MY HUSBAND IS PARLIN [Part 17]
@Komedi & Humor
MY HUSBAND IS PARLIN
Part 17
" Biar Suami Jadul, Yang Penting Duit Ngumpul "
Move On, Bang
FORTUNA MEDIA - Tiba waktunya pesta, segera kuberitahu semua saudaraku, bahwa kami akan pesta besar sekali lagi. Selepas kubilang Kakak0Ipar langsung bilang tidak bisa.
"Kami tidak bisa ikut, jauh kali ke sana," Begitu kata Kakak-Ipar.
"Kok, langsung bilang gak bisa sih, Ma?" Abangku langsung menyela.
"Ya gak bisa, di jalan saja sudah dua belas jam, memang Papa bisa?"
"Bisa tidak bisa, Aku yang putuskan, Mama itu melangkahi Papa, ini Adikku loh yang mahu pesta," kata Abangku.
Aku terkesima dengan perkataan Abang itu, apakah dia sudah sadar kalau selama ini diatur Istri? Apa-apa selalu Kakak-Ipar yang memutuskan. Baru kali ini kulihat Abang protes.
"Aku juga sepertinya tidak bisa," Kata Adik lelakiku yang paling bungsu.
"Aku juga harus kerja," kata Adikku satu lagi,
"Aku ikut, Kak," Kata Ria--Adik perempuanku.
"Sayang sekali ya, padahal semua biaya kami yang tanggung, sudah disediakan bus besar untuk ke sana." kata Bang Parlin.
"Kalau begitu Aku ikut," Adik lelakiku langsung tunjuk tangan.
"Kami juga," kata Abangku.
Akhirnya semua setuju ikut pulang ke Desa Bang Parlin.
READ MORE
MY HUSBAND IS PARLIN [Part-14]
MY HUSBAND IS PARLIN [Part 15]
MY HUSBAND IS PARLIN [Part 16]
Bus pariwisata besar sudah disiapkan, keluarga Rina dan keluarga kami cukup satu bus. Bang Parlin rela mengeluarkan satu sapi untuk mencarter bus ini beserta sopir dan kernetnya. Saudaraku ikut semua kerana gratis alias free.
Kabupaten Padang Lawas Utara, adalah tempat yang kami tuju, di sinilah Suamiku dilahirkan dan dibesarkan. Masih ada rumah mereka di situ. Begitu kami sampai sudah disambut warga Desa. Musyawarah pun digelar ternyata Aku dan Rina harus ditabalkan marga-(suku) lebih dahulu sebelum acara digelar.
Semua saudara Bang Parlin datang, luar biasa banyaknya. Yang membuat Aku takjub mereka semua menyumbang untuk acara itu. Kata mereka 'marpege-pege' namanya. Acara yang khusus mengumumkan bahwa akan digelar acara pesta besar. Wang yang terkumpul luar biasa banyak. Bahkan melebihi dari dana yang diperlukan.
Aku akhirnya berkenalan dengan Pardamean ini, dia bertubuh kecil, tidak seperti Abangnya yang tinggi besar. Partaonan yang tinggal di Kalimantan sudah menikah dengan gadis Banjar. Mereka juga datang. Panyahatan yang tinggal di Daerah Jambi juga sudah menikah. Mereka semua punya satu kesamaan, yaitu Jadul. Entah kenapa tak ada dari mereka yang punya akaun Facebook. Akan tetapi semua kaya raya. Keluarga yang luar biasa.
Ketika kami ditabalkan Marga. Namaku jadi berubah. Nia Dahlia Harahap namaku sekarang, Rina juga ditabalkan marga Harahap. Acara penambalan marga itu sangat melelahkan. Hampir semua orang berpidato bergilir. Mereka menyebutnya 'Markobar', yang membuat ini makin melelahkan adalah kerana aAu tak mengerti apa yang mereka katakan.
Para Saudaraku dijamu di pesta itu mereka tak diperbolehkan ikut membantu, ternyata dalam Adat keluarga dari pihakku disebut 'Mora', datang hanya makan dan berpidato. Untunglah Abangku yang tertua pandai Berpidato, biarpun pakai bahasa Indonesia.
Pesta berlangsung tiga hari tiga malam, makanannya sangat mewah, daging kerbau. Tiga kerbau dipotong. Pesta yang luar biasa. Para saudaraku sampai melongo melihat pesta besar tersebut.
"Nia, usaha apa sih, Suamimu sampai wangnya gak pernah habis?" tanya Kakak-Ipar.
"Yang pasti bukan ngepet, Kak," 😂
"Bilanglah si Parlin kami ikut kerja kayak dia,"
"Kakak saja yang bilang," kataku.
Setelah pesta besar-besaran selesai saatnya kembali ke kediaman masing-masing. Suami memberikan wang lelah untuk semua saudaraku, masing-masing dapat tiga ratus ribu rupiah. Adik lelakiku sampai nyeletuk.
"Baru kali ini pergi ke pesta digaji,"😍 katanya.
