Sinéad O'Connor@Shuhada’ Sadaqat Penyanyi "Nothing Compares 2 U" dengan bakat muzik luar biasa
Sinéad O'Connor@Shuhada’ Sadaqat Penyanyi "Nothing Compares 2 U" dengan bakat muzik luar biasa
Bertahun-tahun menderita kemurungan dan masalah mental akhirnya dia tewas juga dalam usianya 56 tahun. Kematian ini selepas 18 bulan pemergian anak lelakinya yang berusia 17 tahun.
Orang lama macam saya mesti terkenang insan ini yang akhirnya memilih memeluk Islam daripada nama asalnya Sinéad O’Connor menjadi Shuhada’ Sadaqat.
Bintang Irish Grammy ini popular dengan lagunya "Nothing Compares 2 U".
Beberapa hari ini di media sosial kita ditunjukkan dengan photo dan video almarhumah semasa belum kembali kepada fitrahnya. Aksi s3ksinya sebelum Islam disebar merata-rata.
Aduhai, sakit mata memandang. Ada banyak photonya yang sopan, kenapa pilih gambar s3ksinya?
Sebenarnya bagi kita, kalau pun tidak menghormati Almarhumah, tolonglah hormati Islam yang telah membawa pengakhirannya sebagai seorang Muslimah.
Bayangkan jika ini berlaku kepada Emak, Kakak, Adik-beradik dan diri kita sendiri nanti. Begitulah, kalau kita tak membantu memelihara aurat saudara kita. Siapa lagi?
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala, memeliharamu Almarhumah Shuhada’ Sadaqat dan ditempatkan roh kamu dalam kalangan mereka yang beriman dan beramal soleh. Aamiin Ya, Rabbal 'Alamin. [Via, Sri Diah Shaharuddin]
FORTUNA MEDIA - KUALA LUMPUR - Sinéad O'Connor meninggal dunia pada usia 56 tahun di kediamannya di London, England (UK). Jenazahnya ditemukan Polis pada Rabu (26/07/23).
Semasa hidup, perempuan tersebut menganggap muzik sebagai terapi untuk melepaskan diri dari masa kecilnya yang bergejolak.
Sifat pemberontaknya didorong oleh kebencian atas pelecehan yang dia alami ketika masih kanak-kanak, serta pengalamannya di sebuah panti asuhan (orphanage/rumah anak-yatim) di Dublin, Ireland.
Muziklah yang menyelamatkannya, mengungkap bakat kreatif yang membawanya menjadi bintang muzik dunia, juga seorang pemberontak kontroversi yang tidak tertarik dengan pencitraan ala bintang pop.
Sinéad Marie Bernadette O'Connor lahir pada 8 Disember 1966 di kawasan mewah Glenageary di pinggiran Dublin, Ireland.
Dia adalah anak ketiga dari lima bersaudara yang lahir dari pasangan Sean O’Connor dan Marie. Pasangan itu menikah muda dan hubungan mereka yang bergejolak berakhir ketika O’Connor berusia delapan tahun.
Saudara lelakinya, Joseph, menggambarkan Ibu mereka sebagai orang yang sangat tidak bahagia dan 'rentan' (prone to) melakukan kekerasan fisik serta emosional kepada anak-anaknya.
Sinéad O’Connor kemudian pindah dan tinggal bersama Ayahnya, tetapi dia sering membolos dan mengutil (shoplifting).
Akhirnya, dia ditempatkan di Pusat Pelatihan An-Grianan di Dublin, Ireland. Dulunya merupakan salah satu bagian dari Institusi Magdalene Laundries, yang didirikan untuk memenjarakan gadis-gadis muda yang dianggap tidak bermoral.
Salah satu biarawati menyadari bahwa satu-satunya cara untuk mengendalikan si remaja pemberontak ini adalah dengan membelikannya gitar dan mempertemukannya dengan seorang guru muzik. Begitulah dia diselamatkan.
Seorang sukarelawan di institusi itu juga memiliki saudara lelaki yang merupakan personel band Ireland, 'In Tua Nua'.
Sinéad O’Connor pernah merakam lagu bersama band itu, namun mereka merasa bahwa dia masih terlalu muda untuk menjadi personel tetap.
Pujian untuk IRA yang kontroversi
Ketika berusia 16 tahun, Ayahnya memindahkan Sinéad O’Connor ke sekolah asrama di Waterford.
Seorang guru di asrama itu mengenali bakatnya dan membantunya membuat demo rakaman yang menampilkan dua komposisi karyanya sendiri.
Produser sekaligus komposer, 'Colm Farrelly' merasa mereka cocok untuk dipadukan dengan musician (ahli muzik) lainnya dan membentuk band 'Ton Ton Macoute'.
Langkah itu berhasil. Ketika mereka pindah ke Dublin, Sinéad O’Connor memutuskan berhenti sekolah.
Dia kemudian pindah ke London, England dan bertemu dengan manajer yang pernah bekerja untuk U2, 'Fachtna Ó Ceallaigh'.
