KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [109]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [109]">

KISAH RASULULLAH SHALLALLAAHU 'ALAIHI WA SALLAM [109]

  • KISAH RASULULLAH ﷺ صل الله عليه و سلم
  • Bagian-109

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ  وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّد

   FORTUNA MEDIA -- Sesampainya di Madinah, putra Abdullah bin Ubay yang juga bernama Abdullah, menemui Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam 

   "Ya, Rasulullah," panggil Abdullah,

   "Saya dengar Tuan ingin membunuh Ayahku. Jika benar Tuan ingin melakukannya, perintahkanlah aku. Aku bersedia membawa kepalanya di hadapanmu. Demi Allah, tidak ada orang dari suku Khazraj yang dikenal lebih baik sikapnya kepada orangtuanya daripada aku. Aku takut engkau akan memerintahkan orang selain aku untuk membvnuhnya sehingga jiwaku tidak tahan melihat pembvnuh Ayahku berjalan di tengah masyarakat, lalu aku membvnuhnya pula. Ini berarti aku membvnuh seorang mukmin kerana seorang kafir sehingga aku menjadi penghuni neraka."

   Akan tetapi, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

  "Bahkan kita akan bertindak lemah lembut dan berlaku baik kepadanya selama dia masih tinggal bersama kita."

   Justru setelah itu, sempitlah ruang gerak Abdullah bin Ubay. Setiap kali ia mengemukakan pendapat, seketika itu pula kaumnya menentang dan mengencamnya.

   Melihat keadaan itu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya sambil tersenyum kepada Umar bin Khattab Radhiallahu 'Anhu,

   "Bagaimana pandanganmu sekarang, Wahai Umar? Demi Allah, seandainya engkau membunuhnya pada hari kau katakan kepadaku, 'Bvnuhlah dia' niscaya orang-orang akan ribut. Namun, seandainya aku perintahkan kamu untuk membunuhnya sekarang, apakah kamu akan membunuhnya juga?"

   Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, bertanya demikian kerana saat itu lidah bercabang Abdullah bin Ubay sudah habis kekuatannya. Tidak usah dibvnuh pun ia sudah sama sekali tidak berdaya.

   Umar Bin Khattab Radhiallahu 'Anhu pun mengakui pandangan jauh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

   "Demi Allah, aku telah mengetahui bahwa keputusan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam lebih besar berkahnya daripada pendapatku."

   Bunda Aisyah Radhiallahu 'Anha Kehilangan Kalung

   Dalam perjalanan pulang ke Madinah setelah melawan Bani Musthaliq inilah, terjadi suatu peristiwa yang mengganggu ketentraman hati Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Kejadian ini mengenai Istri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang ikut dalam peperangan kali ini, yaitu Aisyah Radhiallahu 'Anha.

   Penuturan Aisyah Radhiallahu 'Anha berkaitan kejadian ini,

     "Setelah selesai peperangan, 
Rasulullah  Shallallahu 'Alaihi Wasallam, bergegas pulang dan memerintahkan orang-orang agar segera berangkat pada malam hari. Pada saat semua orang sedang berkemas-kemas hendak berangkat aku keluar untuk membuang hajat, kemudian aku kembali hendak bergabung dengan rombongan. Pada saat itu kuraba-raba kalung di leher ku, ternyata sudah tak ada lagi. Kemudian aku kembali lagi ke tempat aku mahu buang hajat tadi, untuk mencari-cari kalung hingga dapat ku temukan".

   "Pada saat aku sedang mencari-cari kalung, datanglah orang-orang yang bertugas melayani unta tungganganku. Mereka sudah siap segala-galanya, mereka menduga aku telah berada di dalam 'haudaj' (rumah kecil yang terpasang di punggung unta), sebagaimana dalam perjalanan".

   "Oleh sebab itu haudaj mereka angkat, kemudian diikatkan pada punggung unta. Mereka sama sekali tidak menduga bahwa aku tidak berada di dalam haudaj, kerana itu mereka segera memegang tali kekang lalu mulai berangkat!

   "Ketika aku kembali ke tempat perkemahan tidak ku jumpai seorang pun yang masih tinggal. Semua telah berangkat".

   "Dengan berselimutkan jilbab Aku berbaring di tempat itu. Aku berfikir pada saat mereka mencari-cari aku tentu mereka akan kembali ke tempatku".

