KISAH SUFI, SANG KYAI [23]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="KISAH SUFI, SANG KYAI [23]">
Image by 
heroes-of-camelot.wikia.com

KISAH SUFI, SANG KYAI [23]

  • Pada siri ke-22 dalam perjalanan hidup Sang Kyai. Akhirnya beliau telah dinikahkan dengan Adik Pak Abdullah, bernama Husna.
  • Menurut catatan Sang Kyai, "Setidaknya, Aku telah menyelesaikan mengarahkan Husna dalam satu langkah. Sementara hariannya Aku mulai menjadi Imam Masjid, dan mengisi pengajian waktu Subuh. Sementara itu hidupku amat santai, dan semua lancar-lancar saja".
"DITAKLUKI SEMUA JIN PENGUASA  DAERAH PEKALONGAN".
 
FORTUNA MEDIA - Taqdir itu adalah ketentuan Allah Azza Wajalla, telah digariskan dan tak siapa mampu mengelak, dan siapa saja tak tahu taqdirnya, bahkan jika ditaqdirkan buruk, tak ada yang tahu. Tetapi perlu diingat taqdir itu Allah Ta'ala yang membuat. Maka Allah juga yang mampu merubah. Kita manusia jika tidak menyandarkan diri pada Allah, bagaimana jika kita ternyata ditaqdirkan buruk. Maka do’a kita, permintaan kita supaya Allah Ta'ala menjadikan yang buruk menjadi baik.

Do’a itu pedangnya kaum Muslimin, 'Addu’a’u Syaiful Muslimin'. Coba kita bayangkan pedang yang belum jadi, pedang itu kalau ingin dijadikan pedang. Maka dipilih besi yang unggul, kualiti terbaik. Lalu besi dibakar agar mudah dibentuk, dipukuli sampai besi menjadi bentuk yang diinginkan. Jika besi itu tak dibakar tentu akan susah dibentuk. Dan jika sudah dibentuk maka 
diasah berulang-ulang, agar besi menjadi pedang yang bila dipakai memotong apapun akan dengan mudah terpotong.

Antara kita yang pedang sendiri, dengan kita memegang pedang tentu beda, manusia yang telah menjadi pedang. Maka pandangan matanya adalah pedang, hatinya pedang, tangannya pedang dan kehendaknya adalah pedang. Kita ini pedang. Kitalah yang akan dipakai berdo’a, bukan orang yang membaca do’a, “Berdo’alah pada-KU”, kata perintah berdo’a dan do’a seperti satu kesatuan yang tak terpisah. Jadi kita inilah yang seharusnya dibentuk menjadi do’a yang tajam. Nafsu kita dibakar. Nafsu keinginan yang menyala-nyala pada apa yang kita inginkan. Itu dibakar. Agar keinginan hati itu bisa diarahkan pada yang bukan keinginan nafsu.
Kita bakar dengan lelaku. Kita tempa dengan ibadah tiada henti. Agar kepribadian yang terarah pada kehendak Sang Khaliq itu terwujud pada segala gerak dan tingkah laku. Sehingga orang telah tidak 
bisa membedakan lagi, kita ibadah atau bukan sedang menjalankan ibadah, sebab setiap gerak telah semuanya ibadah, seperti orang sudah tak melihat bentuk besi, semua telah menjadi bentuk pedang.

Pembentukan diri menjadi sebuah pedang yang mumpuni (qualified). Maka diserahkan pada empu yang mumpuni. Jangan diserahkan pada tukang membuat roti, bisa jadi nanti menjadi pedang yang lembek.Diri dibentuk menjadi do’a roh dan jasadnya. Maka diri diserahkan kepada guruyang matang di bidangnya. Sehingga pembentukan diri dicapai dengan maksimal, setelah diri menjadi do’a. Kemudian diasah, melihat kan orang yang mengasah pedang, tangannya maju mundur, sama diri melakukan istiqomah, zikir dilakukan berulang-ulang. Jika cuma digerinda, maka pedang walau tajamnya cepat, juga akan menjadi besi muda, mudah patah, Tetapi jika diasah, maka akan terjadi penumpukan elemen, menjadi pedang yang kuat dan tajam.

