KISAH SUFI, SANG KYAI [59]
KISAH SUFI, SANG KYAI [59]
- Pada siri KISAH SUFI, SANG KYAI [58] Sang Kyai mengisahkan: Saat cerita ini ku tulis, dan saat tanganku men-type huruf, jam menunjukkan jam 12 malam kurang-5 minit (5-6-2012), sore tadi ada unjuk rasa di Balai Desa atas prakarsa Askan ramai sekali. Aku hanya melihat dari kaca jendelaku, kerana aku sendiri tak ada urusan, kerana juga aku sedang menjalani tak ketemu manusia, dan tak bicara, bahkan sama keluargaku, atau Istri dan anakku. Memang itulah keseharianku, kadang depan rumah sekalipun seharian tak kulihat sama sekali, aku hanya mengongkong sendiri di dalam kamarku, seperti orang lumpuh yang tak kemana-mana.
(kerana tak menerima tetamu, maka tak ada cerita yang ku tulis, jadi nanti InsyaAllah, Kyaiku memanggilku ke Banten, InsyaAllah aku diminta menyaring cerita orang yang punya pengalaman sepertiku. Nanti akan ku kumpulkan, dan ku tulis di cerita ini, sehingga bisa dijadikan sekedar bacaan, atau pelajaran, bagi yang mahu menilai hidup dari sisi kenyataan, kerana bagaimanapun hidup ini kenyataan.) Sekali lagi ku katakan ini tak seluruhnya cerita nyata. Dan jika dikatakan khayalanku juga boleh. Jadi boleh siapa saja menilai dengan penilaiannya masing-masing kerana ini sekedar cerita.
FORTUNA MEDIA -- Manusia itu akan diuji dengan kadar kesanggupan, dan selalu berhubungan dengan apa yang dijalani. Semakin seseorang itu mahu menjalani laku ujian sebelum diuji, maka ujian yang akan diterima akan makin ringan, walau sebenarnya sama kadarnya, tapi menjadi ringan kerana telah membiasakan diri menjalani ujian
itu.
Manusia itu akan diuji dengan lapar, ekonomi, huru-hara, kehilangan, Istri, keluarga, anak-anak,
kedudukan/pangkat/taraf, kecelakaan, dan berbagai penyakit, itu semua bisa dipastikan akan menimpa manusia.
Jika manusia itu tidak mempersiapkan diri, artinya tidak melakukan amaliyah riyadhah, entah
puasa, entah menahan keinginan dari apa yang dikehendaki nafsu. Dan selalu menuruti, bahkan cenderung mengejar apa yang terlintas dibisikkan nafsu selalu berusaha dituruti. Maka
ketika diuji dengan ujian, seketika rasa sakitnya
akan berlipat-ganda, rasa kehilangannya seperti
sebuah pohon yang terhunjam dalam ke bumi,
lantas dicabut dengan paksa. Maka akan terjadi
lubang di bagian jiwa yang menganga.
Sebaiknya seorang itu memang harus mempersiapkan diri, dan selalu mempersiapkan
diri, sehingga ketika terjadi ujian itu datang, segala persoalan itu akan tenang dihadapi, dan
dengan ketenangan segala sesuatu itu akan mudah dicari solusi terbaik.
Seringkali kerana tanpa persiapan, dan hidup
cenderung menuruti kesenangan, ketika ujian itu
menimpa, maka seakan di dunia ini hanya kita
sendiri yang mengalami perihnya cobaan itu, tak
ada orang lain yang mengalami keperihan cobaan
serupa kita, sehingga tangis sedih, seumpama
mengeluarkan air mata darah belum cukup
menuntaskan dan menjelaskan sakit yang kita
derita. Padahal tidak seperti itu, setiap manusia
itu punya urat, dan punya rasa sakit yang sama,
hanya orang yang sebelumnya mempersiapkan
diri, dan orang yang selalu waspada yang akan
memetik buah manis perjalanan hidupnya.
