenaran. Manusia berbondong-bondong masuk Islam. Dan mereka menjadi salah satu "bahan baku" yang memeriahkan kanvas sejarah Umat Islam dengan ilmu, karya dan peradaban besar.
Jika kamu pernah mendengar Kekhalifahan Abbasiyah, ketahuilah bahwa corak utama Abbasiyah adalah Parsi.

Parsi, jadi markas peradaban Islam di eranya.
Ratusan tahun lamanya Parsi menjadi bumi Ahlussunah Wal Jama'ah yang megah dengan ilmu dan ulama.
"Sejak awal masuknya bangsa Parsi ke dalam Islam pada masa futuhat Islam awal di penggal pertama abad pertama Hijriah, mereka telah berkontribusi ( menyumbang ) besar dalam membangun peradaban Islam", sebagaimana ditulis Dr Ali Ash Shalabi.
Makanya, banyak orang mungkin akan terkejut jika mengetahui bahwa sebagian dari ulama dan fuqaha Sunni terpenting dalam sejarah justru berasal dari kalangan Parsi, yang kini adalah negara Syiah.

Anda tahu Imam Muslim Rahimahullah yang terkenal dengan kitab shahihnya? Beliau dari Parsi, tepatnya dari Nishapur yang kini berada di timur laut Iran moden.
Secara khusus, sosok seperti Imam Muslim dan ulama-ulama Parsi memiliki peranan yang sangat besar dalam pencatatan Hadits, sehingga karya-karya mereka dalam bidang ini menjadi referensi/rujukan pokok yang dirujuk oleh kaum Muslimin Sunni dalam memahami dasar-dasar agama dan hukum-hukumnya.

Berubah sejak Shafawiyah
Masih banyak lagi nama-nama luarbiasa seperti Imam Ibnu Majah, Ibnu Sa'ad, Ibnu Hazm dan Al Isbahani Rahimahullahu 'Anhum.
Namun nama-nama ini kemudian sulit kita telusuri jejak sejarahnya langsung di Parsi hari ini, kerana kini jalan ceritanya berbeza drastik. Sejak tahun 1500-an awal, muncul sebuah kekuatan bernama Shafawiyah.
Parsi (Iran) secara resmi berubah menjadi negara majoriti Syiah pada tahun-tahun itu, yaitu saat berdirinya Dinasti Shafawiyah (Safavid) tahun 1501 M, di bawah Shah Ismail.
Ia menjadikan Syiah Itsna ‘Asyariyah (12 Imam) sebagai mazhab resmi negara di wilayah Iran, lalu memerintahkan seluruh rakyat agar mengikuti aqidah Syiah. Penolakan dianggap pengkhianatan — bahkan dihukum mati.
Raja zalim Shah Ismail sendiri pernah mengklaim bahwa ia adalah Khalifah dan penjelmaan dari Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah.
Kebenciannya pada Kekhalifahan Utsmaniyah begitu membara, sehingga ia lakukan segala cara agar dakwah Ustmani di Eropah terganggu.
Sampai-sampai ada sebuah pepatah, "Jika bukan kerana Shah, mungkin Utsmani sudah mencapai Sungai Rhein (Eropah Barat)."
Raja zalim Shah Ismail sendiri pernah mengklaim bahwa ia adalah Khalifah dan penjelmaan dari Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah.
Kebenciannya pada Kekhalifahan Utsmaniyah begitu membara, sehingga ia lakukan segala cara agar dakwah Ustmani di Eropah terganggu.
Sampai-sampai ada sebuah pepatah, "Jika bukan kerana Shah, mungkin Utsmani sudah mencapai Sungai Rhein (Eropah Barat)."
Sejak 1500 hingga kini, Negeri Iran itu seperti terpisah dari Dunia Islam Ahlussunah. Mereka punya jalan berbeza, cara dan gaya peribadatan yang berbeza.
Perayaan-perayaan seperti Karbala, kemudian pembiasaan sumpah -- serapah pada Abu Bakr As-Siddiq, Umar Ibn Khattab Radhiallahu 'Anhum dan Ibunda Aisyah Radhiallahu 'Anha menjadi budaya.
Kita lega dengan Iran yang mampu merobek baju keangkuhan Z10n1s Isrāhell Laknatullahi "Alaihim. Tetapi kelegaan itu tidak mesti membuat kita setuju dengan jalan fikiran dan naratif yang Iran miliki. Mungkin seperti dulu di zaman Rasul ﷺ, saat Romawi (Rom) dan Persia (Parsi) berperang. Rom menang, Kaum Muslimin gembira. Tetapi kegembiraan itu bukan tanda bahwa Kaum Muslimin ﷺ setuju dengan penyimpangan aqidah Rom.
Perayaan-perayaan seperti Karbala, kemudian pembiasaan sumpah -- serapah pada Abu Bakr As-Siddiq, Umar Ibn Khattab Radhiallahu 'Anhum dan Ibunda Aisyah Radhiallahu 'Anha menjadi budaya.
Kita lega dengan Iran yang mampu merobek baju keangkuhan Z10n1s Isrāhell Laknatullahi "Alaihim. Tetapi kelegaan itu tidak mesti membuat kita setuju dengan jalan fikiran dan naratif yang Iran miliki. Mungkin seperti dulu di zaman Rasul ﷺ, saat Romawi (Rom) dan Persia (Parsi) berperang. Rom menang, Kaum Muslimin gembira. Tetapi kegembiraan itu bukan tanda bahwa Kaum Muslimin ﷺ setuju dengan penyimpangan aqidah Rom.
Bahkan kelak setelah perang panjang itu, Kaum Muslimin lah yang menaklukkan Rom dan Parsi. InsyaAllah 😘 Aamiin Ya Rabbal 'Alamin🤲🤲🤲 [HSZ]
Sources: Gen Saladin Channel
Editor: Helmy El-Syamza
Follow me at;⭐
twitter.com/romymantovani
facebook.com/helmyzainuddin
pinterest.com/hsyamz

RELATED POST:
No comments
Post a Comment