Strategy China Dan Singapura, Untuk Menguasai Politik Dan Ekonomi Indonesia

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Strategy China Dan Singapura, Untuk Menguasai Politik Dan Ekonomi Indonesia">

Strategy China Dan Singapura, Untuk Menguasai Politik Dan Ekonomi Indonesia

FORTUNA MEDIA - Bagaimana sebuah negara kecil yang tandus dan kontang buminya seperti Singapura, bisa menguasai negara besar seperti Indonesia yang memiliki kekayaan khazanah bumi dan alamnya melimpah ruah. Bahkan penjajahan Singapura atas Indonesia termasuk dalam bidang ekonomi dan hala-tuju politik negara Indonesia.
MasyaAllah!

Selanjutnya mari saya bawa Anda sebentar ke luar negeri, bagaimana Negara-Negara Asing, bekas penjajah bekerjasama untuk menggerogoti dari luar untuk bisa menghancurkan Indonesia.

Ini bukan peristiwa pertama yang terjadi di Indonesia, yang di “internasionalisasikan” oleh orang-orang Indonesia, yang menjadi kakitangan dan antek-antek Asing & A Seng. Yang selalu sangat gencar memojokkan Indonesia dengan isu pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) adalah mantan penjajah dan sekutunya, yaitu Belanda, Britain, Australia dan USA (ABDACOM).

Kemudian diikuti oleh Jerman (ingin memoles citra Jerman yang dikenal sebagai penjahat perang dalam Perang Dunia II) dan Perancis (ada warganya, gembong narkob4/dad4h di Indonesia yang telah dijatuhi hukuman m4ti). Sejak lebih dari 25 tahun, Jerman juga “ikut bermain” di Acheh, Maluku, Papua dan (dulu)Timor Timur (kini Timor Leste).

Juga yang punya kepentingan besar untuk memecah-belah dan  menguasai Indonesia adalah Singapura, RRChina Komunis, yang ikut ambil bagian dalam mewujudkan SINGAPURANISASI JAKARTA.

READ MORE

Praktik Kotor Buzzer Ahoker pada Pilkada Jakarta pada 2017 Silam Terungkap



<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Strategy China Dan Singapura, Untuk Menguasai Politik Dan Ekonomi Indonesia">

Bumi Pertiwi yang Indah dan Kaya dengan hasil-mahsul buminya senantiasa menjadi incaran Asing & A Seng. Sayang pemilik bumi persada ini dikuasai regim penguasa yang koruptor dan rakyatnya pula senang diperbodoh-bodohkan oleh sang penguasa.

Demikianlah peta politik negara-negara yang “ikut bermain” dalam rencana besar untuk memecah dan menguasai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Tujuannya adalah:

1. Menguasai SDA(Sumber Daya Alam) RI,

2. Menguasai “pasar” 250 juta konsumen,

3. Geopolitik,

4. Geostrategi.

5. (Mantan penjajah dan antek-anteknya) “Balas-dendam sejarah.” Sampai tahun 1939, APBN (Bajet Negara) Belanda dibiayai hampir 10% dari jajahannya, Nederlands Indie.  Orang-orang kaya Belanda, kakitangan dan antek-anteknya  kehilangan perkebunan-perkebunan dan kekayaan lain, setelah Indonesia Merdeka.

Sampai detik ini (14 May 2017) Belanda TIDAK MAU MENGAKUI _DE JURE_ KEMERDEKAAN RI 17.8.1945.

Mantan penjajah ini TIDAK MAHU MENGAKUI KEDAULATAN NKRI, dan kakitangan serta antek-anteknya-lah yang sangat berperanan dalam membangun citra negatif NKRI di luar negeri!

Antek-antek Belanda ini terutama adalah kaum federalis bekas 15 Negara bagian Republik Indonesia Serikat (RIS). Kakitangan Belanda adalah Etnik Cina keturunan Pao (Po) An Tui.

