KISAH SUFI, SANG KYAI [57]

 <img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [57]">

     KISAH SUFI, SANG KYAI [57]

  •   Pada siri KISAH SUFI, SANG KYAI [56]   “Ya kamu kalau tidak mahu dimasukkan penjara, Ya zikirnya diperkuat, jangan malas, kalau tidur, anak kecil juga bisa. Semua orang juga senang, lha, kamu kan punya masalah, kok malah lebih memilih tidur, ya nanti tidur saja di penjara kan lebih banyak waktu.”

  •  “Kalau besoknya tak tuntas, kan itu namanya sama saja hutang dibayar hutang, Ya, sepertinya memang kamu itu sudah terlanjur kebiasaan diri membayar hutang pakai hutang, masak sampai zikir saja dihutang, dan dibayar dengan hutang.” 


      FORTUNA MEDIA --  “Lalu siapa nama abangnya orang yang kamu hutang padanya itu?” tanyaku pada Suhandi yang masih kelihatan bingung dan takut kerana akan diciduk Polis.

    “Namanya Ahmadi, kata orang daerahnya dia itu ilmu kejawennya tingkat tinggi.” jawab Suhandi.

    “Ya itu nanti biar aku yang akan mengurus, kamu urus saja urusan zikirmu itu, jangan sampai punya hutang, masak zikir juga dihutang…”

    “Iya Mas, akan saya penuhi semua zikirnya, tapi kadang saya tidak sadar tidur sendiri kalau lagi zikir.

   “Seseorang itu kalau punya kemahuan kuat ya tak akan tidur, sebab keinginan kuatnya mengalahkan kantuknya, kenapa keinginan kuatnya bisa mengalahkan kantuknya, kerana keinginan kuatnya punya landasan alasan yang kuat, contoh seorang petani, yang pergi berpanas-panasan ke sawah, untuk menyangkul sawahnya, walau panas dia tetap saja menyangkul, bukannya lihat hari akan sawah lantas membatalkan pergi ke sawah. Jika kok dia tiap panas membatalkan pergi ke sawah, dan tiap hari panas kan sawahnya jadi tak pernah dicangkuli, dan berarti sawahnya tak akan pernah ditanami, kenapa dia panas-panas memaksakan diri pergi ke sawah"

"Dan tak 
memperdulikan panas tetap saja menggarap sawahnya, kerana dia mengharap sawah yang ditanamnya nantinya akan panen, panen itu kan tak terlihat ketika si petani itu menyangkul sawah. Tetapi kenapa dia tetap menyangkul dan menggarap sawahnya, walau panen belum kelihatan sama sekali, sebab dia punya keyakinan kalau akan panen nantinya, sama dengan orang yang menjalankan amaliyah, kenapa seseorang itu jadi semangat dan tak perduli kantuk dan kaki kesemutan untuk menjalankan amaliyahnya? Kerana dalam diri ada keyakinan kalau nantinya akan memetik buah manis dari tanaman amaliyah yang dia panen, dan dirinya yakin kalau Allah Ta'ala itu "la yukhliful mi’aad", tidak mengingkari janji.”

    “Iya Mas saya faham, saya akan menjalankan apa yang Mas perintahkan.”

  “Ini tergantung dirimu sendiri, kalau kamu meninggalkan, ya aku sendiri percuma mendo’akan, ya nanti dijalani saja hidup di penjara.”

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [57]">

    Hari itu, Suhandi pulang dengan keseriusan ingin menjalankan amalan. Sementara jama’ah majlisku yang lain mendapat tawaran tanahnya disewa mendirikan tower seluler (menara cell). Ada dua orang yang ikut majlisku yang mendapat tawaran tanahnya disewa untuk pendirian tower seluler senilai 200 juta rupiah masa sewa sepuluh tahunan. Cuma yang satu melaporkan padaku dan yang lain tak melapor, yang melapor padaku minta ku do’akan agar prosesnya lancar, tanpa gangguan apapun.