"Kita bulan madu lagi yok, Dek, kan baru pesta," kata Suami di suatu pagi, saat itu kami berdua sedang menyiram tanaman di halaman rumah.
"Ish, Abang,"
"Ayok lah, Dek, kita ke Jawa,"
"Ngapain?"
"Ketemu Rara,"
"Astaghfirullah, Bang, masih saja Abang ingat si Rara,"
"Coba kau hubungi dulu, Dek, tanya khabar Bapak,"
Segara kuambil Handphone, langsung ke aplikasi WhatsApp dan memanggil Rara. Memanggil, berdering, akhirnya terhubung.
"Rara, ini Bang Pain, mahu nanya khabar Bapak,"
"Eeh, Bang Pain, Bapak sehat Alhamdulillah,"
"Kami mahu jalan-jalan ke sana, kalian di mananya?" Kataku akhirnya.
"Oh kami di Bandung, datanglah, nanti kukirim alamat lengkap," Kata Rara, setelah basa-basi yang cukup lama sambungan telepon pun terputus.
"Kita ke sana, Ya, Dek, sekalian jalan-jalan ke Bali,"
"Ok, Bang, tapi jangan macam-macam sama Rara, ya,"
"Mana berani Abang, Dek, hanya teman kok,"
"Lelaki dan perempuan mana mungkin hanya teman, pasti ada rasa," Kataku, entah kenapa Aku selalu cemburu bila Bang Parlin bicara tentang Rara.
"Berarti Adek sama si Rapet itu ada rasa lah ya," 😋
Ah, suami ini selalu bisa membalikkan perkataan. Aku dan Rapi memang berteman unik, kami berteman bahkan selalu saling ejek, tapi jujur tak ada rasa, hanya teman.
Akhirnya kami berangkat honeymoon juga, Kota Bandung jadi tujuan, kami naik pesawat dari Medan ke Jakarta, baru naik mobil travel Jakarta ke Bandung. Begitu kami sampai pertemuan Bang Parlin dan Rara sangat menyentuh sekali. Tak ada salaman. Akan tetapi ada tangisan. Bapak doktor itu juga akhirnya kami jumpai. Ternyata beliau sudah ada ada di kursi roda. Pertemuan itu sangat mengharukan, Suami menangis dan bersimpuh di kaki Bapak Rara itu.
"Ini yang namanya Pain, Parlindungan?" tanya seorang lelaki yang kutahu Suami Rara.
"Iya, Bang," kata Bang Parlin seraya mahu menyalam. Akan tetapi Suami Rara ini terlihat dingin. Saat itu kami lagi bertiga duduk di teras rumahnya.
"Berani juga kau datang kemari?" Tanya lelaki tersebut.
"Memang kenapa, Bang?"
"Memang kenapa? Kau merampas hati Istriku, semua ceritanya selalu tentang kau, kau yang pandai mengaji, yang pandai menyanyi, yang sopan, bahkan nama anak kami pun ternyata diambil dari namamu, nanti kuganti itu,"
Aku melongo, Bang Parlin juga terdiam. 😏
"Bahkan Mertuaku pun ikut ngepans sama kau, apa sih kelebihanmu? Tampan tidak, pintar tidak, bahkan udik lagi,"
"Maaf, Bang, kami pergi saja, selamat tinggal," kata Bang Parlin, dia sepertinya tersinggung, tanpa pamit ke Rara lagi yang sedang ke pasar, kami pergi dari rumah itu, dan menginap di hotel.
"Abang lihat itu, kan, itu Rara yang Abang banggakan itu, semua orang punya masa lalu Bang, masa lalu itu tak perlu diinget, Move on, Bang, move on,"
"Ngomong apa nya kau itu, Dek, baru dua hari dia Bandung bahasamu sudah campur bahasa Sunda,"
"Itu bahasa Inggris, Bang, bukan bahasa Sunda, artinya lupakan, lupakan,"
"Iihh, Adek, makin marah makin cantik aja,"
"Abang sih, jauh-jauh kemari menyeberangi Selat Sunda hanya untuk dapat cemoohan, jangan terlalu lugu, Bang, tidak semua orang lurus-lurus fikirannya kayak Abang,"
"Adek makin mirip si Nunung, suka cemburu," kata Bang Parlin.
"Sudah, Bang, Adek rela jadi Nunung Abang, lupakan Rara, ya,"
"Iya, Dek, iya,'"
"Kita pulang ya, Bang,"
"Belum, Dek, Abang mahu keliling Indonesia, kunjungi saudara, ke Kalimantan, ke Jambi, ke Riau, baru ke kebun kita."
Wah, kami akan keliling Pulau Jawa, Pulau Kalimantan sampai Pulau Sumatera.😍 [hsz]
To be Continued...
Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh baca disini ; Novel Collection
Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani
#indonesia, #Novel, #NovelKomedi, #CeritaBersambung, #Cerbung, #SuamikuJadul,
VIDEO :
No comments
Post a Comment