Masjidil Haram Membantah, 'Tidak Ada Inisiatif dari Kami Melancarkan Haji dan Umrah di Metaverse'

<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Masjidil Haram Membantah, 'Tidak Ada Inisiatif dari Kami Melancarkan Haji dan Umrah di Metaverse'">

Masjidil Haram Membantah,'Tidak Ada Inisiatif dari Kami Melancarkan Haji dan Umrah di Metaverse'

"Haji di metaverse tidak sah, sebab tidak memenuhi syarat dan rukun yang telah ditetapkan dalam Syariat Haji. Ibadah mahdhah tidak dapat dipindahkan ke dunia fiksi. Sehingga haji tidak sah dilakukan secara virtual di metaverse"
FORTUNA MEDIA- Kuala Lumpur - Kerajaan Arab Saudi melancarkan program metaverse yang boleh membuat umat Muslim melihat dan mengunjungi Ka'bah secara virtual. Melihat teknologi ini, muncul wacana kontroversial Ibadah Haji dilakukan di metaverse. Perdebatan ini cukup ramai di Timur Tengah. Para Ulama Turki yang lebih dulu angkat bicara. Dikutip dari Hurriyet Daily News Turki, Departemen Urusan Agama Turki (Diyanet), setelah mengkajinya sebulan, mengeluarkan keputusan bahwa mengunjungi Ka'bah di metaverse tidak dianggap ibadah Haji.

"Haji di metaverse tidak bisa terjadi. Umat bisa mengunjungi Ka'bah di metaverse tapi itu tidak akan dianggap sebagai ibadah," kata Direktur Departemen Layanan Haji dan Umrah Diyanet, Remzi Bircan.

Pernyataan MUI

Sementara terkait hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberi penjelasan. Ketua MUI Bidang Fatwa KH Asrorun Niam Sholeh mengatakan, kunjungan Ka'bah secara virtual ini boleh dilakukan guna mengenalkan Ka'bah kepada umat Islam sebelum mengunjungi Ka'bah. Menurutnya, kunjungan virtual ini boleh membantu calon jemaah Haji atau Umrah. "Kunjungan virtual bisa dilakukan untuk mengenalkan sekaligus juga untuk persiapan, atau biasa disebut sebagai Latihan Manasik Haji, sebagaimana latihan manasik di Asrama Haji Pondok Gede. Serta untuk explore secara faktual agar ada pengetahuan yang memadai sebelum pelaksanaan ibadah," ujar Asrorun Niam saat dimintai konfirmasi, Selasa (8/2). Lantas, apakah ibadah Haji sah apabila dilakukan melalui metaverse? 'MUI menegaskan bahwa hal itu tidak sah'. "Haji itu merupakan ibadah mahdhah, bersifat ajaran syariah serta hukum, yang tata cara pelaksanaannya atas dasar apa yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam," "Aktiviti manasik haji itu pelaksanaannya juga terkait dengan tempat, misalnya Tawaf, itu dengan cara berjalan mengelilingi Ka'bah sebanyak 7 kali putaran secara fisik, tidak bisa dalam angan-angan atau mengelilingi gambar Ka'bah, atau replika Ka'bah," imbuhnya.
<img src=https://fazryan87.blogspot.com".jpg" alt="Masjidil Haram Membantah, 'Tidak Ada Inisiatif dari Kami Melancarkan Haji dan Umrah di Metaverse'">

Masjidil Haram Membantah

Wacana yang membuat kehebohan ini, akhirnya pihak Masjidil Haram di Makkah langsung membantah. Metaverse yang ramai disebut bisa untuk Haji virtual itu sebenarnya adalah pameran Hajar Aswad untuk memberikan pengalaman serasa berkunjung ke sana. "Tidak ada inisiatif dari kami melancarkan 'Haji dan Umrah di metaverse'. Ini adalah sebuah pameran Hajar Aswad di sebuah muzium di Makkah yang dikeluarkan dari konteksnya. Media harus bertanggung jawab dalam pelaporan dan mengambil informasi dari sumber otentik," tulis pihak Masjidil Haram via akaun Twitter Haramain Sharifain @hsharifain. [1] READ MORE Apa Itu METAVERSE dan Kontroversi Hadirkan Ibadah Haji Virtual