   Dan jika berhasil, 
dia menjanjikan akan memberangkatkanku Umrah sekalian dengan Istriku. Aku hanya tertawa, kerana hal seperti itu biasa. Lumrah kadang ada orang sakit datang lalu bilang. Nanti kalau aku berdo’a dan penyakitnya ternyata sembuh, aku akan dikasih motor, atau dibelikan kereta pokoknya janji-janji. Tetapi setelah sembuh wang sesenpun tak keluar. Orang itu selalu mudah memberikan janji kalau lagi perlu tapi akan mengingkarinya kalau keperluannya sudah terpenuhi.

  “Ah, tidak usah janji yang muluk-muluk, pasti saya do’akan. Ya, kalau mahu bantu, bantu saja wang secukupnya dan seikhlasnya untuk pembangunan majlis, kerana ini soal bisnis. Jadi sekalian diperjelas, mahunya bantu berapa rupiah, kalau towernya sukses?” tanyaku.

  “Baik akan ku beri 5 juta.” jawab jamaahku itu.

  “Ya, tidak apa-apa, kalau ikhlasnya segitu, InsyaAllah akan ku do’akan agar prosesnya lancar.”

    Dan tower ku do’akan dan sekarang sudah taraf pembangunan, tapi memang apa yang dijanjikan padaku akan tak diberi. Ya, aku sendiri tak mempermasalahkan itu, dan jama’ahku yang satunya yang juga mendapat tawaran pendirian tower di tanahnya jadinya gagal.

     Jika Allah Subhanahu Wa Ta'ala 
berfirman; "Almu’minatu bil mu’minati, asshalikhatu bisshalihati, alqanitatu bil qanitati, azzaniyatu bizzaniyati", kata mudahnya orang yang jahat itu akan kumpul dengan orang jahat. Orang baik cocoknya akan kumpul dengan orang baik. Orang ikhlas akan kumpul dengan orang ikhlas. Dan kumpulan orang-orang itu akan sesuai dengan masing -masing  kecocokannya sendiri.

  Anehnya, malah tanah dan rumah 
yang sebelumnya oleh orang mahu diwakafkan untukku. Sekarang ku tanya malah dimintai membayar artinya Aku harus beli 350 juta rupiah. Padahal sebelumnya sudah mahu diwakafkan untuk kepentingan majelisku. Ya, mungkin ini cobaanku dan Allah Ta'ala menunjukkan yang terbaik bagiku. Daripada nantinya sudah ku dirikan >majelis kemudian disuruh bayar atau tanah diminta kembali, memang lebih baik dibeli, walau w>ang sesenpun sebenarnya aku tak pegang, kerana memang aku sendiri tak punya pekerjaan yang diandalkan, kerjaku hanya memimpin majelis zikir dan jika ada yang minta tolong ku tolong do’akan.  Walau Aku tak diberi apa-apa, juga tak apa-apa
asal bisa berguna untuk orang lain, dan ternyata Allah Ta'ala belum selesai mencobaku dengan.masalah pendirian majelis.

    Kyai Askan sudah gembar-gembor ingin menggagalkan soal pendirian tower, 
dia menghasut semua orang yang di sekitar tower agar tak menyetujui, tentang pendirian tower. Dia mengatakan kalau tower itu berbahaya, bisa mengakibatkan tumor otak, air dalam tanah akan berubah, bahkan bisa merobohi orang. Dan siapa yang akan menanggung.

   A
nehnya aku yang dibawa-bawa, dikatakan kalau aku ini orang miskin yang tak punya apa-apa tak sekolah mahu merosak, karena diikuti, terjadilah ribut, sampai diadakan sidang di Balai desa menghadirkan Polres (polis balai) dan Camat (pegawai daerah) setempat, dan masalah pun diselesaikan.

  Tetapi setelah itu, Kyai Askan 
kemudian menghasut dan memprovokasi orang-orang agar pendirian tower gagal. Dan tower tidak jadi berdiri, padahal rumah Askan dengan tower itu berjarak satu kilometer. Dan dia bukan warga Desa yang ku tempati tapi dari Desa lain. Tetapi tetap saja Askan mengusahakan agar tower tak jadi dibangun, dengan meminta orang-orang demo unjuk rasa. Padahal semua orang yang di sekitar tower sudah memperoleh dana konpensasi (compensation fund/dana pampasan) 

    Dan 
akhirnya Kyai Askan mengajak orang yang rumahnya jauh dari tower, mahu diajak unjuk rasa. Dan saat, tulisan ini ku tulis, oleh desa Askan akan dilaporkan Polis, karena memprovokasi masyarakat. Malah semua pengurus Masjid diadu, terjadilah perpecahan dalam kepengurusan Masjid, sebagian memihak Kyai Askan dan sebagian memihak tower bisa didirikan, kerana tower ada di belakang Masjid.