Jika diri diasah dengan amaliah yang berulang-ulang ikhlas. Maka diri akan setajam pedang dalam berdo’a. Teori itulah yang ku praktekkan. Dan tak henti, siang malam menjalankan lelaku. Suatu lelaku maka tidak berarti tidak berimbas pada sekeliling kita, amat besar imbasnya. Pertama, mulai ada khodam dari benda bertuah yang mulai datang ada yang lewat mimpi. Ada juga yang langsung datang dengan perwujudan seperti manusia. Sampai Aku hafal di mana saja letak berbagai "wesi aji", atau "batu bertuah", bahkan jika Aku lewat. Ada saja yang jatuh biar Aku ambil, Tetapi sayangnya Aku orangnya sama sekali tak tertarik dengan hal-hal seperti itu, sekalipun keris paling ampuh diberikan padaku. Maka tak sedikitpun ada ketertarikan di hatiku, bagiku cukup Allah Azza Wa Jalla menjadi penolongku.

    READ MORE

Misteri Nusantara
Novel Collection

Segala Jin, Malaikat, itu semua sama makhluq-Nya, ciptaan-Nya, semua terbatas oleh keterbatasan. Tetapi kalau Allah Ta'ala, tak terbatas dan tak berhalangan,

Sehingga semua khodam yang mendatangi ku tolak. Sampai pada suatu malam Aku mencoba mengitari Daerah Pekalongan. Baru saja keluar dari Daerahku, dalam "meraga sukma", Aku dihadang oleh seorang perempuan bercadar biru, dengan perut terbuka, mirip penari perut Mesir. Aku tahu betul dia Bangsa Jin,

“Jangan lewat Daerahku.”
katanya menghadang.

“Kenapa?”
  tanyaku.

“Kau tahu, kerana kedatanganmu, semua anak buahku kepanasan,”  jelasnya sambil marah.

“Kepanasan itu kan bukan urusanku, jika tak ingin kepanasan, kenapa tak menyingkir?”


“Aku dan semua kaumku telah ratusan tahun tinggal di sini, dan tak terganggu. Tetapi setelah kau datang, kami amat tersiksa.” tuntasnya.

 “Hm… jadi mahumu apa?”

 “Kau harus meninggalkan Daerah ini.”

“Mana boleh begitu..!” 


“Kalau tak mahu pergi maka kau akan ku hancurkan.”

 “Kalau memang mampu silahkan.” 
kataku.

 Lalu dia menyerangku dengan kibasan selendangnya. Tetapi entah tak tahu selalu saja selendangnya mental, dan selalu dia menjerit. Padahal Aku tak berbuat apa-apa.

“Kau rupanya punya ilmu, tunggu akan ku panggil Ayahku.”  katanya.

 “Ya silahkan, Aku akan tunggu di sini.” 
kataku tenang.

 Dia pergi… dan sebentar kemudian datang lagi, bersama lelaki pendek, berkepala gundul, dan hanya bercawat, sementara dadanya telanjang.

“Ini Ayah, lelaki yang membuat Daerah kita menjadi panas.” 
jelas perempuan yang sebelumnya menyerangku.

“Ini orangnya?” 
kata lelaki tua itu, tiba-tiba, dunia seperti gelap gulita, seperti matahari padam


Dan Aku mengucap zikir. Maka dunia nyala kembali.
 “Hhmm, memang dia lumayan berilmu.”  kata lelaki itu pada anaknya,

 “Kau menyingkir, biar bopo yang menaklukannya.” 
kata lelaki tua itu. Sementara Aku diam menunggu.

 “ Hey, Anak muda, kau tahu, keberadaanmu di Daerah ini telah membuat panas Daerahku. Maka kau akan ku tawan dan ku bawa ke penjara duniaku.”   kata pak tua itu yang belakangan ku ketahui bernama Kyai Cempli.
 [HSZ] 

To be Continued.....

#indonesia#misteri#KisahKyaiLentik  #KyaiLentik, #KisahSangKyai, #KisahSufi, #SangKyai, 

VIDEO ;  


No comments