PENGAKUAN KEMERDEKAAN INDONESIA BERBALUT UKHUWAH ISLAM

<img src="https://fazryan87.blogspot.com.jpg" alt=" PENGAKUAN KEMERDEKAAN INDONESIA BERBALUT UKHUWAH ISLAM">

PENGAKUAN KEMERDEKAAN INDONESIA BERBALUT UKHUWAH ISLAM

FORTUNA NETWORK-KUALA LUMPUR

"Are you Moslem?"

"Yes" Jawab keempatnya serempak, lalu saling bertatapan dan sontak tertawa.

"Well, then, Ahlan Wa Sahlan. Welcome," sahut petugas imigrasi yang bertampang dingin dengan kumis melintang itu.

Kairo, Mesir, 10 April 1947. Peristiwa itu begitu membekas dalam kenangan AR Baswedan, kakek(datuk) Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, saat mendampingi 'The Grand Old Man', @Haji Agus Salim, melakukan lawatan ke Mesir, setelah sebelumnya menghadiri Inter-Asian Relation Conference di New Delhi, India, dalam misi diplomatik memperkenalkan negara yang baru lahir, Republik Indonesia.

Kenangan itu ia tuliskan secara rinci dalam buku “Seratus Tahun Agus Salim”. Bagaimana mereka tertahan oleh petugas imigrasi di Airport Kairo tersebab pasport yang dibawa hanya berupa selembar kertas kecil yang telah lecek, bukan buku pasport seperti umumnya yang berlaku di dunia internasional.

Jawaban "Mision diplomatique dari sebuah negara baru di Asia bernama Republik Indonesia," yang disampaikan sebelumnya tak mempan (efektif, ampuh-editor) meloloskan mereka. 

Namun identiti sebagai Muslim yang tercirikan dari pakaian dan penampilan mereka membuat petugas imigrasi Mesir, membukakan pintunya, sekaligus menjadi awal terbukanya pengakuan kedaulatan atas Negeri yang berjihad selama 350 tahun untuk mengusir penjajah Belanda.

READ MORE;




Keempat tokoh yang tercatat dalam sejarah itu adalah Haji Agus Salim yang menjabat sebagai Menteri Muda Luar Negeri sekaligus Ketua Delegasi, AR Baswedan, Mr Nazir Pamoentjak (baca Pamuncak-editor), dan Prof DR HM Rasjidi (Rasyidi-yang pada waktu itu belum bergelar Prof DR). Surat-surat serta Naskah Proklamasi Kemerdekaan yang disertakan adalah hasil terjemahan ke dalam bahasa Arab oleh Prof DR HM Rasjidi.

Perjalanan itu merupakan kunjungan balasan setelah sebelumnya Muhammad Abdul Mun'im, Konsul Jendral Mesir di Bombay (Mumbay), India, datang ke Yogyakarta pada 13-16 March, 1947. 

Sebuah pesan penting dibawanya: "Liga Arab berdasar hasil sidang 18 November 1946 mengakui kedaulatan sebuah negeri dengan majoriti penduduknya Muslim sebagai sebuah negara yang baru berdiri berdasar ikatan keagamaan, persaudaraan dan kekeluargaan".

Rupanya ukhuwah sebagai sesama Muslim tak hanya meloloskan dari petugas imigrasi di airport, namun juga menjadi bagian dari keberhasilan misi diplomatik untuk pengakuan kemerdekaan Indonesia itu. 

Tiga puluh menit sebelum delegasi itu ditemui Mahmoud Fahmy El-Nokrashy Pasha, Perdana Menteri Mesir waktu itu lebih dahulu bertemu dengan Duta Besar (Dubes) Belanda untuk Mesir.

Dubes Belanda berpropaganda bahwa Republik yang baru berdiri merupakan hasil kolaborasi para ekstrimis dan fasis Jepang. Bung Karno dan Bung Hatta dalam proses akan diadili sebagai penjahat perang oleh sekutu.

Lagi-lagi persaudaraan sesama Muslim yang menyelamatkan republik yang baru berdiri ini, melalui jawaban yang diberikan PM El Nokrashy.

"Menyesal sekali kami harus menolak protes Tuan. Mesir adalah negara berdaulat dan sebagai negara yang berdasarkan Islam tidak bisa tidak mendukung perjuangan Bangsa Indonesia yang juga beragama Islam. Ini adalah ukhuwah dan tradisi bangsa Mesir yang tak dapat kami abaikan," tegasnya.

Dubes Belanda itu lalu meninggalkan ruangan dengan muka kecut, tulis AR Baswedan. Dan selanjutnya surat pengakuan kedaulatan itu ditandatangi. Negera Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kedaulatan Republik Indonesia.

Diikuti negara-negara Muslim lainnya, yakni Syiria, Lebanon, Yaman, Arab Saudi. Yang kesemuanya merupakan keberhasilan dari delegasi Agus Salim ke Timur Tengah.

Sejarah mencatat, kemerdekaan Negeri Indonesia ini diperoleh dengan darah dan air mata para Syuhada. Dan pengakuan kedaulatan pertama didapat dari  Negeri-Negeri Islam tersebab ikatan persaudaraan sesama Muslim.

Mengutip perkataan Prof DR Hamid Fahmi Zarkasyi, M. PHIL., dari Pesantren Gontor, “Kita harus mempunyai kesadaran tinggi bahwa Negeri ini dibangun oleh umat Islam. Kesadaran ini mulai hilang atau dihilang-hilangkan.” 

Dirgahayu Negeriku!

Penulis; IG @uttiek.herlambang

[Jakarta, 16/8/2021]

Editor, Helmy Network

Kredit Image by @uttiek.herlambang

VIDEO ; 

Investor & Pendatang China Semakin Sombong dan Biadab di Indonesia

No comments