 Tetapi anehnya balik-balik Kyai Askan 
menjadikan diriku alasan dalam permasalahan tower. Padahal aku sendiri tak ikut mengurus apa-apa, sementara aku lebih memilih menyibukkan diri dalam urusan majelis zikirku.

   Rupanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menunjukkan rahasia lain dalam urusan pembangunan majelisku. Di antara cercaan Kyai Askan, dan tanah yang akan dibangun majelis dimintai pembayaran, Allah Ta'la mendatangkan orang-orang yang hatinya sebening embun datang berbondong-bondong mentrasfer wang ke akaun bankku, dalam rangka pembangunan majelisku, teman-teman internetku, aku jadi terenyuh haru, begitu indahnya Allah Azza Wa Jalla membuat bukti kebesarannya.

   Walau masih jauh dari keperluan, 
setidaknya itu sudah membuatku terhibur, Allah Ta'ala masih memperhatikanku dengan perhatian yang sangat indah, mendatangkanku orang orang yang hatinya bening, ikhlas dan tanpa ragu-ragu mencurahkan sebagian dananya untuk membantu pembangunan majelisku. Memang Allah Ta'ala mengumpulkan orang ikhlas hanya dengan orang ikhlas, orang mukmin, dengan orang mukmin, dan bantuan anehnya terus mengalir, dan terus mengalir, semoga dalam waktu dekat semua tanah yang akan ku dirikan majelis cepat terbeli, dan majelis segera terbangun, aku yakin kalau Allah Subhanahu Wa Ta'ala itu memilihkan aku jalan terbaik dan teman-teman terbaik, dan memberikan jawaban bahwa perjuanganku nanti tidak akan sia-sia.

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [57]">

    Malam ini aku akan menyelesaikan urusan Suhandi, tengah malam Aku berangkat "meraga sukma" ke rumah Ahmadi. Aku melesat menuju Kajen, di suatu pemakaman yang dikeramatkan Aku berhenti, sebelumnya ada pondok putri. Sebenarnya secara pribadi aku sendiri tak tahu kenapa aku melesat ke arah sebuah pemakaman, yang dipagar bambu yang disigar-sigar.

    Aku 
berhenti di antara gundukan tanah, kerana memang pemakaman itu jalannya naik turun, ku lihat seorang pemuda keluar dari pemakaman, dia membawa seekor ular kecil yang sudah dipotong kepalanya. Entah untuk apa, ku ikuti pemuda itu, mungkin ini pemuda yang bernama Ahmadi, ku ikuti terus pemuda itu berjalan melewati gerumbul semak perdu dan menuju ke arah sungai, sungai yang lumayan luas. Dan banyak pohon rindang dan besar di sekitar sungai.

   Aku ikuti terus pemuda itu, aku ingin tau apa maksudnya pemuda itu di malam-malam yang sudah larut kok pergi ke sungai. Sementara aku bebas melayang di antara ujung daun, tanpa khawatir pemuda itu mengetahui keberadaanku, kerana aku dalam bentuk sukma yang tak terlihat.

    Aku masih memperhatikan pemuda yang 
ku yakin bernama Ahmadi. Pemuda itu lalu menyalakan kemenyan, dan membakar ular yang dibawanya di bawah sebuah pohon besar. Dan dia sendiri bersemedi, samar-samar dari dalam pohon keluar bayangan, awalnya hanya berupa asap putih, lalu membentuk perwujudan seorang perempuan, perempuan yang cantik. Tetapi aku merasa itu hanya bentuk buatan yang dicipta oleh Jin itu. Lalu antara wanita Jin dan pemuda itu saling menyalurkan hasratnya. Aku masih melihat dari puncak pohon, lalu setelah kedua makhluk berlainan jenis dan alam itu selesai menumpahkan nafsunya. nampak Jin perempuan itu memberikan sebuah buah mirip buah jambu kepada pemuda itu dan menyuruhnya memakan. Lalu kedua makhluk berlainan jenis itu berpisah. Sedang Jin yang berbentuk perempuan itu melayang kembali ke atas pohon tua, aku segera melesat menghadangnya.