Pada Jum’at kliwon, di tempat guruku di Banten, Provinsi Jawa Barat, selalu
berkumpul para murid-murid lama yang masih
punya waktu untuk saling mempererat jalinan
silaturahmi, kadang aku juga selalu berusaha
menyempatkan diri untuk datang kepada guru,
sungkem dan menuang kerinduan dengan guru
juga teman seperjuangan, dan saling bertukar
kisah.
Ada saja kisah yang aneh di antara kami.untuk diceritakan yang selalu mengiringi perjuangan kami. Duduk mengitari kopi, kadang satu gelas diminum bareng-bareng (bersama-sama), bukan kerana tak ada kopi,
sebab nilai kebersamaan itu lebih mempererat
ikatan hati.
Ada si Amir yang tubuhnya kurus
seperti lidi, padahal tiap hari juga porsi makanan
juga sama, jadi hairan kenapa tubuhnya kurus
sekali
juga tinggi, mungkin setiap makan
langsung dibuang di kamar kecil, sehingga
pengeluaran sama pemasukan jauh berbeza.
Ada
si Ahsin, yang tubuhnya kurus lebih tipis dari papan triplek, memandangnya saja seperti merasa
kasihan, sering dikasih orang wang, orang melihat karena dikira
anak yatim piatu, atau juga ada si Lanang yang lebih suka
memanjangkan jenggotnya. Apa saja yang
dimakan masuk semua dikonsumsi jenggotnya,
sehingga untuk gizi tubuhnya tak kebagian.
Dan
banyak teman-teman yang lain, yang semuanya
mengambil tempat duduknya masing-masing, aku
juga tak banyak yang kenal, kerana kami murid
dari angkatan di masa dan kurun berbeza-beza.
Kali ini yang banyak bercerita si Petruk, Aku
sendiri sampai lupa nama aslinya, kerana banyak yang memanggil begitu, dia dari daerah Bogor, si Petruk
bercerita:
“Wah, ini sudah mulai dekat bulan ramadhan, jadi
ingat dulu sama Kyai waktu bulan ramadhan..” kata si Petruk sambil menyalakan r0k0k kretek Djisamsoe kesukaannya.
“Memang ada cerita apa?” tanya Lanang.
“Dulu pas di Gunung Putri, sama Kyai, kita semua
mahu buka puasa. Tetapi ndak ada yang mahu dimakan untuk berbuka, Kyai tanya sama kita semua, ada beberapa orang,
“Ini enaknya buka puasa makan apa?” tanya Kyai.
“Enaknya buka puasa pakai sarden ikan Kyai…” jawab
Mang Sanip.
“Yang lain sukanya berbuka makan apa?” tanya Kyai
pada yang lain.
Yang lain ditanya juga bingung, kerana memang
tidak ada apa-apa makanan untuk dimasak, atau dimakan,
tapi kami jawab bareng, “Sarden juga boleh Kyai.”
“Baik tunggu sebentar.” kata Kyai, lalu kyai
masuk ke dalam kamar, dan sebentar kemudian keluar kamar, dengan memanggul berkaleng
kaleng sarden, masih hangat. Semua hairan dan bertanya.
“Wah, banyak banget Kyai, sarden dari mana?”
“Ini sarden dari pabriknya, ayo dimasak,” kata Kyai,
dan yang tugas masak pun masak,
sementara aku sama Mang Sanip.
“Mang Sanip, minumannya ini belum ya…?” tanya Kyai.
“Iya kyai..” jawab Mang Sanip.
“Wah, enaknya kalau puasa itu minumnya pakai es
kelapa.” kata Kyai.
“Sana ambil kelapa di pohon.”
perintah Kyai sama mang Sanip.
“Wah, tak enak Kyai, kalau tidak ada sirapnya.”
jawab Mang Sanip.
“Enaknya pakai sirap apa?” tanya Kyai.
“Paling enak pakai sirap marjan Kyai, yang rasa
strawberri.” jawab Mang Sanip mantap.
“Petruk…, coba ambilin lilin merah di pojokan
itu.” kata Kyai memerintahku. Dan aku segera
mengambil lilin besar berwarna merah yang ditaruh di pojokan ruangan yang biasanya untuk
penerangan kalau lagi letrik lagi mati.