Sementara itu penjelesan tegas dari Sekretaris Lembaga Dakwah Khusus PP Muhamammadiyah, Faozan Amar, "Namun, jika haji metaverse dimaksud sebagai sarana wisata religi dan pembelajaran seperti kanak-kanak yang belajar manasik haji, maka boleh saja. Sehingga pada saat melaksanakan ibadah haji yang sebenarnya, diharapkan telah dapat memahaminya dengan baik dan benar," [Republika, 11/2/2022]
Metaverse lagi naik daun. Apalagi setelah Facebook yang kini bernama Meta menggelontorkan dana hingga 50 juta USD untuk meneliti Metaverse dan merekrut tak kurang 10 ribu karyawan baru di European Union untuk mengembangkan teknologi ini. [2]
Apa itu metaverse? Metaverse adalah ruang virtual yang saling terhubung. Di ruang tersebut, manusia bisa membuat dan menjelajah dengan pengguna lainnya, sekalipun secara fisik tidak berada di tempat yang sama.
Wacana haji metaverse menjadi heboh, kerana waktu tunggu haji yang begitu lama di beberapa negara Asia. Rata-rata nasional 26 tahun dan yang terlama 46 tahun! membuat orang mulai berimajinasi untuk melakukan ibadah haji di dunia virtual.
Namun, para ulama langsung mengeluarkan pendapatnya, Ibadah Haji metaverse tidak sah!
Gambaran haji di masa depan sudah sejak lama diwacanakan. Di antaranya seperti yang ditulis dalam buku “Mukjizat Sains dalam Al-Qur’an”, yang salah satu babnya secara khusus menuliskan “Haji Tahun 2200 Sebuah Telaah Futuristik”.
Digambarkan di tahun itu kuota haji mencapai 1 bilion (bandingkan dengan projek perluasan Haramain di zaman sekarang yang diharapkan boleh menampung 8 juta jamaah di musim haji).
Teknologi penerbangan sudah memungkinkan waktu tempuh menjadi semakin pendek. Jarak Kuala Lumpur-Jeddah diprediksi hanya 50 menit (serasa KL-Padang naik pesawat hari ini).
Mataf dan Mas’a (area thawaf dan sa’i) akan dibuat bertingkat, kalau sekarang baru 2 dan 3 tingkat, nantinya akan menjadi 100 tingkat.
Teknologi hologram akan digunakan supaya jamaah yang berada di tingkat 50 ke atas atau ke bawah tetap boleh melihat Ka’bah saat thawaf.
Demikian pula saat melakukan 'Istilam' (melambaikan tangan ke hajar Aswad saat memulai putaran baru). Dengan teknologi hologram, Hajar Aswad terlihat di mana posisinya.
Termasuk kubah tetrahedron yang akan dipasang di Arafah. Kubah ini penutupnya menggunakan material yang boleh mengkonversi energi matahari sehingga suhu boleh diatur kesejukan/kepanasannya.
Bahkan boleh diatur semirip mungkin dengan suhu udara saat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, melaksanakan wuquf di Haji Wada’. MasyaAllah!
Mungkinkah impian itu terwujud? Wallahualam bissawab, sebab di tahun 2200 dipastikan kita sudah tidak ada lagi di dunia.
Penggunaan teknologi dalam berhaji atau umrah adalah sebuah keniscayaan. Pengaturan jama’ah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi yang bisa sedemikian tertib selama masa pandemik salah satunya berkat kemajuan teknologi.
Setiap jama’ah diwajibkan meng-upload aplikasi yang telah ditentukan oleh pihak berkuasa Arab Saudi. Setiap aktiviti ibadah harus mendaftar terlebih dahulu melalui aplikasi tersebut.
Semisal mendaftar untuk melaksanakan umrah yang hanya diberikan sekali. Begitu mencoba mendaftar untuk kedua kali, otomatik akan ter-reject.
Begitupun pelaksanaan Shalat wajib yang hanya bisa dilakukan di lantai dua. Lantai dasar hanya untuk jama’ah yang terdaftar akan melakukan umrah saat itu.
Di Madinah begitu juga aturannya. Untuk boleh masuk Raudhah harus mendaftar terlebih dahulu dan hanya diberikan kesempatan sekali. Setelah itu, jangan berharap bisa masuk lagi.
Teknologi yang digunakan untuk pengaturan keamanan dan ketertiban jamaah seperti itu tentulah bermanfaat.
Berbeza dengan konsep metaverse yang hanya membawa manusia ke dunia maya tanpa perlu menggerakkan badannya.
Semoga Allah Azza Wajalla mampukan kita semua untuk sempat menghidu wangi Ka’bah, meski hanya sekali seumur hidup, sebelum menutup mata. Biidznillah.💗
Source,
detik.com/science [1] www.uttiek.blogspot.com [2]

Editor ; Helmy Network

Ilustrasi Image, Doc, Helmy Network

#meta, #metaverse, #apaitumetaverse,#ibadahhajimetaverse, #haji, #ibadahhajivirtual,

VIDEO : 
ViralNow! Konsert Di Arab Saudi, Wahabi Asyairah dan Reform || #DrMAZA

No comments