Di Balik Makna Kalimat Insya Allah yang Sering Disalah-fahami


<img src="https://asiaspotlight.blogspot.com.jpg" alt="Di Balik Makna Kalimat Insya Allah yang Sering Disalah-fahami">

Di Balik Makna Kalimat Insya Allah yang Sering Disalah-fahami

"Insya Allah, sering diterima dan dipakai begitu saja tanpa menyesuaikan makna dan penggunaan yang seharusnya".


KUALA LUMPUR -- Kalimat dan ucapan Insya Allah yang secara harfiah berarti "Jika Allah Ta'ala Berkehendak", 
“Jika Allah Ta'ala Menghendaki” atau "Jika Allah Mengizinkan" atau boleh juga dimaknai "Dengan Izin Allah Ta'ala" ianya, berasal dari tradisi ummat Islam ketika diminta melakukan sesuatu perkara di waktu yang akan datang.
Tradisi ini sebenarnya berasal dari kitab suci Al-Quran yang melarang seorang Muslim
"mengatakan pasti akan melakukan sesuatu hal di waktu yang akan datang".

Hal ini disebabkan dalam agama Islam waktu yang akan datang itu masih merupakan rahasia Allah Azza Wa Jalla dan tak ada seorangpun yang mengetahui apa yang akan terjadi kecuali Allah Azza Wa Jalla. Dengan mengatakan Insya Allah maka seorang Muslim tidak mendahului kehendak Allah Ta'ala dan berarti semua rencananya boleh dilakukan jika Allah Ta'ala juga berkehendak demikian.[1]

Oleh yang demikian, alasan itulah setiap kita dianjurkan mengucapkan Insya Allah saat berniat mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan masa depan, salah satunya dalam hal berjanji.

Dilansir dari NU Online, kata ini sering diterima dan dipakai begitu saja tanpa menyesuaikan makna dan penggunaan yang seharusnya.

Kata Insya Allah umumnya diucapkan untuk janji yang ber-potensi untuk dilanggar, komitmen yang tidak teguh, atau harapan yang tidak pasti.

Firman Allah Azza Wa Jalla, dalam Al-Qura'an, Surah al-Kahfi ayat 23-24 menyebutkan:

وَلا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا . إِلّا أَنْ يَشَاءَ الله

“Dan janganlah engkau mengatakan tentang sesuatu, ‘Aku akan melakukannya besok.’ Kecuali jika Allah menghendaki atau mengucapkan InsyaAllah.”

Dengan demikian, mengucapkan kata Insya Allah sesungguhnya bersumber dari perintah Al-Qur’an. Secara literal ia berarti “jika Allah Ta'ala Menghendaki”.

Ayat ini mengandung pendidikan bagi pengucapnya tentang pentingnya rendah hati. Tidak terlalu mengandalkan kemampuan pribadi karena ada kekuatan yang lebih besar dibanding dirinya.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:

وَلَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللهُ لَمْ يَحْنَثْ وَكَانَ دَرَكًا لَهُ فِيْ حَاجَتِهِ.

“Seandainya ia mengucapkan, 'Insya Allah'. Niscaya ucapannya itu bisa menjadi penyebab terkabulnya keinginannya.” [2]

Ok, Akhir-akhir ini kalimat InsyaAllah kembali dibahas dan malah sengaja diviralkan untuk menjadi perdebatan di social media. Apalagi setelah sempat ramai diperbincangkan saat Presiden Amerika Syarikat @ Joe Biden menyebutkan kalimat Insya Allah dalam debat Pilpres Amerika Syarikat(AS) 2020 ketika menjawab pertanyaan Donald Trump terkait pajak @tax.

Perdebatan di social media tersebut, bukan soal Joe Biden mengucapkan kalimat InsyaAllah, tetapi tentang isu lama yang sengaja dipanas-panaskan oleh kaum munfik & liberal tentang "Kita tidak seharusnya menulis dengan susun kalimat Insya Allah" Kata mereka ini bermakna "Mencipt*kan Allah"(Na'uzubillahi min zaalik) 

Tetapi menurut mereka, Anda harus menuliskan begini; " In Shaa ALLAH" dengan menjarakkan ayatnya. Sungguh tolol mereka-mereka yang mahu diperbodohkan oleh puak munafik dan liberal ini!!

Ok, kita lanjutkan bahas dengan ilmu-kefahaman yang jelas,

1) Kalimat Insya Allah, dalam tulisan asli dalam bahasa 'Arab nya;
  
إن شاء الله tiga longgok kalimatnya;
Ada ayat "in", ada "sya-a" (fi'l al madhiy dalam ilmu Nahu-Saraf Orang Arab) dan yang ketiga ayat "Allah" yang barisnya dengan 'dhammah' (di depan).  Huruf "syin) itu ada yang menuliskanya dengan "sy", Ada pula dengan "sh".
Maka, orang yang menuliskan "syin" dengan "sh", Maka huruf ص ditulihnya juga dengan "sy".

2) Kalau  أنشاء الله  Itu ayatnya hanya dua longgok; "ansya-a" yang berupa  "di'l al madhiy" dan ayat Allah yang barisnya "fat-hah" (baris di atas).

Jadi, kalau ada yang menyuruh menuliskan huruf  ش dengan sh ataupun dengan sy, Tidak mengapa, terserahlah. Yang penting jangan dibolak-balik.

So, kalau kalimat/ayat yang kedua itu (أنشاء الله )
Artinya memang "Dia manjadikan Allah", Anda perlu faham tidak akan ada orang Islam khususnya yang akan mambaca serupa itu kan, Entah-entah ya, Anda mungkin orang sakit otak. Betapapun kafirnya dan degilnya, bengkengnya orang-orang Musyrik dahulunya. Tetap mengakui bahawasanya Allah Azza Wa Jalla yang menjadikannya, Tidak ada mereka yang mengakui yang manjadikan Allah.

Jadi, yang penting Anda baca dengan bunyi  'ش'  Walau bagaimanapun Anda cara menuliskannya  sama ada dengan kalimat SY atau SH terserahlah.

Tapi kalau Anda baca dengan bunyi
walaupun dituliskan dengan sy-pun, Ini Anda termasuklah golongan galadia (bahasa Minang) namanya. Atau orang Kedah kata "Bodoh piang". Sebab belum ada Saya jumpa ditulis dengan kalimat إن صاء dalam Bahasa Arab.

Akhirul kalam, yang penting sangat, jangan sampai huruf  ش  ini dibaca dengan bunyi  س  saja, kerana sangat berbahaya, Anda akan lebih kafir pula dari pada yang kafir.

Jika dibaca dengan bunyi ش  artinya "Bila Allah Menghendaki atau Jika diizinkan Allah", Tapi, jika dibaca dengan bunyi س  saja,
Maka artinya "bila Allah cilak*" atau "bila Allah cingkah4k". (Na'uzubillahi min zaalik)

Inilah yang sangat2 perlu digaris-bawahi atau diingatkan, mambacanya sesuai dengan bunyi aslinya. Walaupun cara menuliskannya mengikut grammar-tatabahasa kita, Terserahlah.[hsz]
 
Rep & Author; 
#Ryan Schneider

Kredit imaga by kompasiana.com


References;

[1] kompasiana.com

[2] tirto.id

No comments