Sama Kyai lilin merah yang ku berikan kemudian
diserut dengan pisau, menyerupai botol, dan
setelah menyerupai botol, lalu Kyai berkata.
kata :
“Sini Mang Sanip, sudah jadi ini, coba dipegang ini,” Kyai, menyerahkan lilin yang menyerupai botol sirap, kepada Mang Sanip, dan Mang Sanip seperti orang bodoh saja mengikuti memegang apa yang diperintahkan Kyai,
“Nah sekarang Mang Sanip tutup mata.” perintah Kyai,
Mang Sanip pun menutup mata, dan tubuhnya
yang sedang duduk bersila itu diputar sama Kyai,
dan aku sendiri memperhatikan, jadi hairan
kerana lilin yang dipegang Mang Sanip sudah
berubah jadi sirap marjan yang rasa strawberri.
“Sudah buka mata.” kata Kyai. Mang Sanip lebih
hairan lagi, melihat apa yang dipegangnya, kerana
lilin telah berubah menjadi sirup dalam botol,
“Sudah sana, kelapanya diambil, dibuat minuman,”
kata kyai.
“Ah tak mau Kyai, ini bukan sirap, ini lilin,” kata Mang Sanip benar-benar tak mahu, sampai sudah
dibuat sirup dan diminum sama yang lain, Mang
Sanip sama sekali tak mahu juga meminumnya, kerana
dia yakin dia pegang kuat-kuat, kalau lilin itu
bukan sirap, dan tak mungkin berubah menjadi
sirap minuman, walau kenyataannya telah berubah menjadi
sirap minuman.
Begitulah cerita dari Petruk soal Sang Kyai,
cerita itu masih banyak dan akan selalu ku tulis,
tapi Kyai selalu mengatakan, itu bukan karomah,
itu adalah anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala… Allah selalu memberi
anugerah kepada hamba yang diinginkannya, tak
siapapun bisa menolaknya.
_________
Setahun silam, tepatnya sebelum puasa, ada
seorang yang membawa anaknya yang lumpuh
anak umur 8 tahunan, dibawa ke rumahku untuk
dimintakan supaya dido’akan supaya sembuh, Alhamdulillah anaknya sembuh, di cerita ini
sudah pernah ku tulis, dan ceritanya dia orang
tuanya juga mengeluhkan kalau rezeqinya susah maka dia ku tawari untuk ikut dzikir berjama’ah di Majlisku. Tetapi dia menjawab kalau dzikir dan
duduk lama-lama dia suka semutan dan tak kuat
duduk berlama-lama, makanya dia tak mau,
setelah dia menjawab tak mahu ikut itu, lama dia tidak
kelihatan datang ke rumahku, sampai akhirnya Istrinya datang minta air kepadaku untuk Suaminya, Istrinya menceritakan kalau Suaminya
tertangkap polisi, kerana mengikuti jvdi TOGEL,
dan dalam cerita Istrinya dia akan dihukum 7-8
bulan, dan ternyata baru 4 bulan di penjara dia
sudah bebas dari tahanan, dan cepat-cepat
datang ke rumahku, dan menceritakan kisahnya.
Ceritanya
dia: "Saya
sebenarnya
hanya
membelikan nombor dititipi/pesanan untuk membelikan
nombor togel, sehingga saya ditangkap, ketika
pertama saya masuk penjara, saya bingung
sekali. Makanya ketika Istri saya menjenguk saya
menyuruh Istri memintakan air kepada Mas, dan
setelah minum air dari Mas saya jadi tenang,
kemudian saya mulai aktif dzikir, amalan yang Mas berikan".
"Saya hanya menghabiskan waktu di Mushola
penjara, dan anehnya kok semua orang ku
rasakan sangat baik padaku, sampai semua orang memanggilku Pak De, Di penjara itu, ada banyak
macam orang, ada perampok, ada pembvnuh,
koruptor, pemerk0sa/per0g0l, dll. Suatu kali aku
berkenalan dengan seorang pemuda yang dia
masuk penjara karena meramp0k. Dan anehnya
ketika dia bersalaman denganku, dia begitu
penurut padaku dan berniat bertaubat, dan ingin
aku mengeluarkan semua ilmu hitam yang
dimilikinya, dia merasa kalau bersamaku serasa
semua tenaganya lemah, dan dia merasa kalau
aku ini adalah seorang yang berilmu tinggi".
