20200403

The Story Of Abu Nawas 'Legitimacy & Conspiracy Kebohongan Versi Abu Nawas'

<img src="fazryan87.blogspot.com.jpg" alt="The Story Of Abu Nawas 'Legitimacy & Conspiracy Kebohongan Versi Abu Nawas">

The Story Of Abu Nawas 'Legitimacy & Conspiracy Kebohongan Versi Abu Nawas' 

PROLOG.

ABU NUWAS @ ABU NAWAS( Wafat-814) adalah salah seorang penyair Arab klasik termasyhur & seorang wira kebudayaan yang muncul beberapa kali di Kisah Seribu & Satu Malam (who appears several times in the Thousand and One Nights). Dia telah dijual oleh ibunya yang miskin & diambil oleh seorang peniaga grosir ke Baghdad, ibukota kekayaan Khalifah Abbasiyah. Terputus dengan nostalgia tradisi-tema Arab padang pasir, Abu Nuwas menjadi terkenal dengan puisi-puisinya tentang kehidupan bandar & cinta: humor, sikap tidak sopan, se&s, & wain. Di Afrika Timur, dia muncul sebagai Abunuwasi, seorang penipu yang membalaskan kemiskinan kepada orang-orang tamak (a trickster who avenges the poor against the greedy).
Al Kisah, Abu Nawas berjalan di tengah pasar, sambil melihat ke dalam topinya, lalu tersenyum bahagia. Orang-orang pun heran, lalu bertanya;
“Wahai saudaraku Abu Nawas apa gerangan yang engkau lihat ke dalam topimu yang membuatmu tersenyum bahagia?”
“Aku sedang melihat Syurga yang dihiasi barisan Bidadari.” Kata Abu Nawas dengan ekspresi meyakinkan.
“Coba Aku lihat?” Kata salah seorang yang penasaran melihat tingkah Abu Nawas.

“Tapi Saya tidak yakin kamu bisa melihat seperti apa yang Saya lihat.” Kata Abu Nawas.

“Mengapa?” Tanya orang-orang di sekitar Abu Nawas yang serempak, kerana sama-sama semakin penasaran.

“Kerana hanya orang beriman dan shaleh saja, yang bisa melihat Syurga dengan Bidadarinya di topi ini.” Kata Abu Nawas meyakinkan.

Salah seorang mendekat, lalu berkata; “Coba Aku lihat.”

“Silahkan” kata Abu Nawas”

Orang itu pun bersegera melihat ke dalam topi, lalu sejenak menatap ke arah Abu Nawas, kemudian menengok ke orang di sekelilingnya.

“Benar kamu, Aku melihat Syurga di topi ini dan juga Bidadari. Subhanallah!” Kata orang itu berteriak.

Orang-orang pun heboh ingin menyaksikan Syurga dan Bidadari di dalam topi Abu Nawas, tetapi Abu Nawas mewanti-wanti @ memberi amaran, bahwa hanya orang beriman yang bisa melihatnya, tetapi tidak bagi yang kafir.

Dari sekian banyak yang melihat ke dalam topi, banyak yang mengaku melihat Syurga dan Bidadari tetapi ada beberapa di antaranya yang tidak melihat sama sekali, dan berkesimpulan Abu Nawas telah berbohong. Mereka pun melaporkan Abu Nawas ke Raja, dengan tuduhan telah menyebarkan kebohongan di tengah masyarakat.

    READ MORE
THE STORY OF JAPAN "Tradition of Throwing Old People Into The Forest"
Sang Director Yang Kaya Raya Tapi,Tidak Bahagia

INILAH KUNCI AWAL PERTOLONGAN ALLAH AZZA WA JALLA, TERHADAP SITUASI BERAT KAUM MUSLIMIN



Akhirnya, Abu Nawas dipanggil menghadap Raja untuk diadili.

“Benarkah di dalam topimu bisa terlihat Syurga dengan Bidadarinya?”
“Benar Paduka Raja, tetapi hanya orang beriman dan shaleh saja yang bisa melihatnya. Sementara yang tidak bisa melihatnya, berarti dia belum beriman dan masih kafir. Kalau Paduka Raja mahu menyaksikannya sendiri, silahkan..” Kata Abu Nawas.

“Baiklah, kalau begitu Saya mahu menyaksikannya sendiri.” Kata Raja.
Tentu, Raja tidak melihat Syurga apalagi para Bidadari di dalam Topi Abu Nawas. Tapi Raja lalu berfikir, kalau ia mengatakan tidak melihat Syurga dan Bidadari, berarti ia termasuk tidak beriman.

Akibatnya bisa merusak reputasinya sebagai Raja. Maka, Raja itu pun berteriak girang: “Engkau benar Abu Nawas, Aku menyaksikan Syurga dan Bidadari di dalam topimu ".

Rakyat yang menyaksikan reaksi Rajanya itu, lalu diam seribu bahasa dan tak ada lagi yang berani membantah Abu Nawas. Mereka takut berbeda dengan Raja, kerana khawatir dianggap dan di cap kafir atau belum beriman.

Akhirnya, konspirasi kebohongan yang ditebar oleh Abu Nawas, mendapat legitimasi dari Raja. Boleh jadi, dalam hati, Abu Nawas tertawa sinis sambil bergumam; " beginilah akibatnya kalau ketakutan sudah menenggelamkan kejujuran, maka kebohongan pun akan merajalela ".

Ketika keberanian lenyap dan ketakutan telah menenggelamkan kejujuran, maka kebohongan akan melenggang kangkung sebagai sesuatu yang “benar.”

Ketakutan untuk berbicara jujur, juga kerana faktor gengsi @ prestige/ dignity.  
@prestige/dignity dianggap belum beriman, atau dengan alibi/alasan lainnya. Padahal, label gengsi itu hanyalah rekayasa opini publik yang dipenuhi kebohongan.

Kepercayaan diri sebagai pribadi yang mandiri untuk berkomitmen pada kebenaran berdasarkan prinsip kejujuran, telah dirontokkan oleh kekhawatiran label status yang sesungguhnya sangat subjektif dan semu.

Kecerdikan konspirasi (kebohongan) opini publik Abu Nawas, telah menumbangkan kebenaran dan kejujuran.

Akhirnya, kecerdasan tanpa kejujuran dan keberanian, takluk di bawah kecerdikan yang dilakonkan dengan penuh keberanian dan kepercayaan diri meski pun itu adalah kebohongan yang nyata.

Kes legitimacy kebohongan versi Abu Nawas, bisa saja telah terjadi disekitar kita. Tentu, dengan aneka versinya..🤭😃
Wallahua'lam.

Silahkan copypaste dan forward tulisan ini ke jejaring Sahabat Anda.
Semoga bermanfaat.

Adaptasi & Courtesy artikel by Resources
Editor ; HSZ/FortunaNetworks.Com
Kredit Ilustrasi Image; pinterest.com/pin/

Follow me at;

 
twitter.com/helmysyamza

No comments:

Post a Comment