MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 2 Part 33]

<img src="https://fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 2 Part 33]">
MISTERI KUNCEN Kisah Perjalanan Menggapai Menara Gading [Chapter 2 Part 33]

Cerbung (Cerita Bersambung) Horor, Humor, Komedi, Lucu, untuk hiburan para Sahabat

WAITING FOR GAMA
LANJUTAN CERBUNG KUNCEN


BERANI KERANA TAKUT
                                             
FORTUNA MEDIA -Terus terang, ingatan tentang "Kyaine"(Kyai-nya), terang terus dalam otakku. Entahlah, saya kok yakin, makhluk bernama Latin Panthera Pardus melas itu masih eksis di Dawungan. Soal itu panther betulan atau jajajaden (jadi-jadian), hanya sopir yang tahu!

Yang jelas, jejak kaki yang saya temukan di sumber air, meyakinkan saya bahwa itu bukan makhluk imitasi. Kerana kalau "lelembut" kan jalannya tidak ngambah lemah, bagaimana bisa keluar jejaknya? Eh, tentu selain yang jenisnya hantu jejak basah lo ya, seperti yang saya lihat di rumah Koh Swie tempo hari.

Tak cuma jejak, tengah malam suara ngauman juga kadang terdengar menggema di kejauhan. Walaupun tidak pernah dilaporkan ada penampakan, tapi itu lebih dari cukup untuk membuat para gondes men-cancel acara mandi ke belik. Takut di-say hello oleh Kyaine!

"Kalau diterkam sekalian sih jelas, Selesai! Lha kalau cuma diambus-ambus dari ubun-ubun sampai kaki, balik lagi ke ubun-ubun, tengkuk dijilat-jilat, lalu jempol kita diemut, kan nggilani-gila itu, ndess!" kata Juni dengan wajah mengkeret.

Kami tertiwi, pakai i, kerana dalam batin sungguh takut tak terkira.

Dan ketakutan itu menjadi sempurna, ketika esok paginya Lik Sono melapor ke Pak Polo bahwa semalam kambingnya ditemukan tewas dimutilasi di belakang rumah. Diduga keras pelakunya adalah oknum Kyaine.

"Lehernya putus. Dagingnya koyak di mana-mana. Perutnya bolong tapi isi perutnya dibiarkan utuh. Hanya jantungnya yang raib!" ujar Lik Sono dengan intonasi dihentak-hentakkan, biar yang dengar pada miris.

"W4gindul... horor tenan, ndes! Padahal waktu pembekalan KKN dulu gak ada pelajaran bagaimana tips dan trik menghadapi Kyaine!" keluh Setyo mewakili keresahan hati kami.

Walhasil, setiap habis Isya, pintu dan jendela pasti sudah digerendel dari dalam. Semua takut. Petromak-(Lampu gaslin) nyala kencar-kencar, namun tak ada yang berani keluar, selain simbahnya Pak Polo. Lelaki sepuh itu tetap saja ngeloyor pergi untuk ngerumpi rutin di rumah tetangga.

"Kok Simbah biasa saja, sih... Memange gak takut sama Kyaine?" tanya Ranti.

"Enggak!"

"Weh, apa alasannya, Mbah?" kejar Widi.

"Pertama, kerana Kyaine itu usianya lebih muda dari saya. Kalau lewat di depan saya, pasti dia akan permisi sambil menunduk. Kedua, Kyaine gak mungkin memangsa saya, kerana daging saya sudah alot. Dia sukanya anak-anak muda yang masih seger seperti sampean!"


Huasyeeem! Kok malah meden-medeni toh, Mbaaaahh...!

Di malam "jahanam" itu, sekira jam 02.00, saya malah kebelet pipis (buang air kecil). Wah, celaka tigabelas ini. Pasti gara-gara kebanyakan minum ais degan sore tadi. Mana kamar mandi jauh pula. Mahu mbangunin para gondes juga percuma, gak bakalan mereka mau ngantar.

Saat perut mblenet itulah, tiba-tiba timbul fikiran gokil saya. Di pojok dapur kan ada kandang sapi. Kenapa gak pipis di situ saja. Toh sehari-hari kandang itu baunya sudah pesing. Kalau cuma ketambahan beberapa cc, kan perbedaanya tidak signifikan.