"Pernah suatu hari di penjara terjadi ada yang
kerasukan, kerana memang penjara termasuk
daerah yang angker, dan banyak orang yang
melihat
ada
berbagai
macam
hantu
menampakkan diri, tapi aku tak pernah melihat
sekalipun.
Saat ada kerasukan itu, aku dimintai tolong,
untuk menyembuhkan, aku bingung juga, kerana Mas Kyai tak pernah mengajariku bagaimana
menolong kerasukan. Tetapi aku ingat selalu pesan Mas Kyai, asal diri dimintai tolong konsentrasi, dan
sebenarnya terjadinya orang minta tolong itu
tak lepas dari kehendak Allah Ta'ala, lalu aku
konsentrasi saja, ku bacakan segelas air dengan dzikir yang Mas Kyai berikan, dan ku suruh minumkan,
dan Alhamdulillah yang kerasukan langsung
sembuh"
"Kerana kejadian itu, aku makin disegani di
penjara, tapi ada juga yang merasa punya ilmu
tinggi
ingin mencoba, ada seorang yang
mempunyai ilmu macan putih, dia menantangku
duel/gaduh. Ya, aku tidak menerimanya, dan dia
menyerangku begitu saja. Anehnya dia mental/tercampak sendiri,
sambil mengaum-ngaum, bertingkah
seperti macan/harimau, dan berusaha menerkamku tapi
berulang kali dia berusaha menerkam, maka
berulangkali juga dia terpental, tak bisa
menyentuhku. Padahal aku sendiri tak mengamalkan ilmu apa-apa selain dzikir dari Mas Kyai…"
"Maka setelah itu aku makin disegani saja di
penjara, selalu menjadi Imam Mushola, malah
banyak yang meminta amalan dan ilmu. Justru aku
makin malu dengan Mas Kyai, kenapa dulu tidak ikut Mas Kyai,
padahal ilmu yang Mas Kyai berikan dengan tanpa
imbalan apa-apa, dan hanya untuk kepentinganku. Alhamdulillah setelah sidang yang sebelumnya aku akan di hukum 7-8 tahun, aku akhirnya hanya
di hukum 4 bulan.."
Ini adalah sekelumit kisah dari tetamuku hari ini…. Aku hanya merubahnya dalam bahasa Indonesia. dan dia hanya mengamalkan Ya Latif dariku 6641,
"Ya itulah Allah membuat orang percaya, kadang harus dimasukkan ke penjara dulu baru percaya dan yakin, dan itu salah satu cara Allah Ta'la menyadarkan seseorang, mungkin jika tidak
dimasukkan ke penjara. Tetapi tidak sadar juga kan lebih baik dimasukkan ke penjara tapi kemudian
mendapat hidayah. Dan tahu kegunaan hidupnya,
yang penting diri harus bisa mengambil hikmah
dari semua kejadian, jangan kendor/lemah menjalankan
amaliyah, baru bisa seperti itu jangan lantas
menyombongkan diri, pakai untuk menolong
orang lain, agar ilmu itu makin tajam dipakai,”
jelasku.
“Iya Mas Kyai, sekarang saya akan mengikuti apa saja
yang Mas Kyai sarankan, dan tak akan berani berani
lagi membantah,” jawab pak De.
Sebulan yang silam, waktu kliwonan ada seorang
jama’ah baru, ketika yang lain telah pulang,
seorang ini, tak juga beranjak, ku lihat wajahnya
menyiratkan/menggambarkan rasa gundah yang amat sangat.
“Ada masalah apa?” tanyaku, yang sudah tahu
kerana melihat dari wajahnya yang menyimpan
rasa gundah-gulana sekali.
