Aguan Sugianto@Sugianto Kusuma,The Godfather Triad Indonesia
Rabu,13 April 2016. Aguan Sugianto@Sugianto Kusuma selepas di periksa Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) terlibat Kasus rasuah/suap pembangunan Pulau Reklamasi di Pulau Seribu,Teluk Jakarta Indonesia.
Nama Aguan Sugianto,aka Sugianto Kusuma dan Tommy Winata tidak dapat dipisahkan sebagai dalang dan pemain dibelakang tabir segala kasus suap/mega korupsi dan pelbagai jenayah,kejahatan yang melibatkan jaringan raksasa yang sulit ditelusuri kerana dilindungi oleh beberapa pihak berkuasa yang menjadi pengkhianat dan talibarut di Indonesia.
Aguan Sugianto adalah bos dari Tommy Winata,ketua kumpulan Sembilan Naga Indonesia. Jaringan geng ini kuat kerana kedekatan mereka dengan pihak kepolisian RI. Nama Aguan punya ” mantera” di lingkungan kepolisian RI, apalagi jika ada “project” yang ada kaitannya dengan polisi.Dan Tomy Winata pula akibat terlalu dekatnya hubungannya dengan Panglima TNI Moeldoko, mengakibatkan Tomy Winata dengan "sesuka hati Jual Nama" Panglima TNI Moeldoko di depan Ahok(mantan Gubernur Jakarta yang kini mendekam dipenjara).
Peristiwa itu terjadi ketika Tomy Winata berbicara dengan Ahok (saat panas2nya kempen pemilihan Gubernur Jakarta) tentang pembangunan Pulau Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Tomy Winata pamer "kekuatan" kepada Ahok bahwa ia memiliki kedekatan dengan Panglima TNI, dengan menceritakan kehebatan "Guard" Tomy Winata yang mampu menjaga hutan di pulau pribadi nya seluas 60.000 hektar di Kepulauan Seribu,Teluk Jakarta. Jumlah security yang menjaga hutan tersebut sebanyak 300 orang yang dipersenjatai, hasilnya hutannya "Utuh".
Sedangkan Panglima TNI punya Tentara 2 Batalyon menjaga 60.000 hektar hutan, namun hasilnya gundul semua. Apakah ini bentuk pembunuhan karakter terhadp Panglima TNI Moeldoko oleh Tomy Winata? Apakah Tomy Winata sengaja menjatuhkan wibawa Panglima TNI di depan Ahok ?
Tomy juga bercerita ketika ia berbicara di depan PanglimaTNI & Kapolda(KetuaPolis Daerah), menekankan bahwa ia memerintahkan anak buahnya untuk "MEMBUNUH" siapapun orang yang ingin menyerang dirinya.
Begitulah angkuh dan arogannya Cina2 di Indonesia yang punya wang dan kekuasaan.kerana adanya pihak2 berkuasa baik dari sebagian kalangan militer dan politikus yang sanggup menjadi dalang dan kacung/orang suruhan mereka.!! (bbcom/41)
Aguan Sugianto, aka Sugianto Kusuma , The Godfather Triad Indonesia.
Aguan yang memakai nama Sugianto Kusuma ini dikenal sebagai dedengkot 9,Naga di Indonesia oleh berbagai kalangan. Bahkan media menggelarnya sebagai anggota Mafia Naga Sembilan. Langkah Jurusnya tidak kalah lihai; mengendap, diam-diam, sering di belakang layar tapi target sudah di kendalikan. "Main Area" bos ini adalah: Money Laundering.
Bos JIHD(Jakarta International Hotel & Development) ini sekarang melindungi bau kotor tubuhnya dengan jacket bertopeng/ berkedok sebagai pengurus sebuah organisasi sosial agama Yayasan Budhis Tzu Chi,Indonesia yang berkantor di Gedung ITC Mangga Dua,Jakarta. Sekilas orang akan melihatnya sebagai “paus” si juru selamat.
