KISAH SUFI, SANG KYAI [33]
KISAH SUFI, SANG KYAI [33]
- Pada siri ke-32. Perjalanan pengembaraan hidup Sang Kyai kini semakin warna-warni, Dimana kini Sang Kyai sudah bekerja di Negara Arab Saudi. Namun, anehnya kemana saja Sang Kyai pergi, mesti berjumpa dengan situasi dan kondisi yang berunsur mistik dan misteri. Begitulah juga saat kini Sang Kyai sudah berada di Negara Arab Saudi.
- Mari Sahabat FORTUNA MEDIA dan pembaca setia website ini yang senantiasa mengikuti kisah Sang Kyai Ini. Untuk mengikuti seterusnya kisah menarik Sang Kyai selama berada di Arab Saudi. InsyaAllah.
Di tempat tinggal pabrik ada terbagi menjadi blok A, B, C, D, misal A ada dalam kelompok rumah manager, B kelompok rumah mandor dan insinyur/enginer, C barak , D juga barak. Dan misal D1, ada 60 kamar, Blok D saja sampai ada beberapa nombor, jadi untuk hafal daerah-daerah itu harus diingat-ingat, agar tak salah, Aku mencari kamar Mas Sarno di barak yang ditempati kebanyakan orang Filipino, memang setiap barak biasanya ditempati kelompok negara tertentu. Ada yang kebanyakan ditempati orang Filipino. Ada yang kebanyakan ditempati orang Pakistan, India, Arab, Sudan, Yaman, Bangladesh, Maroko. Jadi kebanyakan membuat komuniti tempat tinggal. Dan Indonesia yang belum punya komuniti, sehingga orangnya masih terpisah-pisah tempat tinggalnya.
Maklum masih baru, Aku hairan juga sebab bahasa Arab yang ku dengar sama sekali bukan bahasa Arab yang Aku ketahui di pesantren. Tetapi bahasa Arab pasaran, kseperti orang luar yang belajar bahasa Indonesia, ‘kamu sedang apa?’ Lalu datang ke Indonesia ditanyai ‘lu ngapain?’, Jadi bingung kerana tak ada di kata yang selama ini dipelajari, kalau bahasa Arab, 'khoir jadi khois', "khaifa haluka" jadi 'kaif hal', Jadi harus belajar dan tahu kata seperti orang yang belajar pertama bahasa Arab, Aku malah lebih cocok kalau bicara dengan bukan orang Arab tapi memakai bahasa baku, atau bahasa Al-qur’an. Misal dengan orang Mesir, Maroko, atau Yaman, yang orangnya memakai kata baku, atau kata lebih asli. Jadi Aku cukup mengucapkan kata dari bahasa kitab kuning yang selama ini Aku pelajari.
Sebab kalau orang Arab asli, malah bahasanya yang tak karu-karuan, kerana orang Arab sendiri yang oleh pemerintah, semua orang miskin memperoleh jatah bantuan bulanan oleh pemerintah. Menjadikan orang Arab malas sekolah, sampai-sampai menulis nama sendiri kebanyakan tak bisa kerana buta huruf, yang buta huruf amat menyeluruh dari yang tua sampai yang muda.
Ironis memang ketika Raja sangat kasih sayang pada rakyatnya, korupsi tidak ada, sekolah semua gratis. Orang miskin mendapat jatah bulanan. Dan bahkan orang mahu nikah pemerintah berapa tahun sekali membagikan wang, menjadikan orang malas sekolah, lha, miskin saja mendapat jatah bantuan. Untuk apa sekolah, biasanya orang sekolah kan punya alasan atau tujuan, agar mudah mendapat kerja, atau agar mudah mencari kehidupan. Tetapi kalau sudah kehidupan mudah, dan bukankah akan membuat orang malas. Untuk apa susah-susah menjadi pintar, kalau bodoh, miskin, juga sudah bisa hidup berlebih kerana ada jatah dari pemerintah Maka jadinya negaranya jadi negara bodoh.
Memang kadang seperti di Indonesia misal negara bisa memberi jatah kehidupan layak, orang miskin mendapat jatah tiap bulan dari pemerintah, belum tentu akan baik kedepannya, kerana orang jadi malas mengejar cita-cita. Orang jadi lebih memilih hidup ongkang-ongkang kaki, wong tidur tiap hari juga sudah dapat jatah dari pemerintah. Jadi kadang yang kelihatannya baik, belum tentu baik, jika dipraktekkan akan menjadi baik pada akhirnya.
Juga orang Arab itu kebanyakan bisa membaca Al-Qur’an bukan kerana belajar membaca, Tetapi dari kaset yang diputar berulang-ulang. Sehingga lama-lama mendengar beberapa kali maka akan hafal, soal tajwid atau tanda baca ya asal-asalan. Namanya juga hafalan kerana mendengar dari kaset. Makanya jarang yang menjadi Imam Masjidil Haram itu orang Arab asli, kebanyakan dari Mesir, lulusan University Al Azhar, atau dari Pakistan, dan tak sedikit juga yang dari Indonesia, yang seumur-umur menjadi Imam Masjidil Haram, seperti Syeikh Sambas, Syeikh Karim, Syeikh Nawawi, yang selama hidupnya menjadi Imam Masjidil Haram.