Selain membimbing Sinéad O’Connor secara muzikal, Fachtna Ó Ceallaigh mempengaruhi pandangan politiknya.
Sinéad O’Connor membuat gempar ketika dia memuji Tentara Republik Ireland Sementara (IRA) – kelompok paramiliter yang memperjuangkan kemerdekaan Ireland dari United Kingdom — meskipun dia kemudian meminta maaf atas pernyataan tersebut.
Karakternya sebagai pemberontak membuat Sinéad O’Connor juga menolak mentah-mentah upaya perusahaan rakaman untuk mengubah penampilan punk-nya menjadi lebih feminin.
"Yang mereka gambarkan sebenarnya adalah para simpanan mereka. Saya menyampaikan itu kepada mereka dan mereka tidak terima,” kata Sinéad O’Connor kepada Daily Telegraph.
Tangisan di video
Dia juga berselisih dengan produser yang didatangkan untuk mengkonsepkan album pertamanya. Setelah berulang kali membujuk, perusahaan rakaman akhirnya mengizinkan Sinéad O’Connor memproduksi album pertamanya sendiri
Saat itu, dia hamil tujuh bulan bersama drummer-nya, 'John Reynolds', yang kemudian dia nikahi.
Album 'The Lion and The Cobra' yang dirilis pada 1987 sukses besar. Album itu menampilkan suara khas Sinéad O’Connor, harmoni overdub dan latar belakang atmosfer yang berpadu dengan suaranya.
Dia masuk nominasi Grammy dalam kategori vokal rock perempuan terbaik.
Salah satu lagunya, 'Mandinka', sukses di USA dan dia bawakan di penampilan pertamanya di acara televisyen Amerika Syarikat, "Late Night with David Letterman".
Kesuksesannya berlanjut pada album berikutnya, "I Do Not Want What I Haven’t Got" yang memenangkan Grammy. Di dalam album itu terdapat lagu tersuksesnya, sebuah cover dari lagu Prince, "Nothing Compares 2 U".
Lagu itu mencapai puncak tangga lagu di England, Ireland dan USA, berkat video yang banyak menampilkan wajahnya dari dekat saat dia bernyanyi.
Dia menangis sepanjang pembuatan video itu. Sinéad O'Connor mengaku kesulitan menyanyikan lagu tersebut kerana mengingatkannya pada Ibunya yang meninggal akibat kecelakaan mobil pada 1985.
Mengkritik Paus
Tetapi dia tak pernah jauh dari kontroversi. Dia menolak tampil di sebuah lokasi konsert di New Jersey, USA, kecuali jika tempat itu bersedia membatalkan rutin memutar lagu kebangsaan Amerika Syarikat sebelum dia tampil.
Pengelola tempat itu menyetujui syarat itu, tetapi ini membuat lagu-lagunya diboikot oleh sejumlah stesen radio di AS.
Satu bulan setelah release "I’m Not Your Girl", album kumpulan jazz standar, Sinéad O’Connor membawakan versi Bob Marley’s War di program 'Saturday Night Live NBC', mengganti beberapa kata di liriknya sebagai bentuk protes terhadap kes pelecehan s3ksual anak-anak di Gereja Katolik.
Yang membuat para produser khawatir, dia mengangkat photo Paus Yohanes Paulus II ke arah kamera dan merobeknya.
#NBC menerima lebih dari 4.000 komplain dari para pemirsanya, dan banyak orang menghancurkan kaset dari album-album Sinéad O'Connor.
Pada penampilan langsung berikutnya, dia dicemooh oleh penonton sehingga tidak bisa tampil.
Pada akhir tahun 1992, Sinéad O’Connor pun kembali menetap di Dublin, Ireland.
Album keempatnya, "Universal Mother", yang menampilkan kontribusi penulisan dari Germaine Greer dan Kurt Cobain, gagal mencapai kesuksesan seperti karya-karya sebelumnya. Ini menjadi album studio terakhirnya dalam enam tahun.
Ditahbiskan (ordained) sebagai paderi/pastor gereja
Setelah bercerai dari Suaminya, dia merasa terjebak dalam pertarungan hak asuh yang panjang dengan jurnalis John Waters, yang merupakan Ayah dari anak keduanya bernama Roisin. Hal itu membuatnya stres hingga mencoba bunuh diri pada tahun 1999.
Dalam salah satu titik balik yang aneh dalam hidupnya, dia ditahbiskan sebagai paderi di Gereja Latin Tridentine, sebuah gereja Katolik independen, yang tidak bersekutu dengan Vatican, Rome, Italy.
Terlepas dari penghinaannya terhadap hierarki gereja, Sinéad O’Connor selalu menyatakan bahwa dia menerapkan ajaran Kristian dan seorang Katolik yang taat.
Pada tahun 2000, dia kembali ke studio dan menciptakan album "Faith and Courage". Sebagian besar lagunya dia tulis sendiri, namun album itu gagal masuk ke tangga-tangga lagu, kecuali di Australia.
Dia sempat menikah dalam waktu yang singkat dengan jurnalis Nick Summerland, sebelum dia memiliki anak ketiga, 'Shane', dengan musician Donal Lunny.