    “Siapa kau…!?” kata Jin perempuan itu kaget, kerana aku tiba-tiba ada di depannya.

   “Seharusnya aku yang bertanya siapa kau….?” tanyaku.

    “Kau panas…, menjauh dariku…,” katanya sambil mundur.

   “Kau pasti Jin fasik, apa yang kau lakukan dengan pemuda dari manusia itu?” tanyaku.

   “Apa urusanmu….”

   “Baik kalau kau tak mahu menjawab…itu terserahmu.” kataku, sambil membatin lafaz Allah di dadaku, dan dari dada memancar cahaya yang menyambar Jin itu, dia terlempar sampai daun pohon berhamburan kerana diterjang tubuhnya yang terlempar oleh sambaran cahaya dari dadaku. Dan nampak tubuhnya hangus dan mengeluarkan bau daging terbakar.

     “Aduuuh…. ampun… ampuuuun…, panaaas.., panaaas, ampuuun…!,” dia mengaduh-aduh tiada henti. Dan tubuhnya tergeletak tanpa daya di bawah pohon, tempat tadi dia berhubungan badan dengan pemuda.

    “Bagaimana? Apa sekarang kau mahu merasa sok-sokan di hadapanku? Atau menjawab saja apa yang ku tanyakan, atau lebih memilih ku cairkan menjadi cairan minyak?” bentakku dengan suara tetap perlahan.

   “Aduh ampuun…, Tuan ini Manusia atau Malaikat…?”

   “Kalau Malaikat hanya menuruti perintah Allah, tapi aku punya amarah dan kehendak.., bisa saja aku menghancurkanmu, jika kau tak menjawab 
pertanyaanku,”

   “Iya-iya, aku akan jawab…”

    “Siapa pemuda yang kau ajak berbuat zina itu?”

   “Dia meminta ilmu dan perjanjian denganku.”

   “Paling kau hanya menyesatkannya, siapa namanya dia?”

   “Dia bernama Ahmadi, dia sudah lama meminta ilmu dan kesaktian padaku, dan imbalannya dia mahu bersetubuh denganku, dan selama ini dia mendapatkan ilmu dan kelebihan yang aneh-aneh dariku.”

    “Kalau begitu sekarang ku perintahkan, kau cabut semua ilmumu dari pemuda yang bernama Ahmadi itu..”

   “Mana bisa seperti itu.., ilmu itu sudah ku berikan, dan dia juga memberikan kepuasan padaku.”

    Ku konsentrasikan lafaa Allah di dada lagi, segera sambaran cahaya, menyambar seperti sambaran kilat menghajar Jin perempuan itu, dia menjerit melengking, mencoba kabur. Tetapi sambaran cahaya dari dadaku seperti begitu saja memenuhi perintahku, langsung mengurung Jin perempuan itu dalam diameter yang makin  sempit dan mengecil. Jin perempuan itu menjerit-jerit melengking tapi tak berani sama sekali bergerak, kerana cahaya itu jika tersentuh oleh kulitnya, maka kulitnya langsung mengeluarkan asap dan tercium bau hangus daging menyengat. Aku tahu banyak Jin di sekitar yang memperhatikan, tapi tak berani berbuat apa-apa, malah berusaha menjauh.

    “Bagaimana apa kau masih tak mahu mencabut kembali ilmu hitam yang kau tanam di tubuh pemuda itu. Maka akan ku biarkan kau terkungkung dalam cahaya itu,”

   “Iya… iyaaa… aku mahu, aku mahu mencabutnya, tolong hilangkan cahaya ini, aduuuh panasss, paanaaas…!”

    “Baik, besok kalau ku lihat dia masih punya ilmu hitam di tubuhnya, maka kau tak akan selamat…, Ingat itu..!!”