Kalau yang Imamnya orang Arab kebanyakan bacaannya acak-acakan, Ya, maklum hafalan Al-qur’annya bukan dari belajar tapi dari mendengar kaset diputar. Sehingga kalau lupa ya tidak bisa melanjutkan. Arab itu bagusnya mungkin kalau jama’ah sholat lima waktu, diwajibkan, sehingga saat waktu sholat berjama’ah, ada polis yang patroli di jalan-jalan. Jika ada orang pas waktu sholat jama’ah, kok terlihat berkeliaran di jalan, lalu ditanya polis. Ternyata agamanya Islam. Maka akan ditangkap, dibawa ke balai polis, seperti naik motor tak pakai helmet. Jadi ada razia polis sholat berjama’ah.
Tapi ada juga jadinya menjadi kekurangan, orang sholat jadinya kerana takut kena tangkap. Makanya kalau sholatnya jadi asal-asalan. Misalnya, kalau lagi sholat suka malah sibuk sendiri mengorek-ngoreng di hidung. Maklum di Arab kan berdebu. Jangankan upil/korek hidung, telinga saja kalau tak sering dibersihkan akan jadi budeg/pekak kerana banyak debu yang masuk ke telinga.
Jadi orang sholat pada sibuk mencongkeli upil itu amat biasa, atau bawa phone, kalau phonenya bunyi ,ya sempat-sempatnya phone diangkat. Kalau sholat di samping orang Arab jadi was-was, takutnya upilnya di oleskan ke kita, hehehe…😂
Kelebihan orang Arab lagi, suka bicara kayak perempuan, "ngrumpi" tidak ada ujung pangkalnya, soalnya kan orang lelaki yang belanja, orang perempuan ngendon/duduk saja di rumah, karena yang tukang belanja, ya tak hairan juga, jadinya suka ngerumpi (sembang kencang)
Setelah mencari kesana-kesini ketemu juga kamar Mas Sarno, Aku ketuk dan dia membukakan, Mas Sarno di Arab mungkin sudah 16 tahunan. Di pabrik ini, tiap tahun karyawan naik gajinya, kalau gajinya sudah 16 tahun bisa dibayangkan berapa ribu dalam riyal Arab. Dan otomatik kalau sudah lama gajinya mungkin di Indonesia sama dengan gaji wakil rakyat, Ya akibatnya kalau sudah lama bekerja di Arab, akan sangat berat meninggalkan Arab, kerana gaji sudah besar. dan kalau di Indonesia juga mendapat gaji segitu juga belum tentu bisa, ujung-ujungnya di Arab sampai tua. Jika izin tinggal habis ya, memperbaharuinya.
Semua barak, kamarnya sama, tempat tidur, dan kamar mandi ada di dalam,
“Ayo-ayo, silahkan duduk,” kata mas Sarno sambil menuangkan minuman jus buah.
Di Pabrik semen yang ku tempati itu, semua kebun ada, dari kebun pisang, jeruk/limau, jambu, mangga, dan buahnya juga lebat, kerana ada bagian perkebunan yang merawat. Sebenarnya Negeri Arab itu kalau penduduknya tak malas dan mahu mengolah tanahnya, tanahnya juga tak tandus amat, Malah tak ada kisahnya kalau Arab itu padang pasir, Aku malah berfikiran kalau Arab jarang ada pohon dan tandus itu bukan kerana asli tandus,. Tetapi karena penduduk miskin yang miskin sekalipun mendapat jatah dari pemerintah. Maka untuk merawat tanah jadi malas, Ya jadinya tanah jadi tandus, kerana tak ada tumbuhan yang di tanam, hujan sekalipun tak ada serapan air, kerana tidak ada pepohonan.
Di manapun jika kita membawa kebeningan hati. Maka orang lain akan merasa nyaman dan tenang di samping kita, kecuali orang yang takut bayangan buruknya terlihat di kebeningan air yang tenang.
Hati dan kebeningannya itu bisa melihat segala sesuatu dengan jelas. Sejelas orang yang berkaca di air yang jernih, dan air hati yang jernih itu akan dikeruhkan oleh kemauan-kemauan yang berlapis-lapis, keinginan yang bertumpuk-tumpuk, seperti kopi, jahe/halia, teh, bakso, santan, itu seperti keinginan baik, yang dimasukkan ke air yang jernih, dan oli, tinta, comberan, dan segala kekotoran, yang dicampurkan ke air jernih itu seperti air yang kotor.
Kesederhanaan cara pandang itulah yang selalu ku pakai di manapun Aku berada, dan berusaha ku lekatkan setiap gerak-gerik.