“Maaf Mas Kyai, saya akan bercerita, kalau
diperkenankan.” kata lelaki itu.
“Cerita saja, kalau memang mahu diceritakan, jika
saya bisa membantu, InsyaAllah akan saya bantu,
jika punya masalah..”
“Saya ini sebenarnya ditimpa masalah yang
sangat berat.”
“Masalah apa itu?”
“Saya ini sebelumnya seorang pengusaha, tapi
sekarang saya bangkrut total, dan hutang saya
menumpuk di mana-mana, saya jadi bingung, saya
harus bagaimana, sementara saya sudah tak
punya sumber penghasilan untuk membayar
hutang saya.”
“Hutangnya sampai berapa?” gayaku seakan mahu
melunasi hutangnya, hehehe..😄
“Hampir semilyar Mas Kyai…”
“Oo masih kecil..”
“Kecil Mas Kyai…?"
“Ya kecil menurut Allah… hehehe,😅 menurutku,
hutang seribu perak, sama semilyar itu sama
saja, kerana aku sendiri belum pernah punya
hutang segitu, Ya, semoga saja tidak pernah, yang
penting hutang itu jangan menjadi beban di
dalam hati. Dan ada niat untuk berusaha
mengembalikan, daripada seribu perak juga tak
ada niat mengembalikan, maka akan dimintai
pertanggung jawaban di akhirat,”
“Lalu solusinya bagaimana Mas Kyai?”
“Masuk dan amalkan saja thareqahku.”
“Lhoh, saya ini sudah orang thareqah kok Mas Kyai…”
“Ooh sudah orang thareqah to?”
“Iya, saya sudah mengamalkan thareqah sudah
sepuluh tahun lebih, malah sebelum saya menikah.”
“Oo lama juga ya?”
“Iya Mas Kyai…”
“Bagaimana kalau menjalankan thareqah dariku?”
“Wah, tidak tahu Mas Kyai… lalu bagaimana dengan
thareqahku sebelumnya?”
“Begini saja, ini ku kasih amalan thareqah dariku,
sambil difikirkan bagaimana selanjutnya, mahu
diamalkan atau tidak ya, silahkan, terserah
sampean.”
Maka lelaki itupun pulang.. Tetapi tiga hari kemudian
dia datang ke rumahku, lelaki yang punya hutang
hampir satu milyar itu datang, kita sebut saja
namanya Hamzah biar gampang/mudah,
“Bagaimana?” tanyaku langsung ke poin masalah
“Iya saya sudah menjalankan amalan dari Mas Kyai,
setelah beberapa hari ini saya uji…” jawab
Hamzah.
“Kok diuji?”
“Begini ceritanya Mas Kyai… pertama saya besok
malamnya menjalankan amalan pondasi, saya
jalankan di tanah lapang, kerana pekerjaan saya menjadi pembantu mantri Alas/kepolisian hutan,
maka saya sering ikut menjadi penjaga hutan, Nah, waktu saya menjalankan amalan pondasi itu,
seperti ada angin dan ada berbagai makhluk
mengitari saya, saya tak tahu apa itu, lalu saya
besoknya diperintah atasan untuk melakukan
tugas ke kampung.”
“Tugas apa itu?” tanyaku.
“Itu tugas meneliti, dan memata-matai, jika saja
ada kayu yang dicuri di Desa-desa pedalaman.”
“Ooo… mata-mata gitu?”
“Iya Mas Kyai…, Nah, saat bertugas itu, saya harus
melewati jalan yang tanjakkannya sangat curam. Saya pernah melewati jalan itu, dan motor saya
terbalik. Sehingga saya trauma tak pernah
berani melewati jalan itu, padahal jalan itu jalan
terdekat, kalau lewat jalan lain harus memutar,
apalagi waktu habis hujan, Tetapi saat itu saya
nekat, saya pejamkan mata, dan berdo’a, Ya, Allah jika ilmu baru yang saya terima dari guruku itu benar, saya ingin ditolong diselamatkan melewati tanjakan/pendakian ini, lalu saya
mulai menjalankan motor, dan Subhanallah, motor seperti tak menginjak tanah, tanjakan yang jauhnya ratusan meter, dan penuh batu
licin, dan lumpur, tak perlu waktu lama untuk sampai di atas, saya sampai hairan,”
“Wah kok ada pengalaman seperti itu ya…?”
