Pengalaman Naniek S Deyang Selamat Dari Serangan Kritikal Covid Dan Keajaiban Sedekah
Pengalaman Naniek S Deyang, Selamat Dari Serangan Kritikal Covid Dan Keajaiban Sedekah
Prolog, Mantan Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Calon Presiden(Capres) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno(Capres-2019), Naniek S Deyang, menulis tentang pengalamannya saat kondisi kritikal serangan C0vid19 beberapa bulan lepas, Bismillah,
Saya tadinya tidak mahu menulis kondisi saya saat di ruang isolasi.Tapi mumpung saya insomnia dan waktu pas Jum'at dini hari maka saya akan bercerita keajaiban sedekah.
Saya yang hanya bisa terbaring lemah di ruang isolasi, bergerak untuk miring pun tidak mampu, sambil harus memakai masker (topeng) dari mesin oksigen dengan selang (hose) plastik besar. Di satu sisi kaki dan tangan penuh jarum (infus) berbagai macam obat. Di situ hanya saya dan Allah saja yng ada😭😭.
Meski dilarang menengok monitor yang menayangkan saturasi (oxygen saturation), detak jantung, nadi dll. Saya kerap berusaha untuk menengok, untuk memastikan berapa saturasi saya kalau dada terasa sesak.
Tidak ada yang bisa saya lakukan, jangankan shalat, untuk menggerakkan bibir pun susah, kerana bibir saya sudah luka terpapar oksigen yang terus menerus tidak lepas. Saat itu bulan puasa kemarin (Puasa 2021-editor).
Satu-satunya yang boleh saya lakukan adalah meraih handphone yang didekatkan perawat, dan menulis sepotong-potong kalimat, kerana menulis panjang tak mampu. Saat itu yang saya ingat, saya harus bersedekah (saya pribadi, bukan JMP), saya bilang ke Allah, "Ya Rab saya pernah membaca bahwa sedekah akan menolong hambaMU, hamba ingin janjiMu itu Ya Rab, meski hampir tiap hari bersedekah saya belum melihat janjiMu untuk hambaMu ini"...
Maka saya lantas berfikir, mungkin dalam kondisi susah seperti sekarang Allah justru menghendaki saya harus lebih banyak sedekah (di satu sisi posisi kewangan saya tidak lagi baik), saya tidak berfikir wang di ATM akan habis maka saya pun instruksi ke keluarga setiap hari mengambil wang saya (ATM dipegang ponakan) dan setiap hari memberi makan untuk berbuka puasa semua tukang becak dan kaum dhuafa di kota Madiun, Jawa Tengah, dan para Nakes (Tenaga Kesehatan-Frontliner-editor) di ruang isolasi.
Setiap hari saya minta dibelikan makanan dengan menu paling enak dan berganti -ganti menu untuk dibagikan ke mereka. MasyaAllah, saturasi yang tadinya dibawah 90, naik terus di atas 90 bahkan berhari-hari bisa sampai 100 meski memang saya masih dibantu alat mesin oksigen.
Harapan untuk hidup saya berlanjut makin membuncah, Saya makin meminta keluarga terus bersedekah dalam jumlah yang lebih banyak, dan semua para Nakes terkejut, Saya yang menolak pakai ventilator (saya harus tanda tangan), bisa peroleh saturasi di posisi di atas 95 sampai 100. Padahal di ruang isolasi saya termasuk kelas berat dan harus pakai ventilator (tapi saya menolak pakai ventilator).
READ MORE
Ebit Lew vs Nadir, featuring Caprice, Pertembungan Nilai Diantara Filantropis dan Aktivis
Sungguh Mulia, Salam Maaf dan Perdamaian yang Dimulakan Ustaz Ebit Lew terhadap Nadir al-Nuri, dan Bro Firdaus Wong
Saat malam Takbiran Hari Raya 'Idul Fitri 2021 ada kesedihan mendalam kerana saya masih terbaring di ruang isolasi. Meski berhari-hari saturasi saya sudah 100, tapi saya belum boleh keluar dari ruang isolasi, kerana harus diuji coba dengan bantuan oksigen dengan tekanan yang terus diperkecil. Maka untuk menghibur hati saya, Saya minta diantar wang cash, dan wang itu saat 'Idul Fitri saya bagi-bagi dari tukang sapu, OB (office boy) sampai ke semua perawat di ruang isolasi, kerana saya berfikir mereka sama sedihnya dengan saya, harus berlebaran di ruang isolasi bersama saya dan puluhan atau mungkin ratusan pasien covid lainnya. Saya juga minta semua Nakes di ruang isolasi diberi bingkisan Lebaran.
Tak hanya itu, dari ruang isolasi, saya juga instruksi keluarga untuk bagi THR (tunjangan hari raya-ampau-editor) dan bingkisan ke semua karyawan dan tetangga yang dhuafa, seperti saat saya sehat di rumah.
Saat Saya dinyatakan negative dan bisa pindah ke ruang HCU, saya minta keluarga terus bersedekah, hingga pindah di ruang biasa, dan sampai keluar di Hospital.