Markas Yayasan Budhis Tzu Chi di Pantai Indah Kapuk,Jakarta Utara. Aguan yang memakai nama Sugianto Kusuma ini dikenal sebagai dedengkot 9,Naga di Indonesia oleh berbagai kalangan. Bahkan media menggelarnya sebagai anggota Mafia Naga Sembilan. Langkah Jurusnya tidak kalah lihai; mengendap, diam-diam, sering di belakang layar tapi target sudah di kendalikan. "Main Area" bos ini adalah: Money Laundering.
Bos JIHD(Jakarta International Hotel & Development) ini sekarang melindungi bau kotor tubuhnya dengan jacket bertopeng/ berkedok sebagai pengurus sebuah organisasi sosial agama Yayasan Budhis Tzu Chi,Indonesia yang berkantor di Gedung ITC Mangga Dua,Jakarta. Sekilas orang akan melihatnya sebagai “paus” si juru selamat.
Aguan Sugianto yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua Yayasan Budhis Tzu Chi Indonesia,mendapat sokongan langsung dari Master Cheng Yen pendiri Tzu Chi di Taiwan.
Yayasan Budhis Tzu Chi bergerak dalam yayasan kemanusiaan, dan saat ini Tzu Chi memiliki lebih dari 4000 orang relawan dan memiliki kantor 10 cabang seluruh Indonesia. Sementara di dunia, khusus di Amerika Syarikat saja hampir disetiap kotanya ada kantor cabang Tzu Chi.
Foto2 akan kemegahan Markas Yayasan Budhis Tzu Chi di Pantai Indah Kapuk,Jakarta Utara.
BACA JUGA;
The Lippo Way !By John,Cara Sukses ala Lippo[1]
The Lippo Way! James Riyadi & Taipan Mafia Work Together to Drop Soeharto
The Lippo Way !By John[11]DARK ATTACK ON VICTIMS.
Bagaimana Operandi JIHD?? berikut sekilas;
JAKARTA (BURSA) — Dalam beberapa tahun terakhir ini beberapa media di Jakarta memberitakan mengenai masuknya Dragon Bank International ke Indonesia. Bank yang berpusat di Vanuatu tersebut termasuk salah satu lembaga kewangan yang mengelola “wang haram” setelah menerima pemutihan wang (money laundering) dan salah satu pemiliknya adalah PT Yayasan Harapan Kita milik keluarga Presiden Soeharto.
Bank tersebut dalam beberapa eksposenya mempunyai rencana ekspansi yang spektakuler. Perusahaan tersebut kini sedang menyiapkan projek telekomunikasi senilai US$4 billion (sekitar Rp 8,5 triliun) serta sebuah kawasan bisnis di daerah Kota di Jakarta dengan investasi sedikitnya Rp 8,3 triliun.
Masuknya Dragon Bank serta rencana ekspansi bisnis di Indonesia sempat mengundang pertanyaan beberapa kalangan. Misalnya, mengapa izin membuka cabang bank tersebut melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bukan melalui Departemen Kewangan Indonesia.
Ketika pihak kepolisian serta lembaga terkait mencoba menyelidiki, mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Pihak Dragon Bank mengatakan bahwa mereka masuk ke Indonesia tidak untuk menjalankan bisnis perbankan seperti biasa, tetapi merupakan perusahaan investasi sehingga izinnya diperoleh dari BKPM(Badan Koordinasi Penanaman Modal).
Departemen Kewangan maupun Kepolisian Indonesia,memang tidak bisa berbuat apa-apa. Kerana, mereka mengetahui bahwa Dragon Bank masuk ke Indonesia sebagai hasil kerjasama dengan PT Harapan Insani, salah satu anak perusahaan Yayasan Harapan Kita milik keluarga Soeharto.
Menteri Kewangan Mar’ie Muhammad dan Gubernur Bank Indonesia Soedradjat Djiwandono sejauh ini menolak untuk memberikan tanggapan atas kehadiran Dragon Bank di Indonesia.
Tetapi sumber-sumber kalangan kewangan di Jakarta mengatakan bahwa Soedradjat Djiwandono terpaksa mengabulkan permintaan pencabutan blokir deposito salah seorang eksekutif Dragon Bank Yee Mei Mei oleh Standard Chartered Bank Cabang Jakarta, setelah Yayasan Harapan Kita turun tangan menyelesaikan kasus tersebut.
