MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 2 Part 38]

<img src="https://fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 2 Part 38]">

MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 2 Part 38]

Cerbung (Cerita Bersambung) Horor, Humor, Komedi, Lucu, untuk hiburan para Sahabat

WAITING FOR GAMA
LANJUTAN CERBUNG KUNCEN


MANTUL

FORTUNA MEDIA -  Ternyata, tak satupun pembimbing para gondes yang kenal Mbah Maido. Mereka hanya mengernyitkan kening saat nama Maido disebut. Rencana yang sudah mening-mening pun bubrah berantakan dalam sekejap.

"Saking tidak kenalnya, Pak Sarjono pembimbingku bilang, kalau Maido sudah menerbitkan buku boleh saja pendapatnya diacu untuk memperkuat landasan teori," kata Meyek dengan wajah sedih campur tertawa.

Bwa ha ha ha..! Apik tenan iki!

Jika Maido menulis buku, judulnya kalau bukan "Teknik Pisuhan yang Mantul" ya pasti "The Art of Maido". Dan itu gak mecing sama sekali dengan ruang lingkup penelitian para gondes!

Tapi itu kisah lalu. Sekarang empat gondes sedang menyusun bab II. Dan saya harus menghadapi empat penguji yang semuanya killer bin bikin jiper.

Jadwal ujian skripsiku sudah dilingkari di kalender oleh para gondes. Tidak mungkin tidak, mereka pasti sudah mempersiapkan upacara "pra wisuda" buat saya. Tradisi para gondes memang begitu. Celakanya, upacara itu biasanya nggapleki!

Tapi apa mau dikata, siap-siap menghadapi penguji lebih penting daripada mikirin gondes. Habis digarapi kawan sekruntelan gak apa-apa, daripada habis dibantai penguji. Maka saya gak pedulikan sorak-sorai para gondes ketika mengantarkan saya dengan selamat sentausa ke depan pintu gerbang ruang ujian.

"Semoga lulus. Taktunggu mangan-mangane, ndess!" teriak empat sekawan itu.

Ra kreatif blas! Sing dipikir kok mung mangaaaaan thok! Celetukku dalam batin.

Sama seperti saat konsul pertama dulu, para penguji Pak Djoko Sudibjo dan Bu Sofiah, juga tertawa saat membahas judul skripsiku. Halah.. wis mangga kersa pak, bu.. Mau diketawai, mau disenyumi, pokoke aku diluluske!

"Jadi.. apa alasan anda memilih judul skripsi ini?" tanya Pak Djoko segera setelah memulai ujian.

Lhaah.. kok sama pertanyaannya dengan saat saya konsul pertama dulu. Maka saya jawab pula dengan jawaban yang sama persis dengan yang dulu. 

Pal Mur dan Pak Sudihardjo selaku pembimbing II manyun. Mungkin beliau-beliau deja-vu dengan jawabanku. Tapi Pak Djoko malah manggut-manggut pertanda puas.

Giliran Bu Sofi, beliau malah mempertanyakan mengapa saya memilih pupuh tembang Asmarandana "Gegarane Wong Akrami" karya RM Ng Yasadipura sebagai pengantar skripsiku. Bukan penjelasannya, tapi saya disuruh menembangkan-(menyanyikan) macapat itu!

Syukurlah, saya termasuk 'manusia langka' yang masih lancar nembang Jawa. Tak merdu-merdu amat, tapi cukup untuk membuat para penguji melongo dan mengangkat jempol.

Acara ujian selanjutnya tak lebih sekadar ngobrol ngalor-ngidul seputar Majalah Panjebar Semangat yang saya promosikan sebagai majalah berbahasa Jawa terbesar di dunia.

"Kamu pinter bikin diksi. Ya iyalah terbesar di dunia... Memangnya di benua lain ada majalah berbahasa Jawa?!" komentar Bu Sofi terkekeh.


READ MORE;
HELMY NETWORK
Novel @Horror, Mystery, Ghost, Fantasy & Romance
The Story of The Prophet Muhammad SAW


Benar-benar ujian yang sangat cair. 

Dua jam kemudian, para penguji menyalami saya. Saya lulus dengan kategori memuaskan, dengan nilai skripsi 3,2. Boro-boro cumlaude, ndes.. bisa nembus di atas tiga koma saja sudah ngeden sampai meh kepentut!

Rampung ujian, saya tidak keluar melalui pintu bertanda exit, namun nylingker lewat ruang dosen. Setelah itu naik tangga ke aula, bablas lewat koridor ke Gedung FISIP 2. Dari sana saya naik colt kampus sampai gerbang utama, lanjut naik bus Sragenan menuju kos. Sampai kos tepar dengan wajah banar.

Sekira satu jam kemudian, pintu kamarku digedor-gedor. Ahihihi.. pasti para gondes sudah mencium keberadaanku inih.. 

"Ndladuukk.. bar ujian kabur begitu saja!!" teriak para gondes sambil berebutan masuk kamar dan ngruwesi aku. Tak lupa semua menyeprotkan telur mentah, air dan tepung kanji (sejenis tepung ubi) di kepala dan badanku sambil ngakak-ngakak.

"Ya wis lah.. aku pasrah, ndess! Arep mbok gawe roti ya aku pasrah.. Ha ha ha!" teriakku sambil memegang perut yang sakit kerana tertawa.

Saat wajah sedang cimot kayak badut itulah, tiba-tiba sesosok tubuh yang sangat aku kenal muncul di depan pintu.

"Lho.. Mbah...??!!" teriakku kaget. Ternyata yang datang Mbah Maido!

Ia hanya diam menatapku. Mengulurkan tangan ngajak salaman pun tidak!

"Gak ngasih selamat toh, mbah?" tanyaku.

"Raakkk! Lulus kan memang kewajibanmu!" ujarnya ketus.

"Lha trus sampean ke sini mau apa?" kejarku heran.

"Nanti malam, kamu berlima ke hikku!" katanya sambil ngunclug pergi.

Namanya diperintah juragan, ya dijabani. Malam itu para gondes formasi lengkap berbaris ke Maido. Sampai di TKP, tanpa pesan semua dibikinkan es teh, disediakan dua eksemplar naskuc (nasi kucing-nasi yg dibungkus kecil2), sate telur dan tahu-tempe obong.

"Iki syukurane Gundul! Cukup dihabiskan, trus tinggal pergi!"


"Gak bayar?" tanyaku.

Mbah Maido menggeleng.

"Mbah, untung sampean kan dikit. Kok diberikan ke orang lain?" ujarku haru.

"Kalau mau sedekah, jangan tunggu kaya. Kerana selamanya orang gak akan pernah merasa kaya! Sedekahlah dengan apa yang kamu miliki saat ini."

"Oh, ngono ta, Mbah?" 


"Lha iya! Kupingmu budheg atau gimana? Dari tadi dibilangi kok ra dhong!"

Bwahaha.. masuk... masuk!

BTW tengkyu, Mbah, traktirane!(traktirnya- belanjanya)
[hsz] 

To be Continued...

Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh lihat disini linknya;
  Misteri Nusantara  

Courtesy and Adaptation of Novels by, Nursodik Gunarjo
Kredit Ilustrasi Image; pinterest.com

#indonesia, #kuncen, #misteri, #misteri


VIDEO ; 

ViralNow! Penampakan Makhluk Ghaib Bermata Merah || Jin Penjaga Laut 👹 #MDRosdiHassan


No comments