Dan sejak beberapa tahun kebelakangan ini, antek-antek Komunis Indonesia yang tampak bangkit kembali, tentu punya kepentingan untuk menghancurkan citra Indonesia di luar negeri.

Sebagaimana telah sering di tulis selama bertahun-tahun, bahwa sejak berakhirnya Perang Dingin tahun 1990, Indonesia menghadapi Perang Asimetris (Asymmetric Warfare) yang dilancarkan oleh Belanda dan sekutunya.

  Implikasi Berbahaya Kepada Kedaulatan NKRI, Modus Operandi Penjajahan Asimetris Dengan Dalih Investasi RRChina Di Indonesia

Indonesia menjadi sasaran untuk dihancurkan/dipecah-belah dan kemudian dikuasai (Divide et impera). Dalam hal ini, negara-negara tersebut dibantu oleh kakitangan dan antek-antek mereka di Indonesia,yang sejak turun-temurun selalu berada di pihak Belanda.

Ini telah saya ungkap di posting terdahulu, mengenai WNI (Cina dan pribumi) yang tak pernah memiliki Nasionalisme Indonesia.

Selain menjalankan politik adu-domba yang terbukti ampuh sejak ratusan tahun, mantan penjajah dan antek-anteknya secara TERSTRUKTUR,

SISTEMATIS DAN MASSIF, membentuk citra negatif Indonesia di luar negeri.

Upaya ini dibantu oleh generasi muda, baik di Indonesia mahupun di luar negeri yang BUTA SEJARAH.

Pengetahuan generasi muda mengenai HAM, DEMOKRASI, RASIALIALISME, hanya berdasarkan definisi dari para mantan penjajah, yang merubah Undang-undang mereka dan berusaha menutup-nutupi sejarah kelam mereka.

Di masa penjajahan, negara-negara yang sekarang menuding Indonesia sebagai pelanggar HAM, rasialis dan diskriminatif, justru merekalah  PELANGGAR HAM dan RASIALIS terbesar dan yang paling biadab.

Di masa penjajahan, Belanda dan para pedagang Cina selama lebih dari 250 tahun bekerjasama dalam melakukan PERDAGANGAN BUDAK(perhambaan) dan PERDAGANGAN C4NDU (0PIUM).

Para penjajah telah melakukan PEMBANTAIAN MASSAL TERHADAP PRIBUMI DI NUSANTARA dan lain-lain. Di masa perbudakan, menyiksa budak sampai mati tidaklah dianggap sebagai kejahatan, hanya dinilai sebagai membunuh anjing.

Selama agresi militer Belanda di Indonesia antara tahun 1945 – 1950, Tentara Belanda dan Sekutunya telah membantai sekitar SATU JUTA Rakyat Indonesia. SEBAGIAN TERBESAR DIBUNUH TANPA PROSES HUKUM APAPUN.

Pasukan Cina Pao (Po) An Tui, yang dibentuk, dipersenjatai dan dilatih oleh Tentara Belanda, selama agresi militer Belanda di Indonesia antara tahun 1945 – 1950 berperang di pihak Belanda.

Demikianlah kerjasama selama ratusan tahun antara Belanda dengan Cina, yaitu selama masa penjajahan di Nusantara dan di masa agresi militer Belanda di Republik Indonesia.

Kini Indonesia selalu dipojokkan dengan isu pelanggaran HAM, RASIALISME, INTOLERANSI, dan sebagainya, walaupun “master mind” dari berbagai konflik di Indonesia adalah para mantan penjajah dan antek-anteknya.

Sejak tahun 1990-an, berbagai tindakan dan peristiwa yang terjadi di Indonesia diangkat ke forum internasional sebagai PELANGGARAN HAM, INTOLERANSI, RASIALISME, DISKRIMINASI.