Tapi ada yang kadangkala di luar perhitunganku yang amat dangkal. Kadangkala kerana suatu kejadian membuat anugerah yang diberikan Allah Ta'ala padaku tercabut. Juga kadangkala yang telah jelas kita ikhlaskan melakukan, Tetapi dijadikan orang lain mengambil kesempatan, untuk mengambil keuntungan kesenangan nafsunya. Sehingga tak jarang membuatku yang berusaha mengalir seperti air jernih, malah masuk dalam ruang lingkup air comberan/longkang/parit, Dan suatu nilai air jernih yang bermanfaat pun hilang, itu menjadikanku semakin berhati-hati melangkah. Segala sesuatu kadang harus matang dipertimbangkan, sebab yang menurut kita baik, belum tentu akan baik kita terapkan kepada orang lain.
Golok yang mungkin bagi kita sangat berguna untuk memotong kambing, Tetapi ternyata dipegang orang lain malah dipakai memotong leher manusia.
Jadi tak cukup kita punya niat berbuat baik, sebab baik menurut kita, belum tentu akan baik bagi orang lain, setiap hati itu beda, dan hati yang kadang telah pernah dijadikan perang, ditanami ranjau, dipagar kawat berduri, dan banyak ditumbuhi pohon beracun. Maka akan mengalirkan perbuatan dan ucapan keji. Juga niat keji yang tak segan-segan dibungkus dengan tingkah yang baik.
Tetapi di dalam pepatah Jawa ada istilah: "becik ketitik olo ketoro", (perbuatan baik akan tertandai, dan perbuatan buruk akan terlihat walau disembunyikan).
"Wamaiya’mal mitsqola dzarrotin khaira yarah, Wamaiya’mal mitsqola dzarrotin sarraiyyarah".
"Siapa yang melakukan perbuatan baik, walau seberat semut. Maka Allah akan melihatnya, Dan barang siapa berbuat keburukan seberat semut pun. Maka Allah akan melihatnya".
Berbuat baik tidk usah takut tak akan terbalas. Hanya keikhlasan kita yang menentukan kita ini menjalankan segala gerak tanpa beban, tenang dengan segala tindakan, kerana tak punya maksud tersembunyi.
Semua berlaku dengan kewajaran, dan keikhlasan itu harus teruji dan diuji. Agar diketahui suatu perbuatan itu ada nilai dan tidaknya jelas terlihat.
“Ada apa toh Mas…? Mau share masalah apa?” tanyaku,
“Ini masalah Istriku di rumah Mas…” kata mas Sarno.
“Memangnya Istrinya kenapa Mas?” tanyaku.
“Tidak tahu Mas, Aku ini kan sudah lama toh di Arab Saudi, Setiap setahun juga pulang, lha, orang lelaki pulang kan tentunya yang paling utama kan urusan kasur sama Istri.” jelas mas Sarno.
“Apa istrinya di rumah jualan kasur Mas?” tanyaku setengah melucu.
“Halah, masak tidak tahu..”
“Iya… iya tahu.”
“Terus masalahnya apa Mas?” tanyaku
“Ini masalahnya Istriku ndak bisa ku gauli.”
kata Sarno.
“Wah, kayak Istri dari bangsa lelembut saja tidak
bisa dipergauli. Apa Istrinya lari kalau mahu diajak
kumpul?” gurauku.
“Bukan, tapi…..( Sarno membisikiku: pakai
password )”
“Ooo itu…, ” kataku faham.
“Apa itu dibikin orang? Soalnya sebelum nikah
sama diriku, dia juga sudah punya pacar, juga
aku sendiri juga sudah pernah punya Istri.” jelas
Sarno.
“Bisa jadi, dikerjai orang, tapi bisa jadi mungkin
punya penyakit tertentu, baiknya kita
mengedepankan berbaik sangka.”
“Terus bagaimana? Bisa dibantu tidak?” tanya
Sarno menatapku dengan tatapan harap.
“InsyaAllah bisa, dengan izin Allah tak ada yang
tak bisa.” kataku meyakinkannya.
“Terus apa yang aku lanjutkan Mas?” tanya
Sarno,
“Bisa tidak Istrinya diminta menyediakan air?
Nanti malam atau kapan bisa sedia airnya, nanti
ku transfer obatnya.”
“Oo kalau begitu biar ku hubungi dulu.” kata Sarno.
Sarno berbicara dengan Istrinya, Aku santai
memakan cemilan kripik kentang yang ada di atas
meja. Sampai Sarno selesai bicara dengan Istrinya.
“Bagaimana Mas?” tanyaku kepada Sarno yang
sudah selesai bicara dengan Istrinya.
“Wah, di sana sedang diobati orang.” jelas Sarno.
“Oohh ya, kalau begitu biar diobati sama orang itu
dulu.”
Pulang dari kamar Sarno, Aku mampir ke kamar-kamar orang-orang yang sudah lebih dulu tinggal
di Arab Saudi. Rupanya kebanyakan adalah orang
tetangga Desaku. Sehingga kami lebih mudah
akrab, kerana sama-sama merasa senasib di Negeri orang. [HSZ]
To be Continued.....
Untuk Anda yang belum baca siri ini yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; KISAH SUFI, SANG KYAI
Ilustrasi Image; Doc, Fortuna Media
#indonesia, #misterinusantara, #KisahKyaiLentik #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai,
No comments
Post a Comment