Dua hari sampai rumah, saya undang anak-anak yatim ke tempat usaha saya di Madiun (saya di dalam mobil kerana baru bisa duduk belum bisa jalan), untuk menyenangkan hati mereka (anak-anak yatim) dengan boleh mengambil apa saja yang ada di toko pakaian, dan retail milik saya, dan boleh makan sepuasnya di cafe milik saya juga.
Saat Saya sedekah "ugal-ugalan" tersebut, Saya hanya berfikir, Saya kalau sehat bisa mencari lagi, tapi kalau saya mati, Saya tidak bisa berbuat kebaikan.
Hingga hari ini Saya tidak pernah menghitung atau bertanya selama hampir dua bulan, berapa harta/wang yang sudah saya keluarkan untuk sedekah, kerana saat sakit yang berat itu, sejatinya Anda nanti akan mengetahui bahwa "harta itu tidak berarti", namun akan berarti saat kita bagikan, kerana akhirnya kita melihat "janji Allah ternyata benar"! Sedekah akan menyelamatkan kita!
Semua doktor setelah saya sembuh baru bilang, semua yang kondisinya seperti saya ternyata "lewat" atau tak terselamatkan, tapi saya yang kormobid darah tinggi, obesiti, dll, namun tanpa ventilator, Alhamdulillah diberi kesempatan Allah Subhanahu Wa Ta'ala untuk sembuh, meski hampir dua bulan harus meringkuk di Hospital. Saya bilang ke semua doktor dan Nakes, itu semua kerana kekuatan sedekah dan doa keluarga serta doa jutaan teman-teman di dunia maya dan nyata.🙏🙏😭😭😭.
Jangan takutkan hartamu habis, kerana saat sehat Anda masih bisa mencarinya bila hartamu habis. Namun bila sakit atau bahkan meninggal harta itu menjadi tidak ada artinya. Dan Alhamdulillah, saat recovery seperti saat ini, lagi-lagi Allah Ta'ala memberi kemudahan, kerana lagi-lagi menurut para doktor, Saya sangat cepat recovery dibanding pasien long covid lainnya atau pada umumnya.
Meski sekarang berat saya berkurang 20 Kg dan sangat hitam kerana berjemur matahari, saya sudah bisa shalat lima waktu dan shalat sunnah lainnya dengan berdiri, naik sepeda, berlari, dan jalan 700 meter setiap hari, dan tentu sudah aktif menulis lagi. Yang tersisa tinggal insomnia saja😌.
Ya Rab, kebenaran janjiMU bahwa "sedekah akan bisa menyelamatkan", Mohon maaf bila dini hari ini saya bagi ke teman-teman. Engkau Maha Tahu, ini bukan riya' tapi sebagai bentuk syiar saya agar kita bersedekah di saat sulit atau pun senang.
Catatan:
1. Sedekah tidak harus punya wang banyak atau kaya, sepiring nasi yang kita berikan ke orang yang memerlukan, InsyaAllah akan menolong kita.
2. Mukzijat sedekah juga pernah saya alami belasan tahun lalu, saat Ibu saya koma kerana salah obat di Hospital swasta di Madiun, Jawa Tengah, Saya seperti kehilangan harapan. Entah kenapa tiba-tiba terbetik dalam benak saya untuk mentraktir tiap hari tukang becak di seputar Hospital dan tukang parkir, serta kaum dhuafa, di Restoran paling terkenal di Madiun yang tidak mungkin para Abang becak dll untuk membeli. Tiga hari berturut -turut saya bawa rombongan tiap pagi atau siang dan petang hari ke restoran tersebut, dan apa yg terjadi, Ibu yg diprediksi tak bisa tertolong, pada hari ketiga ba'da Isya' memanggil nama cucu lelaki di sebelahnya. MasyaAllah, Saya tidak pernah lupa peristiwa itu, keajaiban sedekah😭❤️.
3. Entah sudah ratusan, bahkan ribuan kali Allah menolong saya dari yang kecil sampai besar, kerana saya ikut menolong hambaNYA yang memerlukan. Itu yang membuat saya tergila -gila sedekah, bahkan dulu di tahun 2000-an sampai saya undang Ustaz Yusuf Mansur saat Ulang Tahun saya untuk bercerita keajaiban sedekah, dan saat saya dirikan JMP (NGO-Jaringan Merah Putih) motivasi saya selain bisa menolong orang lebih banyak, bisa mengajak teman-teman untuk "menikmati" kebesaran Allah Azza Wajalla lewat keajaibanNYA.
4. Sedekah itu sebetulnya bukan hanya menolong orang lain, tapi menolong diri kita sendiri.
5. Saya di rawat di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Soedono, Kota Madiun, kerana kebetulan pas saya kena covid, posisi saya lagi pulang kampung di Madiun, Jawa Tengah.[hsz]
Sumber: fb/Naniek S Deyang (Juma'at 23 July 2021)
Editor, Helmy Network
Kredit Photo; Nanik S Deyang (Lamhot Aritonang/detikcom)
Image ke-2; Ebit Lew Channel Telegram.
@ Syeikh Muhd Zainul Asri
No comments
Post a Comment