MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 4 Part 48]
MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 4 Part 48]
Cerbung (Cerita Bersambung) Horor, Humor, Komedi, Lucu, untuk hiburan para SahabatWAITING FOR GAMA
LANJUTAN CERBUNG KUNCEN
University of Airlangga
[Chapter 4 Part 48]
KULIAH LAGI...
FORTUNA MEDIA - Pengumuman "wanted" dari BPSDM Provinsi Jawa Timur (Jatim) membuatku terbelalak. "Dicari 30 calon penerima beasiswa S2 dari kalangan PNS." Keren nih!Persyaratanya cuma 2-L: lolos dan lulus. Lolos seleksi administratif dan lulus seleksi akademik. Hoho.. wani thok yen iki! Pokoke asal gak bayar, aku sih ayo saja. Jangankan seleksi, dua leksi juga berani!
Tak pakai lama, saya langsung menyambangi kantor BPSDM di Balongsari Tama, Tandes. Yang menemui namanya Cak Ramli. Hal pertama yang saya tanyakan adalah tempat kuliah.
"Ada UGM-nya gak, Cak?" tanyaku harap-harap cemas.
"Maaf, untuk periode ini belum. Kerjasama kami baru dengan Unair," jawab Cak Ramli. (UNAIR-Universitas Airlangga)
Duuh.. lemaslah saya. Hasrat pengen S2 di UGM (Universitas Gadjah Mada) yang sudah memuncak sampai ubun-ubun, turun lagi sampai dengkul (lutut).
Kenapa Pemerintah Provinsi(Pemprov) gak pilih UGM sih? Memangnya kurang keren? Lagian jurusannya juga jauh lebih lengkap daripada terminal Joyoboyo! Why? Why?
"Elemen pembiayaan beasiswanya gak ada living cost, Cak. Makanya kuliahnya kudu dalam kota Surabaya," jelas Cak Ramli.
Jelasnya, ini S2 paket hemat ya? Yang ditanggung cuma SPP thok thil! Dhuh, kok uripku-hidupku selalu dekat dengan Dasa Dharma Pramuka ya, hemat cermat dan bersahaja!
"Gak maksa kok, Cak. Kalau sampean gak berminat kuliah di Unair, ya cancel saja. Yang ngantri juga bejibun!" ujar Cak Ramli dengan bibir njegadhul.
Loalaaah.. kok tersungging, Caaak! Bukannya gak minat, cuma UNAIR plesetannya jauh banget dengan UGM. Kalau UNS kan bisa menjadi Ugm Nang Solo. Lha Unair? Mosok Ugm Nang Irabaya? Kan maksa banget! Jia ha ha ha..
Cekak cingkrangnya, saya memang kurang sreg ambil S2 di Unair. Apalagi jurusannya Manajemen Pemerintahan dan Politik Lokal, belok banget dari Ilmu Komunikasi yang saya pelajari di S1.
Jujur saya sukanya kuliah di komunikasi, kerana kata dasarnya adalah "muni", yang artinya "bersuara". Rame, ndes! Lha yang tersedia ini malah dekat-dekat "pulitik", yang "kalau kumpul itik-itik", alias saling gelitik. Keri, ndes!
Tapi konon kesempatan gak datang dua kali, kalau dua kali namanya remidi. Maka meski agak-agak sebel-kesal dengan njegadhulnya Cak Ramli, saya daftar juga. Kata pepatah, daripada tinimbang, lebih baik aluwung!
"Halah.. akhire ya gelem neng Unair. Gak konsisten!" kata Cak Ramli sambil tersenyum ngece.
Saya cuma bisa ngacungi kepalan tangan sambil mlerok. Salahmu dhewe, nyediani S2 kok gak bisa milih!
Wiik.. ternyata yang ikut seleksi 310 orang, dari seluruh Jatim. Ngono iku lo, arek pinter kuabeeh. Karena syarat IP-nya minimal harus 3.0.
Wah, abot ikih saingane! Moga saja pas tes nanti peserta lainnya pada kena kalamudheng, atau sawan pekok, sehingga otaknya sulit dibuat mikir, he he he...😁
BACA JUGA
Novel Collection
Novel @Horror, Mystery, Ghost, Fantasy & Romance
Entahlah, karena soalnya yang kegampangan, atau saya sedang kebejanen, kok tesku lancar jaya. Mungkin karena saya pakai formulanya Tarso: jawab dulu, mikir belakangan!
Yang mengagetkan, ternyata saya lulus seleksi akademik. Lebih mengagetkan lagi, dari 30 yang diterima, saya dapat ranking empat!
"Ampuh men, awakmu oleh lima besar," ujar Cak Ramli sambil menjep.
"Mbuh! Komputere error bekne!" jawabku sambil gantian menjep.
Harus dijawab lunas kemenjepan itu, agar tidak ketumanan! Ha ha ha... begitulah kata Pak Jeglek!
Kuliyah, meski bukan mikuli uyah, ternyata menyita tenaga dan waktu. Jika kemarin kerja di dua tempat saya sudah montang-manting, maka sekarang plus gabungan keduanya: monting!