    Aku berlalu, dan cahaya yang mengelilingi Jin itu hilang. Dan ternyata Jin itu telah berubah menjadi rupa nenek-nenek yang teramat jelek. Wajahnya dipenuhi benjolan, dan kerutan tak karuan. Aku melesat lagi, mengikuti tarikan tenaga takdir yang membawaku. Bagaimana saja Allah menghendaki aku ikuti, seperti angin yang dibawa aliran hembusannya. Dan seperti air yang mengalir selalu melewati alirannya, sampai di persawahan, tiba-tiba seorang perempuan setengah tua menyapaku, dia berpakaian seperti Orang Jawa zaman dulu, dengan sanggul di kepalanya, dia melayang di atas padi dan sepertiku. Aku merasa orang ini sudah berupa roh, dia berhenti di depanku, dan mengucapkan salam, lalu ku jawab salamnya.

    “Maaf siapa Ibu..?” tanyaku.

    “Saya Ibunya Ahmadi.”

    “Tapi Ibu….”

   “Ya, saya sudah lama meninggal, saya hanya ingin mengucapkan terima kasih kerana anak ini sudah menolong anakku dari jeratan Jin fasik itu, sekali lagi terima kasih. Jika anak ini ingin ke rumah anakku, dan ingin tahu rumah anakku, mari silahkan, biar saya antar.” kata perempuan itu yang mendahuluiku, melayang ke arah desa di depan, dan jalanan menurun.

    Aku mengikuti dari belakang, perempuan itu menceritakan keluarganya sambil jalan, dan menceritakan pekerjaan anaknya yang >menghabiskan kekayaan keluarga, sehingga kemudian terseret mengamalkan ilmu sesat. Ibu itu merasa prihatin tentang nasib anaknya, tapi tak mampu berbuat apa-apa, aku hanya sebentar,
sampai di rumah ibu itu dan kembali pulang, kerana aku rasa tak banyak kepentingan bagiku mengurusi kehidupan rumah tangga orang.

    Beberapa hari kemudian Suhandi menelefonku katanya dipanggil kepolisian, kerana masalahnya. Tetapi sorenya sudah telefon lagi katanya abang orang yang dia punya hutang pada orang tersebut sudah tidak menagih hutang padanya. Dan mencabut tuntutan, dia bilang merasa aneh, kok sebelumnya si Ahmadi ngotot-ngotot, ingin memenjarakannya, tapi kok sekarang sudah tidak lagi.

    Sementara itu Kyai Askan sudah ribut membakar orang kampung untuk diajak unjuk rasa agar pembangunan tower digagalkan. Padahal pembangunan tower sedang berlangsung, dan pembangunan pondasi tengah dijalankan, Askan membuat undangan untuk mengumpulkan orang di Masjid, untuk diajak menggagalkan pembangunan tower, dia mengatakan tower itu milik orang Kristian, tak boleh berdiri di belakang Masjid, hukumnya haram.

    Padahal dalam urusan pekerjaan orang Islam itu sah berdagang dengan penganut agama manapun, yang tidak boleh itu dalam 
urusan beribadah. Setiap agama mempunyai keyakinan, tempat ibadah, dan cara ibadah masing-masing.
Tetapi kalau soal urusan pekerjaan maka tidak ada hukum yang melarang seorang Muslim bekerja dengan selain Muslim, sebab di dunia ini kehidupan manusia itu majemuk.

   Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, sendiri pernah melakukan dagang dengan orang yang bukan Islam, yang dilarang adalah mencampur adukkan cara ibadah dan tempat  ibadah, juga pengamalan ibadah, dan keyakinan, kalau soal pekerjaan. Maka siapapun asal cara bekerjanya benar, maka boleh diajak bekerja sama.

    Orang-orang pada meributkan soal pembangunan tower, juga Askan sudah berhasil memecah belah pengurus Masjid menjadi dua kelompok. Satu kelompok, menantang, jika tower berdiri. Maka kelompok itu tak akan menginjakkan kaki ke Masjid lagi, juga kelompok yang lain, mengancam jika tower tak berdiri. Maka kelompoknya tak akan menginjakkan kaki di Masjid lagi. Aku hanya melihat saja, menurutku. Memang Askan jika termasuk sukses jika menjadi syaitan yang bisa memecah belah Umat. Dan aku hanya ketawa, kerana tahu betul apa hasil akhirnya, walau Askan masih aktif menjelek-jelekkanku. [HSZ] 

 To be Continued.....

#indonesia#misteri#KisahKyaiLentik  #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,

No comments