Setelah persiapan selama beberapa tahun, tanggal 13 – 15 November 2015, di Den Haag, Belanda, DENGAN DANA SANGAT BESAR  diselenggarakan “Tribunal Internasional” yang diprakarsai oleh orang-orang Indonesia, untuk MENGADILI NEGARA INDONESIA ATAS PENUMPASAN PKI TAHUN 1965.

Prof. Dr. Todung M. Lubis sebagai JAKSA PENUNTUT UMUM* menuntut *INDONESIA* sebagai NEGARA PELANGGAR HAM.

Dari mulai persiapan selama bertahun-tahun, melibatkan puluhan orang dari banyak negara, sampai VONIS beberapa bulan lalu, menelan biaya PULUHAN JUTA DOLLAR.

Pertanyaannya: “SIAPA YANG MENDANAI?“

Mencermati “prediksi” Samuel Huntington dalam eseinya ”The Clash of Civilizations” (Benturan peradaban), dalam upaya Amerika dan sekutunya untuk menetapkan ”The New Common Enemy”

Huntington “mendisain” (tahun 1996), bahwa perang yang akan datang bukan perang berdasarkan ideologi, melainkan benturan peradaban.

Yang dia maksud dengan peradaban adalah agama. Dengan kata lain, perang berdasarkan agama.

Untuk musuh bersama yang baru, didesainlah ISLAM RADIKAL.

Apabila menyimak pernyataan-pernyataan antara lain dari Hillary Clinton, Jenderal Wesley Clark dan beberapa mantan anggota CIA, bahwa USA-lah yang menciptakan dan membiayai Talib4n, Al Qa3da dan ISIS, maka tidak susah untuk memunculkan ISLAM RADIKAL, untuk merusak citra Islam yang cinta damai.

Indonesia, sebagai negara besar berpenduduk 270 juta, dan dengan jumlah penduduk Muslimnya 85%, tentu termasuk negara yang menjadi sasaran untuk dijadikan common enemy oleh USA dan sekutunya.

Untuk tujuan ini, citra positif Indonesia di dunia internasional harus dihancurkan.

Dalam rangka membentuk citra negatif Indonesia, negara-negara tersebut berhasil dalam mengangkat isu, bahwa Ahok kalah dalam Pilkada DKI 2017, dan dipenjara atas penistaan agama, kerana didalangi oleh Islam Radikal.

  • Tidak diberitakan, bahwa tahun. 1964 – 1965, Gubernur Jakarta, IBUKOTA RI adalah seorang peranakan Cina beragama Kristian Katholik, yaitu Henk Ngantung, keturunan Cina Manado. TIDAK ADA YANG MEMPERMASALAHKAN.

  • Tidak diberitakan bahwa sejak tahun 1950 – an, walaupun telah ada pengkhianatan Cina, banyak Cina menjadi Menteri di Kabinet RI, SAMPAI SEKARANGTIDAK ADA YANG MEMPERMASALAHKAN.

  • Tidak diberitakan, bahwa ini kedua kalinya Ahok kalah dalam pemilihan gubernur. Di DKI-Jakarta Ahok kalah telak dengan perbedaan suara hampir 16 %.

  • Tidak diberitakan, bahwa banyak umat Kristian tidak memilih Ahok, kerana dia juga menghina ajaran Kristian dan orang Kristian.

  • Tidak diberitakan, bahwa juga banyak orang Cina tidak memilih Ahok.

  • Tidak diberitakan, bahwa banyak yang tidak memilih ahok kerana perilaku dan tutur katanya yang sangat kasar, menggunakan kata-kata kotor dalam siaran langsung di stesyen TV. Ahok mempermalukan seorang Ibu di muka umum dengan memaki wanita tersebut, sebagai maling.

  • Tidak diberitakan, bahwa sebelum ahok, Rusgiani ibu rumahtangga di Bali, dihukum penjara 14 bulan, kerana spontan berkomentar bahwa Canang (tempat sesajen ritual agama Hindu) yang dilihatnya, KOTOR.
Kasus Rusgiani tidak ada yang meributkan atau protes. Tidak ada yang membela Rusgiani, baik di Indonesia, apalagi di luar negeri.