Pengelola PT Harapan Insani adalah Ibnu Widojo salah seorang adik almarhumah Tien Soeharto. Sedangkan Presiden Dragon Bank adalah Wang Zhi Ying warganegara Malaysia yang sekarang menghabiskan waktunya lebih banyak di Jakarta dan berkantor di Lantai 24, Menara Mulia, Jl. Gatot Subroto, Jakarta.
Akhir Mei lalu, PT Harapan Insani dan Dragon Bank membangun resort di Kepulauan Langkawi, Malaysia dengan investasi Rp 200 bilion. Acara penandatangan kerjasama antara Mara Holding (Malaysia) dengan Dragon Bank dan PT Harapan Insani itu disaksikan langsung oleh Menteri Kewangan Republik Vanuatu Barak T. Sope dan, dari pihak Indonesia, Ketua Umum Kosgoro Bambang Soeharto dan Ketua Generasi Muda Kosgoro Maulana Isman.
Para pejabat tinggi Vanuatu, kelihatannya sangat berkepentingan untuk menjaga keberadaan Dragon Bank di luar negeri, khususnya di Indonesia. Ini kelihatan ketika mereka berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu, menyempatkan hadir di kantor cabang Dragon Bank di Menara Mulia,Jakarta.
Sebuah sumber resmi yang enggan disebutkan identitinya, mengatakan keberadaan Dragon Bank di Indonesia bukan hanya dalam rangka kerjasama dengan PT Harapan Insani. “Sebagian besar saham bank tersebut dimiliki oleh Yayasan Harapan Kita,” katanya.
Boleh jadi apa yang dikatakan sumber tadi benar. Sebab jaringan bisnis keluarga Soeharto, khususnya yang berada di bawah pengawasan Yayasan Harapan Kita belum banyak yang mengetahuinya, selain Rumah Sakit Harapan Kita.
Selain projek telekomunikasi dan properti yang sedang disiapkan, Dragon Bank dan PT Harapan Insani dalam waktu dekat akan melebarkan bisnis kewangan dengan mendirikan lembaga sekuriti. “Keluarga Soeharto memang sedang mengincar bisnis di pasar modal kerana prospeknya sangat baik,” sumber tersebut menambahkan.
Dragon Bank International sendiri sudah beberapa tahun ini sedang diamati antara lain oleh Interpol Hongkong kerana praktek pemutihan wang yang dilakukannya. Bahkan, beberapa negara, seperti Amerika Syarikat, Kanada, Jerman dan Perancis memasukkan Dragon Bank dalam daftar hitam.
Money laundering adalah upaya legalisasi wang yang biasanya berasal dari bisnis narkotik, mafia atau korupsi. Indonesia termasuk negara yang mengizinkan masuknya dana dari pemutihan wang kerana menganut regim devisa bebas.
Isu kasus pemutihan wang muncul ke permukaan pada 1991 ketika PT Jakarta International Hotel & Development (JIHD) membangun Sudirman Central Business District seluas 45 ha dengan investasi sekitar Rp 7,5 triliun.
Perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pengusaha Tomiy Winata dan Aguan Sugianto@Sugianto Kusuma itu mengatakan bahwa untuk membangun projek itu mereka tidak memerlukan pinjaman bank kerana memiliki ekuiti (modal sendiri) yang sangat besar.
Menurut pengakuan Tomy Winata ketika terungkap kasus share swap PT JIHD terhadap PT Danayasa Arthatama, dia mendapat dukungan dari Taiwan, Hongkong dan Jepun. Dia menyebut antara lain keberadaan Triad dan Yakuza dalam ekspansi Artha Graha Group di Indonesia.
Pihak kalangan Militer di Indonesia, khususnya Angkatan Darat sebenarnya mengetahui dan memberikan legalitas atas praktek bisnis Tomy Winata. Ini terlihat dengan masuknya Yayasan Kartika Eka Paksi dalam beberapa projek dan bisnis Tomy, seperti SCBD dan Bank ArthaGraha.
Sumber;siapasiapa.wordpress.com/aguan-sugianto/
Editor; helmysyamza.com
No comments
Post a Comment