MY HUSBAND IS PARLIN [Part 55]
MY HUSBAND IS PARLIN [Part 55]
- Part 55
- Ada lelaki menggoda Nia
" Biar Suami Jadul, Yang Penting Duit Ngumpul "
FORTUNA MEDIA - Terharu dan bahagia rasanya mendengar perkataan Suami. Aku tahu dia memang mampu secara materi untuk melakukan poligami. Akan tetapi jawabannya itu yang membuat Aku meleleh. "Poligami memang Sunnah, tapi menjaga keutuhan keluarga itu wajib," Kata-katanya itu sungguh membuat Aku tak mampu menahan diri lagi. Langsung kupeluk Suamiku di depan Sinta.
"Ada lagi tidak saudaranya Bang Parlin yang masih lajang, kalau ada kenalkan samaku ya," Kata Sinta ketika kami bertemu lagi. Saat itu Aku lagi beli sayur di warung tetangga.
"Tidak ada lagi, sudah laku semua," Jawabku seraya memasang senyum semanis mungkin. Aku memang coba tersenyum kepada orang yang coba rebut Suamiku.
"Di mana dicari orang seperti Bang Parlin, ya?" Tanyanya lagi. "Setelah dia menolak, aku justru makin kagum padanya," Sambung Sinta lagi.
Ya, ampun, ini orang tak ada perasaan, masa dia puji-puji Suamiku di dekatku, harus dikasih pelajaran ini orang.
"Minta sama Tuhan, terus sudah kau dengar sendiri bagaimana tanggapan Suamiku, jadi jangan coba-coba dekati Suamiku lagi, kau lihat itu Adekku dulu, dia sampai gembung perutnya kerana ganggu kami, sama Adek saja Aku bisa begitu, apalagi sama kau," Kataku seraya menunjuk wajahnya. Tak kutunggu lagi jawabannya, Aku pergi kerana memang sudah selesai belanja.
RELATED POST
Misteri Nusantara
Novel Collection
Sampai di rumah Bang Parlindungan lagi membuat mobil-mobilan dari kayu, sementara si Ucok menonton Ayahnya bertukang. Bang Parlin memang rajin buat mainan untuk anaknya, akan tetapi selalu saja mainan jadul. Kemarin dia buat kuda-kudaan. Sekarang sudah mobil-mobilan.
"Mak, Mamak, Ayah buat bumbum," Kata anakku begitu aku datang.
"Oh, ya," Jawabku seraya menciumnya. Si Ucok kini sudah tiga tahun, dia anak yang aktif, akan tetapi yang membuat Aku heran, dia seperti kurang suka bermain dengan anak tetangga, dia justru selalu mengajak Ayahnya main-main.
"Dek, ambilkan dulu minum sama, Abang," Teriak Suami ketika Aku sudah masuk rumah. Segera kuambil segelas air putih.
"Sama Abang yang ini juga, Dek," Kata si Ucok.
Perkataannya itu membuat Aku terkejut, dia ikuti perkataan Ayahnya, di dekat Adiknya Aku memang selalu memanggil Abang pada Ucok.
"Bang, mulai hari ini, ganti panggilan, jangan Dek lagi," Kataku pada Suami.
"Iya, ya, manggil apa lagi, Dek,"
"Hah, baru dibilang jangan manggil, Dek, diikuti si Ucok itu, Bang,"
"Jadi harus kupanggil apa?"
"Panggil Mami, biar Abang kupanggil Papi,"
"Hahaha, tidak mahu, bisa keseleo nanti lidah Abang manggil Mami."
"Jadi panggil apa lagi, Bang? Ini serius lho, Bang, Anak kita jadi terikut manggil Dek, nanti dia panggil Aku Dek di depan orang, bagaimana?"
"Sudah kupanggil Umak Ucok, Adek manggil abang Ayah Ucok,"
"Ish, tidak keren,"
Obrolan kami terhenti kerana kedatangan seseorang, seorang lelaki muda perpakaian safari.
"Assalamu'alaikum, Bang Parlindungan Siregar!" Sapanya sambil mengangkat tangan.
Wah, siapa ini, panggil Suamiku dengan nama lengkap segala?
"Wa'alaikumsalam," Jawab Suami seraya menyalami tamu tersebut.
Kulihat ke depan, dua orang berpakaian Partai berdiri di depan rumah kami, Wah, ada apa ini.
"Bang Parlin mungkin sudah kenal saya, tapi saya kenalkan diri juga, nama saya Pandapotan Harahap S. Pd i, kenal kan, kenallah, masa tidak kenal?"
"Oh, iya," Kata Bang Parlin, kulihat Bang Parlin juga terlihat bingung.
"Seperti kita tahu bersama, saya akan maju jadi anggota dewan, aku tahu Bang Parlin pasti mendukung sesama orang Batak Angkola, kalau dalam Adat, aku ini mora kalian, yang harus dituruti," Katanya lagi.
"Oh, ya, Ada yang bisa saya bantu?" Kata Bang Parlin.
"Aku kenal Bang Parlin, juga Bang Nyatan, si Dame itu dulu temanku, kampung kita bertetangga,"
"Oooh, kamu nya itu," kata Bang Parlin.
"Tepat sekali, saya datang kemari ingin minta dukungan, istilahnya minta Anak Boru untuk melayani Moranya, biar ada nanti perwakilan dari Daerah kita di Gedung Dewan, suara petani akan aku suarakan, kepentingan petani akan aku perjuangkan." Kata lelaki itu lagi.
"Baik, akan kami dukung," kata Bang Parlin.