Waktu santai di KP5 menjadi terpenggal. Gitaran yang biasanya menjadi agenda rutin, sekarang sangat jarang. Sampai-sampai Silikon menghardik, "Sinauuu terus! Iki lho, pita suaraku sampek membeku!"
"Halaah.. wong kamu nyanyinya juga cuma lagunya Gito Rollies yang serak-serak basah. Ilang basahnya tinggal seraknya!" ledekku.
Silikon nyengir kuda.
"Eh, tahu gak. Gara-gara kuliah pula, saya dipanggil Pak Ali, tapi saya gak jawab!" ujarku.
"Lho, kenapa?" tanya Fadil.
"Lha nama saya Gun, kok dipanggil Pak Ali, ya gak saya jawab lah!" jawabku sambil ngakak.
"Tambah suwe tambah lawas arek iki!" celetuk Cak Bambang sengol.
Tapi, saya memang beneran pernah dipanggil oleh Pak Ali, ditegur karena absen saya di PS terlalu banyak.
"Bagaimana ya, Pak.. kuliah saya kadang sore juga. Jadi ya bentrok dengan jadwal ngantor PS," kataku dengan wajah penuh dosa.
"Woooh, sampean kuliah lagi? Kok gak bilang saya. Kalau alasannya kuliah sih silahkan saja. Mau digarap kapanpun boleh. Di rumah juga boleh. Yang penting, saat deadline semua naskah sudah selesai," ujar Pak Ali sareh.
Duuhh.. saya sampai kehabisan kata-kata menghadapi kebaikan hati Pak Ali. Benar-benar PS diisi oleh orang-orang hebat yang berjiwa besar. Termasuk saya tentunya, he he he..
Gimana tidak berjiwa besar. Dulu pamit masuk PNS, boleh, bahkan didorong. Sekarang pamit nyambil kuliah, juga diizinkan. Malah diberi kelonggaran jam kerja. Kurang apa coba? Mungkin kalau saya pamit mbojo pun pasti gak cuma didorong, tapi malah dijongkrokke sak krungkepe!
Hanya sebagian kawan yang terkesan kurang setuju jika saya kuliah lagi. Tepatnya sih mempertanyakan relevansi antara keilmuan yang didapat dengan pekerjaan. Bahasa lincipnya ya link and match. Tapi karena yang nanya Sugeng, ya lain kalimatnya.
"Koen kuliah terus gae apa se, Gun? Nyatanya meski sampek S3, S4 bahkan Es Thung Thung, pekerjaanmu ya cuma ngedit naskah!" ujar Sugeng.
He he.. Iya juga ya. Faktanya memang begitu. Pendidikan gak selaras dengan pekerjaan. Kadang malah ada lulusan S2 yang nganggur. Tapi mosok takjawab, "Gae patut-patut, Geng." Kan gak pas, ndes!
"Ada alasanya kok mengapa saya kuliah lagi," kataku.
"Apa?" kejar Sugeng tak sabar.
"Di antaranya, ya biar awakmu komentar. Paham?" godaku.
"Waak.. koen iku!" potong Sugeng sambil njegigis.
Santai, ndes! Ngadepi orang seperti Sugeng memang harus setel kendor. Nyang Semampir tuku lentho. Tiwas dipikir areke mletho. Itulah Sugeng dengan segala ke-mbleset-annya!
Sebulan setelah saya resmi diterima di S2 UNAIR, tepat saat gajian, teman-teman PS sekonyong-konyong mengelilingi saya sambil menyanyikan "happy birthday to you".
"Selamat ulang tahun!" kata Silikon sambil menjabat erat tangan saya.
Segera saja kawan-kawan menyusul berebut menyalami saya sambil obral ucapan.
"Sik.. sik.. sik! Sing ulang tahun sapa?!" teriakku kaget.
"Koen! Semoga panjang umur dan sukses!" kata Cak Bam.
"Sik talah.. ultahku masih dua bulan lagi!" protesku.
"Gak bisa, pokoknya harus sekarang!" tandas Silikon.
"Yak apa se, mosok ultah dipaksa. Kan harus sesuai tanggal?!"
"Ya sudah, ultahmu boleh kapan saja, tapi makan-makannya sekarang. Kan bulan lalu saat keterima S2 belum syukuran!" jelas Fadil.
"Jiaambuuuuu!! Nagih mangan-mangan ae kakehan acara!" sungutku sambil menahan tawa.
Semua hanya terkakak-kakak sambil memegang perut pertanda.. lapar!
Baiklaaahh... Siang itu selembar WR Supratmanku pun terbang ke rombong bakmi Sarkawi.
Happy madhang to you! [hsz]
To be Continued...
Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh lihat disini linknya; Misteri Nusantara
Courtesy and Adaptation of Novels by, Nursodik Gunarjo
Editor; Romy Mantovani
Ilustrasi Image; Doc, Romy Mantovani #indonesia, #kuncen, #misterinusantara, #misterikuncen,
VIDEO;
No comments
Post a Comment