MY HUSBAND IS PARLIN [ Part 26 ]

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="MY HUSBAND IS PARLIN [ Part 26 ]">

MY HUSBAND IS PARLIN [ Part 26 ]

  • SUAMIKU JADUL

  • Part 26

" Biar Suami Jadul, Yang Penting Duit Ngumpul "

 FORTUNA MEDIA -  Akhirnya kuajari juga Suami main Handphone, katanya HP android sudah masuk keperluan, bukan lagi keinginan. Zaman sekarang apa-apa yang ditanya nombor WhatsApp, kalau kita tak punya WA, orang jarang menghubungi. Pertama kubuat nomborku dengan nama My Darling di Handphone-nya, dia justru protes, dan suruh diganti sama Umak Ucok. 

Akan tetapi ku-antisipasi juga supaya dia tak berhubungan dengan Rara. Entah kenapa Aku selalu cemburu cara Suami bicarakan Rara. Kumasukkan nombor Rara, baru ku block, jahatnya Aku. 


    RELATED POST

Misteri Nusantara
KISAH SUFI, SANG KYAI


Tiba-tiba Adik Bungsuku memasukkan nombor Bang Parlin ke grup WhatsApp keluarga. Akhirnya itu saja yang dibahas Bang Parlin. 

"Dek, lihat ini, Adik iparmu mahu belanja pun pakai pengumuman,"  Kata Suami ketika ada pesan dari Adik iparku di grup WA, pesannya begini. 

(Ke pasar dulu belanja, ada yang mau nitip tak) 

Duh, bagaimana Aku harus menjelaskan ini pada Bang Parlin?  Ini sesuatu yang baru baginya, banyak yang akan dia temui yang tidak sesuai dengan prinsip hidupnya. 

Setelah Bang Parlindungan masuk grup WA, para Saudaraku sering kirim pesan pada Bang Parlindungan. Aku tahu kerana setiap ada pesan, Suami akan tunjukkan padaku. Seperti hari itu, pesan dari Adik bungsuku di grup WA, akan tetapi ditujukan untuk Suami. 

(Bang Parlin memang pahlawan keluarga, sudah dua saudara kita yang menghilang dari peredaran kerana  Bang Parlin) 

Aku tahu maksudnya, Ria--Adikku dan Kakakku kini tak lagi aktif di grup WA, kerana keduanya kini ada di kampung beternak sapi. 

"Baca aja, Bang, tak usah balas, tahan diri,"  kataku pada Bang Parlin. 

Dua Adikku mungkin sakit hati kerana tak dikasih pinjaman oleh Bang Parlin, akan tetapi Abangku yang paling besar justru seperti sudah sadar kini, semenjak Bang Parlin menceramahi Abangku itu dia tak pernah lagi usil, tak pernah nyindir. Aku sangat bersyukur, satu persatu Saudaraku berubah kerana Bang Parlin. Ke-jadulannya membawa aura positif untuk keluargaku.

Suatu hari kulihat Bang Parlin serius kali lihat HP-nya, Aku jadi penasaran dengan apa yang dia lihat, tanpa setahu Bang Parlin kulihat ke layar HP-nya, posisiku dari belakang. Ternyata Suami sadar akan kehadiranku. 

"Lihat ini, Dek, ada orang minta duit, katanya perlu wang untuk bawa anaknya berobat,"  Kata Suamiku seraya menunjukkan HP-nya. 

Ternyata di beranda Facebook-nya lagi lewat postingan yang mengemis online. Bang Parlin memang kubuatkan akaun Facebook, akan tetapi akaun Rara kublokir, teman Facebook-nya juga hanya belasan orang. 

"Kasihkan dulu wang kita, Dek, kasih tiga juta, dari HP-mu kan bisa transfer langsung,"   Kata Suami lagi. 

Segera kulihat orang yang mengemis tersebut, fotonya hanya satu, pertemanan hanya seratusan. 

"Itu tidak benar, Bang, pura-pura itu?"  kataku kemudian. 

"Masa sih pura-pura anaknya sakit, nanti sakit benaran, lihat yang begini Abang tak tahan, Dek, teringat terus Abang waktu kecil dulu."  Kata Suami lagi. 