"Begini, Bang Parlin, aku datang meminta dukungan sekaligus menawarkan bantuan. Kalian pasti bingung kan? Begini Bang Parlin, aku minta dukungan dana, Bang Parta juga sudah kuhubungi, dia suruh datang kemari, jadi kutawarkan bantuan, dukung aku jadi anggota dewan mewakili Daerah kita, baru kubantu nanti Bang Parlin buka lahan sawit baru, aku janjikan lahan kosong seratus hektar," kata pria itu lagi.
"Baik, akan kami pilih nanti," Kata Bang Parlin.
"Aku juga minta bantuan dana, aku tahu Bang Parlin sekeluarga pasti punya dana, kita akan jaya, lahan baru akan kita kuasai,"
"Tapi bukankah lahan sudah habis di Daerah kita, yang ada tinggal hutan lindung,"
"Haa, itu dia, kalau kita sudah jadi anggota Dewan nanti, yang hutan lindung pun bisa jadi milik kita, percayalah, Bang Parlin keluarkan lima ratus juta, aku janjikan lima milyar,"
"Maaf, belum apa-apa sudah mahu rampas hutan Negara, Maaf sekali lagi, saya tidak bisa," Kata Bang Parlin.
Aku lega mendengar perkataan Bang Parlin tersebut. Sungguh Aku tak ingin Bang Parlin terlibat politik.
"Ini kartu namaku, boleh minta nombor WhatApp?" Lelaki ini belum menyerah.
"Boleh boleh, kasih dulu nombor kita, Dek," Perintah Bang Parlin.
Aku khawatir lelaki ini akan terus membujuk Bang Parlin, jadi kukasih nomborku saja, bukan nombor Bang Parlin. Lelaki itu pulang, sebelum pulang dia masih mengiming-imingi Bang Parlin dengan lahan seratus hektar.
Malam harinya, lelaki itu sudah menelepon, saat itu Bang Parlin lagi di Masjid shalat Isya', Aku angkat dan...
'Halo, Bang Parlin tidak ada," Kataku.
"Kebetulan sekali, aku telepon untuk bicara padamu, aku lihat si Parlin itu terlalu lugu, aku yakin Anda pintar, tawaran saya, yakinkan Suamimu, atau tak perlu bilang ke dia, kita yang kerja sama, aku tahu kau yang pegang kewangan keluarga Parlin, yakinlah, jika kita menang, derajat kita akan terangkat, kau jadi pahlawan, kami perlu dana sekitar lima ratus juta," Kata lelaki itu panjang lebar.
"Lima ratus juta?"😏
"Iya, aku tahu dengan mudah bisa kau dapatkan, tinggal hubungi Bang Nyatan dan Bang Parta, pasti mereka berikan, ini demi Daerah kita, sudah semenjak merdeka, belum ada anggota dewan dari daerah kita, ini saatnya, mari kita saling dukung," Katanya lagi.
Wah, lancar kali lelaki ini bicara, dari mana dia tahu semua?
"Bang Parlin memang terlalu lugu, ingat, lugu dan bodoh itu bedanya tipis, jangan sampai hilang kesempatan ini," Katanya lagi.
"Heh, bodoh kau bilang, dia orang terpintar yang pernah kutemui. Jangan coba-coba pengaruhi Suamiku dengan janji palsumu," Kataku seraya mematikan telepon.
Semenjak itu, lelaki calon dewan itu justru sering Kirim chat padaku, mulanya hanya say hello, lama-lama dia jadi genit. Seperti malam itu, dia kirim chat.
(Namamu sungguh indah, Nia, entah kenapa suaramu seperti bawa aku terbang, kau yang pintar, cerdas, tapi punya Suami o'on, yang hanya tamat SD)
Tak kubalas, kubiarkan saja. Akan tetapi dia terus kirim chat.
(Aku akan jadi pangeran yang mengangkat dari lembah hina) Pesannya lagi. Kubaca akan tetapi Aku malas untuk menanggapi. Aku pilih tidur saja.
Keesokan harinya Aku terkejut dengan kedatangan lelaki calon dewan tersebut. Wah, berani sekali dia, ketika hendak kutemui, Bang Parlin sudah duluan menemui lelaki itu di depan pintu. Tanpa bicara, Bang Parlin melayangkan pukulan ke wajah lelaki tersebut, tentu saja Aku hairan, lelaki itu terhuyung, dia coba berdiri, akan tetapi Bang Parlin sudah memukul lagi.
"Awas kau, ya, kuadukan ke polisi," Kata lelaki tersebut.
"Adukan saja, Aku punya ini, kusebar ini," Kata Bang Parlin seraya menujukkan handphone-ku.
Ya, Allah, ternyata Bang Parlin baca pesan lelaki tersebut. Setelah lelaki itu pergi, Bang Parlin menyerahkan handphone padaku. Segera kubuka isi chat-nya. Ternyata Bang Parlin membalas setelah Aku tertidur, Bang Parlin sudah bisa berperan sebagai Aku, dia balas begini;
(Datanglah besok pagi, Aku punya wangnya, pagi sekali ya sebelum Suamiku bangun)
Lalu dibalas lelaki calon dewan itu lagi.
(Okey, Say, aku yakin kau pasti bisa diajak kerja sama, kau punya pandangan yang jauh ke depan, tidak seperti Suamimu,)
Kulihat Suami, dia tatap aku. "Tak akan kubiarkan orang mengganggumu, Dek, Umak Ucok," Kata Suami.
Duh, Aku makin meleleh.😭
Bikin iri emak emak ... lanjut kita ya,😄 [HSZ]
To be Continued...
Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; Novel Collection
Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani
#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung, #SuamikuJadul,
VIDEO :
No comments
Post a Comment