DR. ELLY WARTI MALIKI, MA 'Feminisme Dalam Perspektif Islam'


<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="DR. ELLY WARTI MALIKI, MA 'Feminisme Dalam Perspektif Islam">

DR. ELLY WARTI MALIKI, MA 'Feminisme Dalam Perspektif Islam'

Kata Pengantar,

Negeri Sumatera Barat yang dikenal dengan 'Ranah Minangkabau' memiliki berbagai Adat Budaya yang sangat dijaga kelestariannya. Minangkabau merupakan satu-satunya Suku Kaum /Etnik di Gugusan Nusantara ini yang menganut sistem “Matrilineal”. Maksudnya, setiap Anak yang lahir baik lelaki mahupun perempuan secara langsung akan menjadi anggota keluarga Suku Ibu, kerana di Minangkabau garis keturunan ditarik berdasarkan keluarga Ibu.

Mungkin pada era reformasi IT yang pesat, sejatinya sudah ramai masyarakat dunia dimana saja, sudah mengetahui dan mengenali Sistem Kerabatan Matrilineal tersebut yang menjadikan ciri khas tersendiri bagi Masyarakat Minangkabau yang membezakannya dengan Suku-Suku lain di Kepulauan Nusantara, ini yang membuat menariknya bagi Budaya Minangkabau.
Namun, dewasa ini budaya Minangkabau seperti telah kehilangan eksistensinya. Banyak generasi muda sudah mulai meninggalkan Budaya Minangkabau. Para generasi muda cenderung lebih peduli dan bangga dengan kebudayaan Asing yang bebas masuk di Ranah-Minang.
Disebabkan, bebasnya pengaruh informasi internet (IT), Media Sosial dan gaya hidup moden menjadi faktor utama yang mempengaruhi moral, etika, gaya, pergaulan dan cara berperilaku generasi muda.
“Inilah yang harus kita sikapi segera, untuk itu perlu dukungan dari berbagai pihak, seperti Pemangku Adat, Niniak Mamak, Bundo Kanduang, Alim Ulama dan Cerdik Pandai untuk membimbing bagaimana Anak-Kemenakan kita itu tidak terpesong jauh dari Agama Islam dan Adat & Budaya Pusaka Minangkabau" [1]
<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="DR. ELLY WARTI MALIKI, MA 'Feminisme Dalam Perspektif Islam">

Sementara itu satu Seminar bertajuk "Feminisme Dalam Perspektif Islam" telah diadakan di Universitas Darussalam (UNIDA) Putri di Daerah/Kecamatan Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada hari Juma'at, 11 Januari 2019

Seminar Feminisme Dalam Perspektif Islam tersebut yang dihadiri oleh sejumlah Mahasiswi dan beberapa orang Dosen/Pensyarah Universitas Darussalam (UNIDA) Putri. Dan tetamu khas adalah Dr Elly Warti Maliki yang telah menetap puluhan tahun di Arab Saudi.

Pada saat seminar telah diadakan sesi soal jawab oleh mahasisiwi dengan Dr Elly Warti Maliki seorang Cendekiawan yang juga berasal dari Daerah Minangkabau.

Tanya jawab;


Mahasiwi: Masyarakat Sumatera Barat/Minangkabau menganut Sistem Matrilineal dimana harta pusaka diwariskan kepada Anak-Perempuan. Bukankah ini bertentangan dengan Syariat Islam?

DR Elly: Di Sumatra Barai atau Ranah Minang ada (2) bentuk berkaitan Harta Warisan;

1. Dinamakan Harta Pusaka tinggi dan 2. Harta Pusaka Rendah. 


Pertama: 'Harta Pusaka Tinggi' adalah harta milik kaum kelurga yang diwariskan secara turun temurun dan tidak boleh digadaikan atau dijual kecuali kerana (3) hal :

1. 'Gadih gadang indak balaki'.(Anak Dara sudah dewasa tapi belum bersuami) Jika tidak ada biaya untuk menikahkan anak perempuan tersebut, sementara usianya sudah lewat (berangsur tua).

2. 'Mayik tabujua di ateh rumah'. (Jenazah ter bujur diatas rumah) Jika tidak ada biaya untuk mengurus jenazah yang harus segera dikuburkan.

3. 'Rumah Gadang katirisan'. (Rumah Gadang/Pusaka sudah rosak/lapuk)
Jika tidak ada biaya untuk merenovasi rumah gadang yang sudah rosak atau lapuk.



Harta ini tetap dibagikan kepada waris lelaki dan perempuan dalam bentuk "hak guna pakai bukan pemilikan mutlak". Tujuannya adalah untuk melindungi pihak yang lemah, biasanya kaum perempuan. Kerana itulah di Ranah Minangkabau tidak ada perempuan gelandangan, ataupun tidak memiliki rumah dan harta pusaka. Kerana tujuan perlindungan itu pulalah tidak ada perempuan Minangkabau yang menjadi TKW(Tenaga Kerja Wanita) di luar negeri. 

Sistem ini tidak brtentangan dengan Syariat Islam bahkan sangat sesuai dengan مقاصد الشريعة (tujuan syariat) itu sendiri, yaitu melindungi kaum yang lemah. Betapa cerdasnya Alim-Ulama Minangkabau pada zaman dahulu.

Kedua: 'Harta Pusaka Renda' adalah harta hasil pencaharian Ayah atau Ibu. Harta ini boleh diperjual-belikan dan boleh dibagikan sesuai aturan/undang-undang yang berlaku.

Mahasiwi: Apa hukumnya berdakwah melalui jalur entertainment, seperti lagu-lagu penyanyi Nisa Sabyan?

DR. Elly: Saya tidak menemukan نص صريح teks yang eksplisit (jelas-tegas) tentang masalah ini baik yang melarang ataupun yang memerintahkan. Berarti masalah ini termasuk dalam wilayah مباح (mubah-boleh).

 مباح
itu terbagi dua. Ada مباح لنفسه (mubah li-nafsih/boleh kerana memang asalnya boleh tanpa terkait dengan unsur waktu, ruang, situasi, kondisi dlsb). Misalnya makan dan minum. Ada مباح لغيره (mubah li-ghayrih/boleh kerana hal lain seperti tuntutan keadaan, waktu, ruang, situasi, kondisi dlsb) dalam rangka menjaga Agama. Misalnya lagu-lagu religi yang dapat menyentuh hati, meningkatkan keimanan dan semangat patriotik seperti lagu-lagu penyanyi Nisa Sabyan itu. Adapun lagu-lagu yang mengundang syahwat dan membangkitkan nafsu birahi maka hukumnya haram. 


Itulah diantara pertanyaan yang diajukan para Mahasiswi dalam seminar Feminisme Dalam Perspektif Islam yg dihadiri oleh sejumlah Mahasiswi dan beberapa tokoh Dosen/Pensyarah Universitas Darussalam (UNIDA) Putri di Mantingan, Jawa Timur.

P/S, Terima kasih UNIDA (Universitas Darussalam) yang telah menyambut kami dengan penuh kehangatan, khususnya DR. Zahrul Fata yang telah mmpertemukan Saya dengan طالبات جامعة دار السلام Semoga dimasa depannya UNIDA semakin jaya.
(
Elly Warti Maliki Jeddah, Saudi Arabia)

Article Adaptation & Courtesy to DR.Elly Warti Maliki
Editor; HSZ/FortunaNetworks.Com
Kredit Ilustrasi Photo ; 
Doc; Elly Warti Maliki
Referensi; [1] metrokini.com

No comments