Yup. Dengan PD saya melangkah ke dapur. Biar aman, lampu thinthir saya tiup. Sambil mengendap-endap dalam gelap, saya bergeser ke kandang dan langsung piss of curr di belakang sapi. Hhhh... Legaaaa...😅

Sedang bebersih dengan segelas air, tiba-tiba saya lihat sesosok tubuh melangkah tergesa-gesa menuju ke arah saya. Tanpa tengak-tengok, langsung... currrr! Eh, dia pipis juga, persis di seberang saya!

Untuk memberitahu bahwa ada temannya, saya dehem. Dia kaget, lalu ikut dehem juga. Akhirnya kami saling mendekat. Setelah tahu siapa yang barusan ngocor, saya ngakak.😂

"Laah.. ternyata Pak Polo toh?"

"He he.. iya. Mau pipis ke kamar mandi takut..," ujarnya tersipu.

"He he he... sama," sahut saya malu.

Pak Polo mengangkat jari telunjuk ke bibir. Isyarat agar tidak memberitahukan insiden cour de kandang itu ke siapapun. Saya mengangguk.

Esok harinya Mbok Yah kepreh-kepreh sambil curhat ke yang sedang masak. "Wah, sejak dikasih anggur kemarin, perasaan pipisnya sapi ini kok makin pesing ya?" 

"Iya, mbok. Saya juga merasakan bau yang sama," gerutu Retno sambil kipas-kipas hidung.

"Yah, namanya juga sapi. Asal ngocor saja semaunya. Dasar pi.. sapiii!" tandas Bu Polo.

Hampir saja saya komentar kerana merasa ter-sapi-kan, tapi Pak Polo yang sedang ngopi segera menyikut rusuk saya sambil mengedip-ngedipkan mata kayak lampu sein. Saya ngikik sambil lari ke kamar. Ora kuat, ndess!

Dampak dari takut berlebihan ternyata bisa membuat orang jadi berani. Buktinya, para gondes akhirnya berani mandi di sumur Koh Swie. 

"Daripada diemut macan, ya lebih baik mrinding disco bareng-bareng," kata Setyo. 

Pintarnya, waktu mandinya dipilih jam 15.00, saat matahari masih mentrong-mentrong. Ya, mana ada hantu praktik prematur jam segitu. Itupun, berangkatnya ke sumur seperti turis, yen, metu baris (pada berbaris). 

Jiahaha! Sak karepmu lah, ndes! Yang penting isa adus dengan NKKBS, Norma Kuliah Kerja Bahagia Sejahtera!

Kenekatan para gondes mandi dan mencuci di sumur Koh Swie ternyata berdampak positif. Tempat yang semula favorit untuk uji nyali, dalam satu hari saja sudah ramai kembali. Antrean warga yang mau mengambil air mengular lagi. Saya yang biasa mandi malam pun jadi sering tidak kebagian air!

Urusan mandi beres, tubuh pun wangi. Tapi suasana malam tetep saja kekes. Berita Kyaine yang tak henti mengeksekusi ternak warga, membuat para gondes memilih mancal sarung sejak sore. Kalaupun melek, ya paling main domino memperebutkan trofi Polo Cup, dengan hadiah dikalungi sandal bagi yang kalah!

Sementara aktiviti luar ruang, praktis berhenti total di malam hari. Kenduri dan musdes yang biasanya digelar habis Isya, jadwalnya terpaksa diubah jadi siang. Bahkan ceki di acara hajatan dan kematian, dibatasi hanya sampai magrib. Tidak hanya itu, kerja bakti di siang bolong pun kalau lokasinya di tempat yang agak rimbun, yang hadir cuma dikiiiiit...

"Wah, kalau begini terus, bisa gak tercapai nih target KKN (kuliah Kerja Nyata-semacam graduet praktikal di Malaysia)
. Gimana kalau kita sewa pemburu untuk menghabisi Kyaine?" usul Setyo, sang Kordes.

"Setuja-setuju saja, sih. Cuma duit siapa yang mau dipakai untuk nyewa?" celetuk Juni.

Yasalaaam.. Gak di kampus, gak di kos, gak di KKN, kok saya ketemunya sama mahasiswa Fakulti Ekonomi, Jurusan Ekonomi Lemah, Program Studi Tekanan Ekonomi. Kereee, kereee!

READ MORE;
Misteri Nusantara
Novel Collection
Novel @Horror, Mystery, Ghost, Fantasy & Romance


Pucuk dicinta ulam tiba. Dua hari kemudian, Desa Dawungan mendapat "jatah" seorang Babinsa. Namanya Mas Mugi (maaf, saya samarkan). Orangnya tegas, berkulit legam, dan berpostur agak pendekar--pendek tapi kekar.