“Setelah itu saya makin mantap, dan biasanya
saya itu kalau melakukan expedisi ke kampung
kampung, pasti tanggapan orang kampung tak baik, kerana saya seperti musuh bagi mereka
yang mencuri kayu. Saat itu ketika saya
berangkat, saya tidak punya wang bensin/petrol, dan
saya berhutang orang 20 ribu rupiah, untuk beli bensin. Di
kampung yang akan saya datangi, saya sudah
membayangkan akan disambut dengan buruk,
tapi sebelum masuk kampung, saya berdo’a, Ya, Allah berilah bukti padaku, jika ilmu yang ku
terima dari guruku ini lebih baik, maka tolonglah
diriku. Maka saya masuk kampung, dan Subhanallah, semua orang kampung berjejer di tepi jalan menyambutku, seperti kedatangan pejabat penting, aku mengira mereka menyambut orang lain, ternyata mereka menyambutku, dan aku dijamu dengan mewah, dan bensin motorku diisi dengan penuh, dan pulangnya aku diberi amplop tebal. Wah, malah
seperti seorang Da’i saja..Makanya aku makin
yakin dengan amalan ilmu dari Mas Kyai…, Dan sekarang saya
kesini ingin minta solusi bagaimana soal hutang
saya itu Mas Kyai. Bagaimana solusinya, dan sekalian
saya mahu minta izin menjalankan amalan puasa,”
“Syukur kalau sudah mantap, solusinya untuk
hutang itu, amalkan saja dzikir rezeqi, nanti ku
beri bukunya, dan untuk puasa silahkan saja
diamalkan, aku izinkan, yang semangat.”
Minggu Legi (Kalendar Jawa) kemaren si Hamzah juga ikut dzikir
jama’ah, dia pulang menunggu yang lain pulang,
baru mengutarakan maksudnya padaku.
“Terimakasih Mas Kyai… puasa dan dzikir rezeqi sudah
saya amalkan. Dan hasilnya Subhanallaah, saya
yang tak punya pemasukan yang bisa untuk
membayar hutang, Alhamdulillah, Istri mendapat
pekerjaan baru, menawarkan tanah dan rumah,
untuk dibeli orang, di awal dzikir rezeqi, Istri
mendapat 5 penawaran, yang jika dihitung jika
mendapat komisi 1 juta, berarti sudah jelas
dapat 5 juta, dan setelah seminggu menjalankan, Istri sudah mendapat 12 penawaran, yang sudah
bisa dipastikan, artinya, sebulan ini saya sudah bisa menutup tagihan di bulan ini untuk hutang
saya, malah masih lebih. Saya sangat berterima
kasih sekali, kerana sudah diberi jalan keluar
dari masalah saya, yang terus terang bagi saya
masih tak masuk akal, tapi benar-benar saya
alami…”
“Nah sekarang, yang harus di-tes ke-istiqomahan
diri, jalankan dengan istiqomah, sebab banyak
orang yang kemudian, ketika susah mahu
menjalankan amaliyah, ketika berhasil amaliyah
ditinggalkan. Nanti kalau nol/zero lagi, minta lagi
amaliyah, jangan seperti itu. Itu namanya kayak
kerja di pabrik, dapat gaji, sudah tak mahu kerja
lagi, Ya, mana mahu pabriknya kasi gaji di bulan depan.”
“Do’akan saya bisa istiqomah Mas Kyai…”
“Ya, jangan minta do’a saja, supaya istiqomah itu
diri sendiri harus ijtihad, bersunguh-sungguh,
menjalankan,” jelasku. [HSZ]
To be Continued.....
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; KISAH SUFI, SANG KYAI
Ilustrasi Image; Doc, Fortuna Media
#indonesia, #misterinusantara, #KisahKyaiLentik #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,
No comments
Post a Comment