Album "Sean-Nos Nua" yang dirilis pada 2022 menampilkan lagu-lagu tradisional Ireland yang dibuat ulang. Setahun kemudian, dia meluncurkan kompilasi lagu yang belum pernah dia rilis sebelumnya, dan mengumumkan untuk berehat dari muzik.
Dia menderita masalah kesihatan mental dan fisik. Sinéad O’Connor didiagnosis mengalami 'bipolar', juga harus menghadapi rasa sakit akibat mengidap 'fibromyalgia'.
Pengalamannya saat di Jamaica, Amerika Selatan menghasilkan album studio ketujuhnya, "Throw Down Your Arms", yang berisi lagu-lagu cover bernuansa reggae dan mendapat ulasan positif.
Dia melahirkan anak keempatnya, Yeshua Francis Bonadio pada tahun 2006 bersama pasangannya saat itu, Frank Bonadio.
Pada tahun berikutnya, dia merilis album lainnya, "Theology". Namun album ini gagal menembus tangga lagu.
Menjadi mualaf
Pada 2018, penyanyi yang terkenal oleh lagu "Nothing Compares 2 U" itu mengatakan bahwa dia telah menjadi mualaf dan mengubah namanya menjadi Shuhada’ Sadaqat.
Dalam sebuah unggahan di Twitter, dia menyampaikan ucapan terima kasih kepada sesama Muslim atas dukungan mereka.
Dia mengatakan bahwa keputusannya pindah agama adalah 'ujung alamiah dari perjalanan theologi cerdas manapun,' dan mengunggah video dirinya melantunkan azan.
Imam Ireland, Syaikh Umar al-Qadri mengunggah video Sinéad O'Connor saat mengucapkan kalimat syahadat.
Perselisihan dengan Miley Cyrus
Pernikahan ketiga O’Connor dengan seorang teman lamanya, Steve Cooney, pada 2010 bertahan kurang dari setahun.
Dia kembali bermuzik dengan merilis 'How About I Be Me' (and You Be You) pada 2012, yang mencapai peringkat lima di tangga lagu Ireland dan peringkat 33 di England.
Dia sempat bertikai dengan penyanyi Miley Cyrus pada 2003, setelah Sinéad O’Connor mempublikasikan surat di sitesnya, mengkritik Cyrus kerana videonya yang sarat s3ksual. Miley Cyrus menanggapi kritik itu dengan menyebut Sinéad O’Connor “gila”.
Sinéad O'Connor membuktikan bahwa dia masih mampu bermuzik dengan merilis album berjudul I’m Not Bossy, I’m the Boss pada 2014.
Sampul album itu menampilkan Sinéad O’Connor mengenakan wig dan gaun hitam sambil memeluk gitar.
Namun kesihatan mentalnya belum stabil. Pada November 2015, setelah pulih dari 'histerektomi', dia mengunggah pesan di Facebook yang menyatakan bahwa dia sedang berada di sebuah hotel di Ireland dan berfikir untuk bunuh diri. Dia ditemukan dalam kondisi selamat dan sihat, lalu mendapat perawatan medis.
Sinéad O’Connor masuk Islam pada tahun 2018 dan mengubah namanya menjadi Shuhada’ Sadaqat, meski tetap tampil dengan nama lahirnya.
Dia mengeluarkan memoir, "Rememberings", pada Jun 2021 dan telah muncul dalam beberapa wawancara media untuk mempromosikan memoir itu.
Penyanyi itu mengatakan bahwa dia “sangat terpancing” oleh wawancara di program Woman’s Hour BBC Radio-4 mengenai perjuangannya menghadapi masalah kesihatan mental dan peliputan media terkait hal itu.
Trauma lainnya muncul pada Januari 2022, ketika puteranya yang berusia 17 tahun, Shane, bvnuh diri.
Sinéad O’Connor mengunggah serangkaian cuitan yang mengkhawatirkan setelah kematian puteranya, yang menunjukkan bahwa dia sedang mempertimbangkan untuk bunuh diri dan memberi tahu para pengikutnya bahwa dia telah dilarikan ke hospital.
Sinéad O'Connor memiliki bakat yang melampaui usianya dan memanfaatkan muzik sebagai sarana untuk menghadapi bisikan jahat di dalam dirinya.
Dia adalah sosok yang kontradiktif dalam banyak hal, selalu menolak mengikuti garis kemapanan, yang membuatnya tidak mendapatkan kesuksesan sebesar yang patut dia terima.
Namun, Sinéad O’Connor tidak menyesali pilihan hidupnya.
“Saya selalu mengatakan, kalau kamu hidup bersama iblis, maka kamu akan tahu bahwa Tuhan juga ada.” [HSZ]
Sumber: bbc.com/indonesia
Editor ; Helmy Network
featured, Entertainment, Music,
twitter.com/romymantovani
facebook.com/romyschneider
linkedin.com/in/RyanSchneider
pinterest.com/helmynetwork
No comments
Post a Comment