Kedatangan Mas Mugi benar-benar membangkitkan moral kami. Melihat seragam ABRI-Angkatan Bersenjata RI (kini TNI) dan senapan Garand M-1 yang disandangnya saja, kami sudah ayem. Apalagi Mas Mugi konon juga pemegang sabuk hitam karate. Sip lah! Bisa jadi bodyguard kami semua!

"Jadi benar bahwa di sini ada harimau berkeliaran?" selidiknya saat pertama memperkenalkan diri ke team KKN.

"Iya, mas. Kyaine, bukan harimau. Di sini gak boleh bilang harimau," ralat Setyo.

"Lha tadi kok masa' bilang harimau, gitu?"

"Eh, iya ding..," Setyo meringis.

"Katanya di desa ini juga masih banyak tempat angker ya?" 

"Benar, Mas."


"Hmm.. baiklah. Kita waspadai bersama ya!" katanya sambil mengajak salam komando. Jos! 


Harapan kami, Mas Mugi akan segera mengajak Hansip (Pertahanan Sipil-semacam RELA di Malaysia) yang bermental baja dan bernyali beton untuk berpatroli di malam hari. Syukur-syukur mau mencari keberadaan Kyaine, sang penebar resah, yang menurut desas-desus bersarang di bukit Watu Tumpuk Dusun Tretes. Tapi hingga tiga hari, hal itu tak juga dilakukannya.

"Saya masih meriang," alasannya.

Malam itu, seperti biasa, saya hendak menjalankan "rutinitas" di kandang sapi. Saat melintasi dapur, tiba-tiba... Dor! Dor! Dor! Terdengar rentetan tembakan dari arah kamar Mas Mugi. Saya hampir terjengkang, saking kagetnya!

Kontan saja seisi rumah berhamburan keluar kamar. Bahkan para lelaki sedusun pun datang berbondong-bondong ke rumah Pak Polo sambil membawa senjata lengkap.

"Rasanya saya menembak sesuatu. Di bawah pohon asem sana!" ujar Mas Mugi dari balik jendela sambil menggigit bibir.

Semua orang berlari ke arah pohon asem sambil siap senjata. Sampai di tempat, semua terkekeh-kekeh. Ternyata yang diberondong Mas Mugi hingga compang-camping adalah kain jarik milik Bu Polo yang sedang dijemur!

"Waduuh... Saya kira macan-(harimau). Habis loreng dan bergerak-gerak sih," desis Mas Mugi membela diri.

Malam berikutnya, sekitar jam 03.00, tiba-tiba Mas Mugi nongol di pintu kamar gondes KKN sambil meringis. 

"Sudah gak tahan, nih! Ayo antar saya ke air!" ujarnya sambil tangan kanannya menggandeng lengan saya erat-erat dan tangan kiri memegang "Garand" kesayangannya.

Sampai di kamar mandi, Mas Mugi saya suruh masuk duluan, tapi ia menolak keras.

"Pipis bareng saja ya, takut nih!" bisiknya.

"Loalaaah.. tibake ketan pule campur jewawut. Badan gede tapi penakut!"

Sida anggar tenan iki mengko, ndess!! 
[hsz] 

To be Continued...

Untuk Anda yang belum baca siri cerbung yang sebelumnya,
Anda boleh lihat disini linknya;
  Misteri Nusantara  

Courtesy and Adaptation of Articles by, Nursodik Gunarjo
Kredit Ilustrasi Image; pinterest.com
______

NOTES;
*BABINSA atau singkatan dari Bintara Pembina Desa TNI-AD adalah satuan teritorial yang paling depan di TNI AD.(Tentara Nasional RI-Angkatan Darat)

Mengapa terdepan? Kerana Babinsa secara langsung berhadapan dengan masyarakat.

Secara langsung Babinsa juga ada di bawah Komando Rayon Militer, serta bagian dari Komando Distrik Militer. yang bertugas melaksanakan Pembinaan Teritorial (Binter) di wilayah pedesaan/kelurahan.
Babinsa dijabat oleh seorang Bintara/Tamtama TNI berpangkat Koperal Satu,
 sampai dengan Sersan Mayor (Sarjan Major)

VIDEO ;

KISAH SER4M! TERT4NGKAPNYA SOSOK DIHORMATI MASYARAKAT LAKUKAN RITUAL PESUGIHAN M4KSIAT || PART-1


<

No comments