   "Demi Allah pada saat aku sedang berbaring tiba-tiba Shafwan bin Mu'atthal lewat. Agaknya ia bertugas di belakang pasukan. Dari kejauhan, ia melihat bayang-bayangku. Ia mendekat lalu berdiri di depanku. Ia sudah melihat dan mengenalku sebelum kaum wanita dikenakan wajib berhijab. Ketika melihatku, Ia berucap",

   "Innalillahi wa innailaihi raajiun! Istri Rasulullah?" Aku pun terbangun oleh ucapannya itu. Aku tetap menutup diriku dengan jilbabku.

   "Demi Allah, saya tidak mengucapkan satu kalimat pun dan aku tidak mendengar ucapan dari nya kecuali ucapan 'Innalillahi wa innailaihi raajiun' itu. Kemudian dia merendahkan untanya lalu aku menaiki unta itu ia berangkat menuntun unta kendaraan yang aku naiki sampai kami tiba di Nahri Adh Dhahirah tempat pasukan turun beristirahat." 

   "Di sinilah mulai tersiar fitnah tentang diriku. Fitnah ini bersumber dari mulut Abdullah bin Ubay bin Salul."

    Bunda Aisyah Radhiallahu 'Anha Jatuh Sakit

    "Lihat Mengapa Istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berjalan bersama orang yang bukan muhrimnya?" seru Abdullah bin Ubay. Mungkinkah mereka ternyata saling menyukai?"

    Beberapa orang Muslim termakan oleh hasutan ini sehingga berita bohong itu tersiar dengan cepat. Kali ini, bukan saja oleh Abdullah bin Ubay, tetapi juga diperkuat oleh orang-orang lain. Aisyah Radhiallahu 'Anha sendiri tidak mengetahui adanya berita bohong itu kerana beliau jatuh sakit begitu tiba di Madinah.

     Aisyah Radhiallahu 'Anha menuturkan,

   "Setibanya di Madinah, kesehatanku terganggu selama sebulan. Saat itu rupanya orang-orang sudah banyak mendesas-desuskan berita bohong itu, sedangkan aku belum mendengar sesuatu mengenainya. Hanya saja, aku tidak melihat kelembutan dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.  Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang biasa ku rasakan ketika aku sakit. Beliau Rasulullahﷺ hanya masuk lalu mengucapkan salam dan bertanya",

     "Bagaimana keadaanmu?"

    "Setelah agak sehat, aku keluar pada suatu malam bersama Ummy Masthah untuk membuang hajat. Waktu itu kami belum membuat tandas (toilet). Pada saat kami pulang tiba-tiba kaki Ummu Masthah terantuk hingga kesakitan dan terlontar ucapan dari mulutnya, "Celaka si Masthah!"

    "Ia pun ku tegur",

"Alangkah buruknya ucapanmu itu mengenai seseorang dari kaum Muhajirin yang turut serta dalam Perang Badar!"

   Ummu Masthah bertanya,

    "Apakah anda tidak mendengar apa yang dikatakannya?"

   "Ia kemudian menceritakan kepadaku berita bohong yang tersiar sehingga sakitku bertambah parah...."

    "Malam itu aku menangis hingga pagi. Air mataku terus menetes dan aku tak dapat tidur".

     Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, meminta pendapat para Sahabatnya tentang Aisyah Radhiallahu 'Anha 

    "Wahai Rasulullah, Para Istrimu adalah keluargamu kami tidak mengetahui tentang mereka kecuali kebaikan," jawab para Sahabat.

    Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, memanggil Barirah pelayan perempuan Bunda Aisyah Radhiallahu 'AnhaRasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya,

   "Apakah kamu melihat sesuatu yang mencurigakan dari Aisyah?"

    Barirah berkata, bahwa ia tidak mengetahui Aisyah Radhiallahu 'Anha kecuali bahwa Aisyah Radhiallahu 'Anha adalah orang yang sangat baik, akhirnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, berdiri di atas mimbar[HSZ]

Shallu 'alan Nabi...

💐Bersambung ... Semoga Kita Mendapat Barokah Allah 'Azza Wa Jalla.

آمينَ يا رَبَّ الْعلَمِيْنَ ..بَارَكَ اللهُ فِيْك

Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya,

Anda boleh baca disini ; The Story of The Prophet Muhammad SAW

Editor ; Helmy Network
Ilustrasi Image, Doc, Helmy Network

   VIDEO;


No comments