"Ini, lihat ini, Bang, biar ku inbok ya," 

(Di mana rumahnya, kebetulan kami di Medan juga, biar kuantar langsung bantuan, susah kirim-kirim)  begitu kubalas, kerana katanya di komentar, dia tinggal di Medan. 

Beberapa saat kemudian, akaun Bang Parlin sudah diblokir. Bang Parlin tampak bingung, "mana dia, kok hilang?"  tanya Suami. Sepertinya Bang Parlin harus diajari dunia medsos yang penuh tipu-tipu ini. 

"Dia blokir Abang," kataku. 

"Kok gitu, mau dibantu malah blokir,"

"Kerana dia tak seperti yang dia katakan," 

"Ah, banyak penipu di mediasi sosial ini?"

"Ya, iya, Bang, satu lagi banyak pelakor, hati-hati, Bang. Kalau ada yang inbox hai, Hai, gitu langsung blokir,"  kataku lagi. 

"Kalau diblokir hilang gitu?" 

"Iya, Bang, tak bisa dihubungi, tak bisa dilihat lagi."

"Wah, kejam itu, itu namanya memutuskan silaturahmi, itu sesuatu yang dibenci Tuhan."  kata Bang Parlin. 

Ah, Suamiku ini masih terlalu polos untuk ikut berkecimpung di dunia medsos ini. Untung dia tak punya SMS Banking, kalau punya dia mungkin sudah kirim tiga juta untuk orang tak jelas. 

Selama masa nifas, Bang Parlin terus mengurusku, dia juga rajin masak, akan tetapi sayangnya, masakannya tak pernah cocok dilidahku. Entah kenapa kalau dia masak, bawang putih tak pernah dipakai, cabe selalu banyak. Masakannya juga selalu itu ke itu saja, kalau tidak daun ubi tumbuk, ikan asam padeh. 

"Dek, lihat ini, Abang kan mahu buat status kayak orang-orang, terus di sini ada tulisan, " Apa yang Anda fikirkan" gitu, terus ditulis apa?"  kata Suami di suatu malam. 

"Sini Adek yang buat,"  kataku akhirnya. Lalu kutulis status untuk Suami, fotonya dia lagi mengganti popok anakku. Captionnya begini. 

(Suami sayang istri)  itu saja yang kutulis, tak lupa kutandai namaku.

Baru sebentar ku-post, sudah ramai komentar para teman satu geng-ku. 

(Ada koboy ngurus bayi) 

(Wah, si gobel yang tak lagi gobel jadi Ayah) 

(Rambo pansiun) 

Beragam komentar temen satu gengku, kulihat Suami hanya senyum membacanya. Tiba-tiba anakku menangis, dengan sigap Suami meraba pampesnya, masih bersih katanya, akan tetapi si bayi yang biasa dipanggil Bang Parlin "Ucok tersebut, tetap rewel. 

"Tidurkan dulu, Bang, dia barusan nenen tadi,"  kataku kemudian. 

Bang Parlin lalu menggendong si Ucok dengan kain gendongan ulos Batak, salah satu kain yang diberikan Abangnya. Bang Parlin menyanyi. 

" Buee, bueee da Amang bueee... "

" We wa we, sipulut Mandailing "

" Magodang ko Amang so sikola mangaji." 

Seperti itu lirik lagunya, entah lagu apa Aku tak tahu, akan tetapi Aku justru ikutan tertidur mendengar lagu tersebut.

Keesokan harinya rumah kami didatangi seorang wanita cantik, saat itu Aku lagi di kamar bersama bayi. Bang Parlin masuk ke kamar bersama wanita tersebut. 

"Siapa ini?" tanyaku. 

"Ini, Dek, katanya dia perlu kerjaan, dia mau jadi baby sitter di sini,"  Jawab Suami. 

"Tidak, Bang, Aku tak perlu baby sitter,"  kataku kemudian. 

"Biar adek tidak penat kali, Dek,"

"Aku sudah berpengalaman jadi baby sitter, Bu' bahkan pernah kerja di rumah pejabat,"  kata wanita cantik tersebut. 