Negara-negara yang sekarang meng- internasionalkan kes Ahok tidak tertarik dengan kes Rusgiani, kerana dia *PRIBUMI*, bukan Cina.

JADI, SIAPA YANG RASIALIS?

Di beberapa negara Eropah juga ada Undang-Undang Penistaan Agama. Di Jerman dan Perancis telah ada orang-orang yang dihukum kerana menista agama. Terlepas apakah hukumannya membayar denda atau dijebloskan ke penjara, intinya adalah, di negara-negara Eropah tersebut juga dilarang menista agama apapun.

Kelihatannya sekarang Konspirasi Asing & A Seng dan antek-anteknya diambang pintu keberhasilan total, dalam membenturkan SESAMA PRIBUMI/MELAYU INDONESIA.

Tetapi dalam hal ini bukan hanya antara Islam melawan Kristian, melainkan adu-domba atau  benturannya jauh lebih dahsyat, yaitu Islam pro ahok melawan Islam anti Ahok. Kristian pro Ahok melawan Kristian anti Ahok.

Bahkan ada keluarga Kristian, kakak-beradik yang gaduh besar kerana ada yang marah, kerana Ahok juga menista agama Kristian melawan keluarganya yang Kristian, yang tak peduli bahwa Ahok telah menista agama Kristian.

Mereka hanya menginginkan Gubernur DKI adalah seorang Kristian, walaupun seorang yang hanya “mengaku” beragama Kristian.

Setelah TRAGEDI NASIONAL INDONESIA PERTAMA TAHUN 1948, dan KEDUA TAHUN 1965, banyak yang tidak menyadari, atau tidak peduli, bahwa Indonesia sedang digiring menuju TRAGEDI NASIONAL KETIGA yaitu:  PRIBUMI INDONESIA SALING MEMBUNUH gara-gara satu orang keturunan pendatang yang selama ratusan tahun bekerjasama dengan penjajah.

Jadi, sebenarnya yang ditulis Huntington, bukanlah “benturan peradaban” (The Clash of Civilizations), melainkan PERADABAN YANG DIBENTURKAN (The Clashed Civilizations).

Untuk melaksanakan benturan peradaban di Indonesia tidak sulit. Selama Perang Dunia II, telah terbentuk aliansi strategis (Strategic alliance) antara kolonialis/imperialis, kapitalis dan komunis melawan fasisme Jerman, Italy dan Japan.

Sekarang tampak jelas kebangkitan federalis, Pao An Tui dan komunis. Mereka telah bekerjasama dan memiliki jaringan internasional sejak seratus tahun.

Bahkan Belanda dan Cina telah bekerjasama selama RATUSAN TAHUN, terutama dalam PERDAGANGAN BUDAK dan PERDAGANGAN CANDU (OPIUM) DI NUSANTARA.

Agar PRIBUMI di Jakarta dan di kota-kota lain di NKRI tidak mengalami nasib seperti PRIBUMI DI SINGAPURA dan untuk MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN NKRI dan MENJAGA KESATUAN SERTA PERSATUAN BANGSA INDONESIA, Satu-satunya jalan adalah KEBANGKITAN PRIBUMI.

MENINGGALKAN SEJARAH INDONESIA, MEMBUAT INDONESIA MENJADI SEJARAH.

Artikel ini pada asalnya diterbitkan oleh media http://theglobal-review.com dengan judul; "Pembentukan Citra Negatif Indonesia di Luar Negeri"

Source ; Courtesy to theglobal-review.com

#articlereview, #detailedarticle, #featured, #ahok, #ahoker, #buzzer, #indonesianpolitics, #analysis, #newspolitics,#review, #conspiracyarchive,

VIDEO ; 

Inilah Jawaban Aktivis Nasionalis Lieus Sungkharisma Terhadap Serangan Hoax Buzz3r Kribo Zen

No comments