It's getting hot! Myanmar Coup & Pertarungan Ekonomi Politik China-India


<img src="https://asiaspotlight.blogspot.com.jpg" alt=" It's getting hot! Myanmar Coup & Pertarungan Ekonomi Politik China-India">

It's getting hot! Myanmar Coup & Pertarungan Ekonomi Politik China-India

KUALA LUMPUR-- Sekumpulan para demonstran melambaikan spanduk dan meneriakkan slogan "anti-kudeta" di bandar kedua Myanmar, Mandalay pada hari Khamis (4/2/2021) dalam protes jalanan pertama menentang kudeta yang dilakukan kelompok Militer Myanmar.

Diberitakan Reuters, sebuah video di Facebook menunjukkan sekitar 20 orang di luar University Kedoktoran Mandalay. Salah satu spanduk bertuliskan "Rakyat memprotes kudeta militer".

"Pemimpin kami yang ditangkap, lepaskan sekarang, lepaskan sekarang," teriak para pengunjuk rasa.

Tentara Myanmar merebut kekuasaan pada hari Isnin (1/2/2021), menggulingkan pemimpin terpilih yang populer Aung San Suu Kyi, yang ditahan dan sekarang menghadapi kemungkinan dakwaan atas pelanggaran import atas dugaan kepemilikan enam walkie-talkie yang tidak sah dan pelanggaran dalam pemilu.

Kudeta ini dilakukan setelah berhari-hari ketegangan meningkat antara pemerintah sivil dan junta militer. Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Aung San Suu Kyi sebelumnya meraih kemenangan gemilang dalam Pilihanraya 8 November 2020 lalu, pemilihan yang dianggap bebas dan adil oleh pengamat internasional sejak berakhirnya kekuasaan militer langsung pada tahun 2011.


<img src="https://asiaspotlight.blogspot.com.jpg" alt=" It's getting hot! Myanmar Coup & Pertarungan Ekonomi Politik China-India">

Myanmar berpotensi menjadi “Afghanistan kedua” dalam pertarungan ekonomi politik China dan India.


Jika cengkaman politik India tersingkir di Afghanistan oleh aliansi-pakatan China-Rusia kerana absennya (ketidak-hadirnya) keterlibatan New Delhi dalam proses negosiasi politik, potensi sama akan terulang di Myanmar.

Jauh sebelum Pilihanraya Myanmar, India telah berencana menjadikan Myanmar bagian dari kebijakan Indo-Pasifik  dan merintangi negara itu dari cengkeraman RRChina Komunis.

India adalah pendukung utama politikus Suu Kyi dan gagasan militer-sivil sebagai transisi demokrasi di Negara Myanmar.

India adalah pihak yang paling menyambut kemenangan Suu Kyi dan Parti NLD dalam pilihanraya November 2020.

Mengapa? Salah satunya kerana militer sudah sangat dekat dengan Regime RRChina Komunis dan kemenangan Suu Kyi dapat menjauhkan Myanmar dengan RRChina.

Dan jika tarik lebih dalam, China adalah pesaing ekonomi India di kawasan: salah satu alasan yang membuat India memilih keluar dalam negosiasi RCEP.

RCEP dilancarkan pada 2012 adalah Kerjasama Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP). Antara 15 negara Asia-Pasifik. Mereka adalah 10 negara anggota ASEAN, bersama dengan China, Japan, Korea Selatan, New Zealand, dan Australia.
India sedianya akan menandatangani tetapi menarik diri pada tahun 2019 lepas. Menurut India, Perjanjian Dagang RCEP yang katanya hanya menguntungkan China

Perjanjian yang ditandatangani secara virtual pada Ahad (15/11/2020) ini dipandang sebagai cara China dalam memperluas pengaruh dan dominasinya terhadap perdagangan Asia.

Negara RRChina sejatinya berbagi perbatasan dengan Myanmar sepanjang 2.100 km, China adalah "Abang besar" bagi Myanmar yang terlibat dalam hampir semua spektrum Myanmar: ekonomi, politik domestik, pembangunan hingga dialog dengan kelompok etnik.