"Tidak, maaf saja, kami tak perlu, tapi tunggu dulu, dari mana kau dapat informasi kami perlu baby sitter?"  Tanyaku penasaran, entah kenapa fikiran burukku tiba-tiba muncul. Jangan-jangan ini pelakor, jangan-jangan dia pura-pura mahu jadi baby sitter,. Padahal incar Bang Parlin, atau Bang Parlin sudah lama kenal? 

"Dari sini, Bu,"  kata wanita cantik tersebut seraya menunjukkan status Facebook Suami. 

Ya, Allah, ternyata Suami sudah bisa buat status sendiri, statusnya alay banget, gini captionnya. 

(Kasihan Istriku, dia tampak lelah sekali, andaikan rasa lelahnya bisa kubantu) baru fotoku sedang tertidur. Duh! 

Setelah berulangkali kujelaskan wanita cantik itu akhirnya pergi. Begitu dia pergi, langsung ku interogasi Suami 

"Siapa dia, Bang,"

"Lho, kok tanya Abang?"

"Ya, Aku tanya siapa dia?"

"Kan sudah dia bilang, dia mau cari kerjaan di sini,"

"Kenapa dia tahu rumah ini?"

"Lho, Abang bilang, dia tanya apa perlu baby siiter, Aku jawab " Tanya saja istriku," dia tanya alamat, ya, kukasih tahu,"

"Aduh, Bang, kenapa sih,  Abang sepolos itu?"

"Polos bagaimana sih, Dek, Abang hanya kasihan melihat Adek, Adek sampai tertidur ketika si Ucok kugendong. Lalu kufoto, kata Adek apa yang Anda fikirkan katanya di Facebook, ya, yang ku fikir hanya itu, Adek lelah."

Duh, Suamiku ini, Aku selalu berburuk sangka padanya. Apakah Bang Parlin tidak tahu dunia maya itu penuh dengan modus, jarang dapat yang tulus. 

Andorid baru Bang Parlin selalu punya cerita baru, seperti siang itu dia beli pulsa ke warung tetangga, pulsa seratus ribu. Saat itu Aku heran melihat dia yang pulang sambil senyum-senyum. 

"Dari mana, Bang, kok senyum begitu?"

"Ini senyum bahagia, Dek, bahagia karena bisa membantu orang," kata Bang Parlin. 

"Bahagia bagaimana, Bang?"

"Ini, ada orang minta pulsa, dia minta sepuluh ribu saja, katanya bila kuberikan dia mahu berikan videonya lagi mandi"  kata Bang Parlin. 

"Apaaaa ....?"😨

"Ya, begitulah, Dek, katanya perluuntuk menelepon orangtuanya di kampung, kasihan Abang, Dek, kerana Abang orang kampung itu,"

"Ya, Allah, mana tengok HP-mu, Bang,"  kataku seraya mengambil HP dari tangannya langsung ke messenger. 

Benar saja, ada sebuah akaun wanita minta pulsa, sepuluh ribu. Akaun tak jelas, Aku baru mengerti kenapa akaun tak jelas banyak bergentayangan, ternyata orang seperti Bang Parlin inilah korbannya. Ku ceck inbox mereka. 

(Tolong, Pak, saya mahasiswi di Jakarta, perlu pulsa menelepon orang tua di kampung, tolong isikan sepuluh ribu saja)  begitu inbox pertama. 

(Kasihan) begitu balasan Suami. 

(Tolong, Pak, Aku kirim videoku lagi mandi bila Bapak kirim pulsa sepuluh ribu saja) 

(Kasihannya kau, Nak, sini nombormu biar kuisi seratus ribu, tidak usah kirim video segala, jangan minta lagi ke orang ya, memalukan orang kampung saja, kau,)   begitu balasan Suami. 

Oalah, Bang Parlin, Bang Parlin.😇 

"Selamat datang di dunia maya, Bang,"  ðŸ˜‚  [hsz] 

To be Continued...

Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; Novel Collection

Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani 

#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung,  #SuamikuJadul, 

VIDEO :  

Kisah Hidup Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam Oleh Buya Arrazy Hasyim 💖

No comments