Bantuan India, yang sebagian besar dalam bentuk hibah sebesar USD1,4 bilion kepada Myanmar, sangat kecil jika dibandingkan China dengan USD3,5 bilion di China, meski sebagian besar dalam bentuk pinjaman.

Institut Strategi dan Kebijakan yang berbasis di Yangon, Myanmar telah menghitung setidaknya 34 projek yang didukung China, bernilai sekitar USD24 bilion, di berbagai tahap pembangunan, termasuk tambang emas dan projek pembangkit letrik tenaga air.

Projek andalan Beijing di bawah Belt Road Iniative adalah Koridor Ekonomi China-Myanmar (CMEC) sepanjang 1.700 km (terdiri dari 38 projek di mana sembilan di antaranya sudah disetujui).

CMEC mengemas projek infrastruktur yang menghubungkan Provinsi Yunan China, dengan pelabuhan laut dalam strategis Kyaukphyu di Provinsi Rakhine, yang akan memberikan akses ke Teluk Benggala.

Yunan juga terintegrasi dengan Myanmar Utara hingga Mandalay.

CMEC senilai USD100 bilion, yang mencakupi pembangunan Bandar Baru Moden Yangon senilai USD8 juta mungkin akan melebihi Koridor Ekonomi China-Pakistan dalam jangka panjang.

Bagi Beijing, Myanmar menawarkan pintu gerbang strategik ke Samudra Hindia, dan merupakan sumber mineral, kayu, dan sumber daya lainnya.

Sebaliknya, India sudah keterlaluan menetapkan Myanmar sebagai lokus-point kebijakan Act East India.

Berbicara di Konfrensi Tingkat Tinggi(KTT) ASEAN-India, PM India Narendra Modi mengataka Ada banyak kedekatan antara 'Indo-Pacific Oceans Initiative' India dan 'Outlook on Indo Pacific' ASEAN. PM Narendra Modi sangat yakin 'ASEAN yang Kohesif-bersatu dan Responsif' sangat penting untuk keamanan dan pertumbuhan bagi semua di kawasan. ”

Tapi berbeza dengan Belt Road Iniative-nya China, connectivity India melalui Myanmar banyak terhambat akibat konflik Rakhine @Etnik Muslim Rohingya.

Apakah Regime RRChina Komunis tidak menghadapi hal yang sama? Sama.Tapi China selangkah lebih maju dengan terlibat sebagai host diplomasi Myanmar-Bangladesh untuk pemulangan Etnik Muslim Rohingya.

Langkah ini persis dilakukan dengan China yang terlibat dalam dialog Kumpulan Taliban dengan Pemerintah Afghanistan di mana India absen-tidak hadir disini.

Kebelakangan ini India melakukan yang sama, selama kunjungan terakhirnya ke Myanmar pada bulan Oktober 2020, Menteri Luar Negeri India Harsh Vardhan Shringla telah membahas masalah Etnik Muslim Rohingya dengan Suu Kyi.

Tapi lagi-lagi di sini kecerdikan Regime RRChina Komunis. Beberapa jam sebelum pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk membahas kudeta Myanmar, China mengatakan bahwa pihaknya sedang bernegosiasi dengan semua pihak yang terlibat terkait kudeta militer.

"Setiap langkah yang dibuat oleh komuniti internasional harus membantu Myanmar membawa stabiliti politik dan sosial, membantu menemukan solusi damai dan menghindari konflik lebih lanjut,"
kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin saat konferensi pers di Beijing.

Jika seperti ini, pernyataan pakar China, Yun Sun dari Stimson Center menjadi menarik untuk melihat arah foreign policy China.

"Strategi China selalu, 'Kami akan bekerja dengan siapa pun yang berkuasa.'” ucap Yun Sun.[hsz]

Article Adaptation & Courtesy to; www.suaradarussalam.id

Rep & Editor; #Ryan Schneider
Kredit Image; 
www.cnbcindonesia.com

Sat, 6 Februari 2021

No comments